Fri. Sep 20th, 2024

LPEI Minta 104 Pelaku UKM Perluas Pasar Ekspor Sepanjang Awal 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank membantu 104 eksportir Indonesia mencari pembeli baru dari berbagai negara dengan kesepakatan bisnis hingga Rp 1 miliar. 

LPEI mempromosikan beragam produk Indonesia mulai dari fesyen, dekorasi rumah, furnitur, makanan dan minuman hingga produk rempah-rempah agar berani mendunia. 

Antara Januari hingga Maret 2024, LPEI telah melaksanakan 14 sesi business match yang melibatkan lebih dari 500 UKM berorientasi ekspor dengan calon pembeli dari berbagai negara antara lain Kanada, Belanda, Uni Emirat Arab, Jerman, dan Australia. 

Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa mengatakan LPEI bekerja sama dengan atase dunia usaha, Pusat Promosi Perdagangan Indonesia (ITPC), asosiasi ekspor, Pusat Ekspor Surabaya, dan Diaspora Indonesia agar akses UKM terhadap pasar global dapat diberikan 

“Ini merupakan salah satu upaya LPEI dalam mendukung pemerintah untuk meningkatkan ekspor nasional,” kata Ilham dalam siaran pers yang dikutip, Minggu (28/4/2024).

Ilham menambahkan, selain menghubungkan dengan calon pembeli internasional, LPEI memberikan wawasan dan wawasan kepada UKM dalam mengidentifikasi peluang bisnis baru dan membangun kolaborasi yang berkelanjutan. 

“Tujuan utama kami adalah membantu UKM bersaing secara global dengan memperluas pasar luar negeri, serta meningkatkan pengalaman mereka dalam berhubungan dengan pembeli asing,” tambah Ilham. 

Salah satu UKM yang menerima pembeli ekspor luar negeri adalah CV Sabila Multi Crescendo yang memproduksi dekorasi rumah dan kerajinan tangan asal Magelang, Jawa Tengah. CV Sabila Multi Kreasindo berhasil mendapatkan pesanan dekorasi rumah ke Amerika dengan kuantitas container 20 feet. 

Kemudian UKM asal kota Payakumbuh Sumatera Barat berhasil mempromosikan produk rendangnya hingga mendunia dalam business match match yang diselenggarakan oleh LPEI. 

Sebelumnya, Yulianah, pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bogor, Jakarta Mombatti mengaku sangat terbantu dengan program Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) alias Indonesia Eximbank. 

Yulianah mengikuti Program Khusus Eksportir Baru Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) (Coaching Program for New Eksportir/CPNE). Ia mengatakan, program LPEI sebenarnya telah membantunya mengekspor produknya ke Singapura dan Australia. 

“Sangat membantu dan sukses untuk pemasaran di luar negeri. Kami mempunyai pengetahuan tentang menarik pelanggan, pelanggan baru, dan cara menangani peraturan perdagangan luar negeri, karena setiap negara memiliki peraturan yang berbeda-beda,” kata Yuliana pada FGD LPEI, Senin (19/2)/. dikatakan. 2024). 

Yulianah menambahkan, bantuan LPEI sangat terasa dalam hal promosi. Pasalnya, UMKM mempunyai fasilitas untuk menghadiri berbagai acara besar untuk memamerkan produk lilin hiasnya. 

“Produk kami banyak dipromosikan, lalu banyak yang langsung menghubungi kami. Kami juga lega bisa mengikuti Indonesia Trade Expo 2018, dari sana kami mendapat banyak pelanggan,” kata Yulianah. 

Yuliana memulai usahanya pada tahun 2011 dengan modal hanya Rp5 juta, dan kini produk pembuatan lilinnya sukses dijual di Singapura dan Australia. Tak main-main, omzetnya mencapai Rp 700 juta per tahun. 

 

Sebelumnya diberitakan, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur telah membangun tiga klaster baru desa devisa di Bojonegoro dan Gresik, Jawa Timur. Fokusnya pada produk kerajinan dekorasi rumah, produk permata dan kerupuk.

LPEI membantu dan membina 640 perajin dari 22 desa di Bojonegoro dan Gresik yang masuk dalam tiga klaster desa devisa. Tujuan bantuan Program Devisa Desa adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan memperluas akses pasar untuk tujuan ekspor, sehingga pada akhirnya mendorong peningkatan pendapatan masyarakat desa.

Ilham Mustafa, Kepala Divisi Jasa Konsultan LPEI, mengatakan potensi ekspor Jawa Timur sangat besar, mencapai setara $20 miliar atau Rp314 triliun (Rp15.700 per dolar AS) per tahun. Menjadikannya provinsi terbesar ketiga di Indonesia dengan nilai ekspor tertinggi.

Untuk itu, pada akhir tahun lalu LPEI memperkuat kemitraan untuk menciptakan ekosistem ekspor dengan menggandeng Bank Pembangunan Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) dalam pengembangan ekspor nasional, kata Ilham, Kamis (8/2/2024). dikatakan. ).

Dengan mengidentifikasi potensi ekspor ketiga produk tersebut, LPEI melalui Program Desa Devisa memberikan berbagai pelatihan dan dukungan ekspor kepada UKM, perajin, dan mitra promosi agar dapat memasuki pasar ekspor.

“Kolaborasi antara LPEI dan Pemprov Jatim ini memberikan peluang besar bagi perajin dan mitra promosi di Bojonegoro dan Gresik untuk berani go global menuju pasar ekspor dan meningkatkan daya saing produk lokal agar berdampak sosial, lingkungan, dan berkelanjutan,” kata Ilham.

 

Inspirasi terus berlanjut, LPEI akan terus memberikan pendampingan teknis kepada perajin. Hal ini mencakup penerapan standar produksi ekspor, benchmarking pabrik yang berhasil menembus pasar internasional, hingga mengundang mitra yang antusias untuk mengikuti pameran internasional seperti Ambiente di Jerman.

Berdasarkan informasi LPEI, Klaster Desa Devisa Bojonegoro di Kecamatan Kasiman menghasilkan kerajinan hiasan rumah unik dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin. Para perajin yang sebagian besar perempuan dilatih mengolah limbah kulit jagung menjadi berbagai produk kerajinan seperti piring lampu, hiasan dinding, dan cermin dinding hias.

Dalam sebulan, perajin memproduksi hingga 5.000 produk dekorasi berbeda setiap bulannya dengan harga jual antara Rp 40.000-200.000 per produk. CV Grandis Home sebagai mitra LPEI akan menyerap produk kerajinan untuk dijual di pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan.

Sedangkan devisa permata di Gresik terkonsentrasi di Desa Domas yang terkenal dengan produksi kerajinan permata seperti kursi, meja dan produk tenun lainnya sejak tahun 1994. Sekitar 350 perajin, 70 persen di antaranya perempuan, memproduksi berbagai kerajinan permata. Dari segi desain modern dan klasik, sesuai keinginan pembeli.

Produk tersebut dipasarkan oleh Koperasi Produsen Kerajinan Giri Sejahtera yang merupakan mitra LPEI dalam memasarkan dan mengekspor produknya ke Jepang.

Program ketiga adalah Desa Devisa Kerupuk Ikan yang dikelola BUMDes Pahala di Sidayu, Gresik, Jawa Timur. Sekitar 225 pembuat kerupuk di BUMDes Pahala mengolah ikan segar menjadi kerupuk. Untuk menjaga kualitas dan cita rasa kerupuk, perajin lebih banyak menggunakan komposisi ikan, untuk 1 kg kerupuk dibutuhkan dua kilogram ikan segar.

Dukungan LPEI terhadap Desa Devisa Kerupuk Ikan ditujukan agar dapat memasuki pasar ekspor di Thailand, Malaysia, dan Belanda dalam waktu dekat. Pencapaian tersebut tidak lepas dari kerja sama yang erat antara LPEI dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pada tahun 2023, LPEI akan bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk memberikan pelatihan dan dukungan kepada 149 desa devisa sehingga menjadikan Jawa Timur sebagai provinsi dengan desa devisa terbanyak di Indonesia.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *