matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Di era digital ini, gadget dipandang sebagai bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan. Seringkali orang tua memberikan mainan kepada anaknya untuk dimainkan. Alasannya bermacam-macam, mulai dari anak yang santai hingga dikenalkan dengan teknologi sejak dini.
Topik tentang anak-anak dan waktu yang aman masih bisa diperdebatkan. Dalam laporan Verywell Family, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar anak di bawah 18 bulan tidak menonton layar apa pun, dan anak berusia 18-24 bulan hanya boleh menonton media digital dengan pengawasan orang tua.
Sebuah studi baru dari Vanderbilt University ingin melihat apakah anak-anak benar-benar belajar dari layar. Para peneliti mengamati anak-anak yang sering mengambil foto “selfie” keluarga di ponsel pintar mereka dan memahami hubungan antara foto dan kenyataan. Hasil ini dibandingkan dengan anak-anak pada tahun 1990an yang tidak memiliki informasi tersebut.
Penelitian tersebut memperkuat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh profesor psikologi Vanderbilt, Jorgen Troseth, yang menunjukkan anak-anak tidak hanya belajar dari layar. Mereka perlu berinteraksi dengan orang tua untuk belajar dan berkembang.
Dampak visual ponsel terhadap pembelajaran anak
“Gambar merupakan bagian besar dari media pendidikan anak, seperti buku, aplikasi, dan video. Selain itu, banyak orang tua yang memiliki ponsel pintar, sehingga anak sering melihat privasi keluarga,” kata Dr. Troseth adalah peneliti utama penelitian tersebut, yang diumumkan oleh keluarga Verrivel.
“Kami bertanya-tanya apakah melihat banyak gambar orang-orang yang dikenalnya, termasuk diri mereka sendiri, dapat membantu anak-anak menggunakan gambar tersebut untuk mendapatkan informasi.”
Sebuah penelitian menarik pada tahun 1994 menunjukkan bahwa informasi dalam gambar sulit untuk dipahami. Jika mereka diperlihatkan gambar sebuah benda dengan mainan tersembunyi, mereka tidak dapat menggunakan informasi tersebut untuk menemukan mainan itu di ruangan lain.
Namun, ketika diberitahu secara lisan di mana menemukan pemain tersebut, mereka menemukannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia ini, anak dapat menyelesaikan tugas dengan relatif sadar.
Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti Vanderbilt menguji apakah pengalaman anak-anak dengan gambar digital membantu mereka memahami gambar. Hasilnya menunjukkan bahwa melihat gambar di ponsel atau cetakan tidak membantu mereka memahami gambar lebih baik dibandingkan anak-anak pada tahun 1990an.
“Selfie keluarga tidak membantu anak-anak memahami bagaimana sebuah gambar mewakili situasi nyata,” kata Dr. Drozeth, salah satu peneliti.
Bagian penting dari penelitian baru terhadap anak-anak ini adalah membantu para peneliti mengambil gambar dengan cepat menggunakan ponsel pintar untuk membantu orang lain menemukan mainan tersebut. Ini membantu anak-anak memahami bahwa gambar dapat membawa pesan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun anak-anak banyak melihat gambar di era digital, mereka tetap membutuhkan bantuan untuk memahami pola visual. Interaksi dan pengalaman kerajinan tangan, seperti membantu anak menggambar, dapat membantu anak mengembangkan keterampilan ini.
Pemikiran konseptual, kita tidak perlu memikirkan hal -hal dan peristiwa yang tidak ada di depan kita, yang penting adalah di dalam anak perkembangan mental. Salah satu cara untuk membantu anak belajar berpikir simbolik adalah melalui penggunaan gambar, termasuk selfie.
Menurut Dr. Troseth mengatakan orang tua dapat menunjukkan hubungan antara gambar di layar dan kenyataan saat itu. Saat berfoto selfie dengan buah hati, tunjukkan Anda berdua sedang duduk bersama sambil menonton film. Ini membantu anak-anak memahami hubungan antara gambar dan kenyataan.
Saat anak Anda melihat gambar di ponsel Anda, dorong mereka untuk mengingat di mana dan apa yang mereka lakukan saat gambar itu diambil. Ini memperkuat pemahaman mereka tentang seni secara real time.
Selain itu, penting untuk memisahkan foto dan video yang menggambarkan orang dan peristiwa nyata (seperti selfie dan video call dengan nenek) dari gambar fiksi seperti gambar fotografi. Sekadar membicarakan perbedaan-perbedaan ini dapat membantu anak-anak memahami berbagai cara menyajikan informasi.
Hal ini tidak mengherankan bagi dokter anak Kota New York Kelly Fradin, MD. Hal ini berdasarkan penelitian yang menunjukkan bahwa interaksi dengan orang tua lebih baik untuk perkembangan otak anak dibandingkan dengan layar gadget.
Namun, menurut pernyataan keluarga Verywell, Dr. Fradin tidak ingin orang tua melakukan kesalahan dalam menggunakan layar pada anak kecil. Program lanjutan seperti Lagu dan Sajak dapat membantu mengembangkan keterampilan akademis dan literasi serta berpikir kritis.
Dr. Fradin juga memberikan beberapa contoh penggunaan layar yang efektif, seperti komunikasi video dengan anggota keluarga. Namun, ia mengimbau para orang tua untuk mewaspadai penipuan dan tidak tergiur dengan mainan yang menjanjikan berbagai aplikasi edukasi dan banyak hal lainnya.
Membaca, berbicara, dan bernyanyi untuk anak Anda adalah cara mudah untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Dr. Kelly Fradin, MD, mengatakan, “Membiarkan anak berpartisipasi dalam pekerjaan rumah tangga seperti menyiapkan makanan dan mencuci pakaian dapat menjadi pembelajaran dan pengalaman yang berharga.”
Bermain bebas penting untuk tumbuh kembang anak. Dr. Fradin mengingatkan para orang tua, “Meskipun tidak tampak ‘mendidik’ seperti anak-anak mengatur mobil, membuat balok, atau berlari berputar-putar — bermain bebas memiliki manfaat besar untuk pendidikan dan kepercayaan diri serta kesejahteraan emosional.”