Thu. Sep 19th, 2024

Luar Angkasa Dingin dan Gelap Meski Ada Matahari, Ini Jawabannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Matahari di pusat Galaksi Bima Sakti mengeluarkan panas yang luar biasa. Manusia dapat merasakan panasnya sinar matahari di permukaan bumi.

Namun ternyata suhu luar di sekitar Matahari dan planet-planet jauh lebih dingin. Bahkan mencapai -270 derajat Celcius.

Berdasarkan laman resmi NASA, Selasa (5/7/2024), Matahari merupakan campuran gas dan api, berukuran sekitar 15 juta derajat Celcius di inti dan 5.500 derajat Celcius di permukaan. Suhu ini cukup untuk memanaskan bumi sejauh 150 juta kilometer.

Namun suhu -270 Celcius tergolong rendah di luar angkasa yang harus dekat dengan Matahari. Hal ini terjadi karena berbagai alasan seperti keberadaan molekul dan atmosfer.

Mengapa sebagian ruang angkasa tetap dingin meskipun terkena sinar matahari?

1. Tidak ada atmosfer

Diambil dari luar angkasa pada Selasa (5/7/2024) Panas menyebar ke seluruh alam semesta sebagai radiasi. Gelombang energi inframerah merambat dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih dingin.

Gelombang radiasi menggairahkan molekul yang melekat padanya dan menghasilkan panas. Beginilah cara panas berpindah dari matahari ke bumi melalui radiasi.

Namun, hal yang menarik adalah radiasi hanya memanaskan molekul dan benda yang berada tepat di jalurnya, tetapi mendinginkan segala sesuatu yang lain. Atmosfer bumi penuh dengan gas seperti nitrogen, oksigen, dan karbon dioksida.

Gas-gas ini bertindak seperti selimut, menyerap panas matahari dan menghangatkan planet. Tidak ada atmosfer di luar angkasa.

Artinya tidak ada gas yang mampu memerangkap panas matahari, sehingga panas tersebut langsung terdifusi ke atmosfer tanpa terhalang.

 

2. Tidak ada media yang dapat memindahkan panas

Panas merambat melalui bumi melalui tiga cara: konduksi, konveksi, dan radiasi. Ketika sinar matahari mengenai molekul-molekul di atmosfer dan memanaskannya, energi ditransfer ke molekul-molekul di sekitarnya.

Namun, ruang itu kosong, artinya ruang itu kosong. Molekul gas di ruang angkasa terlalu kecil untuk saling bertabrakan.

Meskipun matahari memanaskan atmosfer menggunakan gelombang infra merah, perpindahan panas tidak dapat dilakukan secara konduksi. Panas matahari sulit menjangkau benda-benda di luar angkasa, sehingga panas bersifat dingin.

3. Tidak adanya gravitasi

Gravitasi berperan dalam konveksi, pergerakan fluida pembawa panas. Di Bumi, udara yang lebih hangat dan lebih ringan naik sementara udara yang lebih berat dan lebih dingin turun, menciptakan angin yang mendistribusikan panas ke seluruh bumi.

Gravitasi sangat lemah di luar angkasa. Artinya konveksi tidak dapat bekerja secara efektif sehingga panas tidak mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

 

Sungguh menakjubkan bahwa di luar tidak hanya dingin tetapi juga gelap. Teori ini disebut paradoks Olbers, diambil dari nama astronom Jerman Heinrich Olbers.

Berbagai upaya dilakukan untuk menjawab pertanyaan “Mengapa ruang angkasa selalu gelap” dengan mengasumsikan bahwa ruang antarbintang penuh dengan materi penyerap cahaya, seperti debu di bintang. Saat laman Live Science dibuka pada Selasa (5/7/2024), Paradoks Olbers abad ke-20 akhirnya terpecahkan.

Alam semesta tampaknya terus mengembang, dan cahaya tampak dari galaksi, seiring perkembangannya, jatuh ke dalam rentang panjang gelombang inframerah, ultraviolet, dan radio yang tidak terlihat oleh manusia. Jika kita tidak melihat microwave, seluruh tempat akan bersinar.

Ruang angkasa hampir seperti ruang hampa, hanya berisi sejumlah gas dan debu kosmik, namun tidak memiliki atmosfer. Untuk sementara. Cahaya perlu meniup sesuatu.

Cahaya merambat lurus hingga mengenai suatu benda. Ketika cahaya mengenai suatu benda dan dipantulkan, atmosfer memberikan “hamburan” dalam spektrum yang terlihat oleh mata manusia.

Saat bumi berputar pada porosnya, bagian matahari yang tidak bersinar menjadi gelap, dan periode ini disebut malam. Pada siang hari, atom, molekul, dan debu di atmosfer berinteraksi dengan foton dan menyebarkannya.

Di Bumi, sebagian besar atmosfer menyebarkan cahaya biru karena cahaya biru memiliki panjang gelombang yang lebih pendek di ujung spektrum tampak dan menyebar lebih banyak ke seluruh atmosfer dibandingkan cahaya merah. Oleh karena itu, langit siang hari di Bumi tampak berwarna biru.

Mars memiliki atmosfer 100 kali lebih terang dibandingkan Bumi, namun cukup untuk membuat langit menjadi biru dan abu-abu di siang hari. Karena angin Mars sering mengangkat partikel debu ke permukaan, langit Mars cenderung lebih terang dan merah.

(Tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *