Fri. Sep 20th, 2024

Luar Biasa Indonesia, Melimpah Ruah Obat Alami untuk Atasi Nyeri Haid

By admin Sep11,2024 #BRIN #Dismenore #Nyeri Haid #obat

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan Indonesia memiliki kelimpahan obat alami untuk pengobatan nyeri haid (dismenore) berdasarkan data empiris literatur dan pengobat tradisional (Hattra).

Menurut Tenaga Ahli Peneliti Utama Organisasi Penelitian Kesehatan (ORK) BRIN, Lucie Widowati, saat ini sudah terdaftar 280 ribu hattra dari 1.086 suku di seluruh provinsi. Lucie mengatakan, pengobatan dismenore dapat dilakukan secara konvensional, melalui obat-obatan alami, suplemen, dan cara nonfarmakologis seperti kompres hangat, relaksasi pernapasan, dan yoga.

“Di Indonesia, Kementerian Kesehatan melakukan penelitian terhadap tanaman obat dan obat. Dari 405 suku dan 2.354 Hattra, dihasilkan sekitar 30 ribu ramuan dari 34 kabupaten untuk 77 keluhan kesehatan. Data ini bisa dianalisis secara ilmiah untuk mengembangkan formula obat herbal yang bisa menjadi obat,’ kata Lucie dikutip dari artikel lama BRIN yang ditulis Rabu (28/08/2024).

Lucie mengatakan, data empiris penyakit dismenore selama 2015 hingga 2017 telah teridentifikasi sebanyak 339 tanaman herbal dari 73 etnis di 24 wilayah dengan 123 jenis tanaman obat. Delapan di antaranya yang sering digunakan di berbagai daerah dan ras, yaitu kunyit, jahe, henna, sambiloto, asam jawa, sirih, serai, dan handeuleum.

Lucie juga mengatakan, tanaman tersebut sudah memiliki data uji praklinis dan beberapa sudah diuji klinis pada manusia. “Tanaman seperti jahe, serai, dan kunyit asam terkenal di Indonesia sebagai solusi herbal gangguan menstruasi,” kata Lucie.

Lucie melaporkan data Dysmenorrhea Market Report 2023-2032, prevalensi dismenore terus meningkat. Hal ini menunjukkan perlunya mengembangkan produk yang efektif dengan efek samping yang minimal, misalnya obat dari bahan alami.

“Obat-obatan biasa seperti NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) mempunyai efek samping pada lambung. Oleh karena itu, diperlukan produk alami yang dapat menjadi alternatif,” jelas Lucie.

Saat ini sudah banyak produk obat gangguan menstruasi yang beredar di pasaran, namun salah satu produk misalnya Kiranti, kata Luci, yang sudah berdiri lebih dari 20 tahun, bisa dijadikan model pengembangan formula herbal dismenore.

Lucie berpedoman pada beberapa kriteria penting dalam pemilihan tanaman obat untuk kajian formula, yaitu pengamatan empiris, kemudahan budidaya, kestabilan lingkungan, kestabilan kandungan kimia, dan potensi pasar yang luas. Selain itu, tanaman tersebut harus aman, tidak impor, dan tanpa kontraindikasi.

 

Dismenore atau nyeri haid adalah istilah medis untuk kondisi nyeri yang terjadi saat menstruasi. Kondisi ini ditandai dengan kram pada perut bagian bawah yang muncul sebelum atau saat menstruasi.

“Pada beberapa wanita, dismenore mungkin ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari,” kata Lucie.

Prevalensi dismenore pada wanita usia subur berkisar antara 45 persen hingga 95 persen, dengan prevalensi sekitar 60 persen hingga 75 persen pada remaja. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa lebih dari 50% wanita di berbagai negara mengalami dismenore. 

“Di beberapa negara, prevalensi dismenore tercatat sebagai berikut: Swedia 72 persen, Amerika Serikat 90 persen, Kuwait 85,6 persen, dan Indonesia 64,5 persen, dimana 54,89 persen diantaranya menderita dismenore berat,” jelas Lucie.

Lucie menjelaskan beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperparah dismenore, antara lain perubahan gaya hidup, kebiasaan makan yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, tingkat stres yang tinggi, dan gaya hidup yang kurang gerak. Dismenore disebabkan oleh peningkatan signifikan prostaglandin rahim, yang menyebabkan peningkatan tonus dan kontraksi rahim.

“Jika tidak diobati, dismenore dapat menyebabkan masalah kesehatan lain seperti kecemasan, depresi, infertilitas, kehamilan ektopik, dan kista,” kata Lucie.

Lucie menjelaskan, dismenore terbagi menjadi tiga kategori, ringan, sedang, dan berat. Dismenore ringan tidak membatasi aktivitas sehari-hari dan tidak memerlukan penggunaan analgesik. Dismenore sedang mempengaruhi aktivitas sehari-hari dan memerlukan analgesik untuk mengurangi rasa sakit.

“Meskipun dismenore parah sangat membatasi aktivitas dan tidak merespons terhadap analgesik, seringkali terdapat gejala lain seperti muntah atau pingsan,” kata Lucie.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *