Fri. Sep 20th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sebagian masyarakat Indonesia enggan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut saat Ramadhan.

Diungkapkan Presiden Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Indonesia (ARSGMPI) Julita Hendratini.

Menurut dia, penurunan kunjungan ke dokter gigi berbeda-beda di setiap daerah.

“Di Yogyakarta lebih tinggi 25 persen, di Bandung 35 persen, dan di Medan turun 50 persen,” kata Julita dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mulut Sedunia bersama Pepsodent di Bandung, Kamis, 20 Maret 2024.

Berbagai alasan yang melatarbelakanginya, mulai dari rasa malas, hingga rasa malas, namun sebagian besar ragu karena takut berbuka.

Padahal, perawatan gigi juga penting, bersamaan dengan puasa. Apalagi jika ada masalah gigi, seperti nyeri. Keterlambatan dapat meningkatkan masalah gigi.

“Kalau ditunda-tunda, risikonya tambah parah dan tidak dirawat sampai implan atau gigi akhirnya dicabut. Sebaiknya jangan ditunda-tunda (pemeriksaan gigi) dan jangan dilakukan. Jangan sampai parah,” saran Julita. Keadaan wajah orang yang berpuasa

Dalam acara yang sama, Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) Profesor Suryono menjelaskan mengenai kondisi mulut orang yang berpuasa.

Menurutnya, aliran air liur di mulut berkurang saat berpuasa.

Kondisi mulut yang tidak menerima air sebanyak biasanya berdampak pada rongga mulut yang salah satunya menyebabkan tumbuhnya bakteri.

“Berpengaruh pada rongga mulut, pertumbuhan bakteri bisa cepat, apalagi sisa-sisa makanan tertinggal sehingga menimbulkan bau mulut,” jelas Suryono.

Pada saat yang sama, efisiensi makan menurun karena berkurangnya aktivitas makan. Faktanya, makan memiliki fungsi pembersihan alami.

Menyadari potensi masalah rongga mulut pada orang yang berpuasa, Suryono berpesan agar masyarakat rajin menyikat gigi dan tidak khawatir akan berbuka.

“Kalau (air di kerongkongan) tidak turun, maka tidak akan hilang, maka saya anjurkan, walaupun berpuasa, tetap rajin gosok gigi, gosok gigi, dan berbuat maksiat itu sunnah yang kuat. .”

Suryono menyebut nafas orang yang berpuasa berbau musk. Namun berbeda dengan bau mulut orang yang tidak mempunyai gigi.

“Saya juga berbau minyak jarak, berbeda dengan bau nafas seseorang tanpa menggosok gigi.”

Untuk menghilangkan keraguan tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bandung telah mengeluarkan fatwa bahwa perawatan gigi saat puasa tidak membatalkan puasa. Asalkan perawatan gigi dilakukan secara hati-hati dan tidak berlebihan.

Demikian pernyataan DAI Nasional atas persetujuan guru MUI Dr. Zulkarnain Muhammad Ali, SE., M.S.I., Ph.D.

Menurut penuturannya, prinsip merawat gigi saat berpuasa dalam Islam mirip dengan prinsip merawat bagian tubuh seperti rambut dan kulit.

“Merawat gigi itu suatu keharusan, sama seperti merawat bagian tubuh yang lain. Jangan sampai kamu sakit sebelum kamu merawatnya.”

Terkait masyarakat yang ragu mengunjungi dokter gigi, Zulkarnain mengatakan kekhawatiran tersebut telah dihilangkan melalui fatwa.

“Tidak perlu khawatir, alhamdulillah sudah ada fatwa MUI Bandung. Soalnya perawatan gigi dilakukan dengan hati-hati dan profesional, tidak berlebihan. Tidak boleh diminum atau ditelan, malah puasa menghalangi masuknya apa pun. tubuhnya,” katanya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *