Fri. Sep 20th, 2024

Macan Tutul dan Macan Kumbang Terekam Bersama di Gunung Gede Pangrango, Apa Benar di Jalur Pendakian?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Kamera jebak merekam cheetah dan macan kumbang yang diduga berada di jalur pendakian gunung di Taman Nasional Pengrangu Baik (TNGGP). Rekor tersebut kemudian diunggah akun Instagram resmi Balai Taman Nasional pada Sabtu 25 Mei 2024 dan berhasil menarik banyak perhatian khususnya para pendaki.

“Ada yang tertangkap lagi!!! Tapi, aku senang gan… Kalau ‘pemburu papan atas’ masih terlacak, itu tandanya keseimbangan ekosistem TNGGP masih utuh,” tulis admin akun tersebut. .

Banyak kalangan yang bergembira karena dua spesies harimau masih ada di Gunung Gede Pangrango. Ada juga yang khawatir langkah tersebut bisa menarik perhatian para pemburu yang tidak peduli dengan keseimbangan ekosistem demi sejumlah uang.

“Hati-hati Min Jing yang banyak posting binatang langka takut ada orang yang serakah/barbar demi kepentingan sendiri #Cuma saran,” tulis salah satu warganet.

Ada yang salah fokus pada kedekatan kedua kakinya. Dalam rekaman berdurasi 26 detik tersebut, cheetah pertama kali terlihat berjalan menuju kamera, lalu macan kumbang perlahan menjauh.

“Aku, apakah mereka yang terbaik?” tanya sebuah jaringan. “Saya harap begitu,” jawab manajer akun.

Sedangkan untuk macan tutul, meski warna tubuhnya berbeda, namun macan kumbang berasal dari subspesies yang sama dengan cheetah. Nama latinnya adalah Panthera pardus melas. Keduanya terbukti bisa berkembang biak bersama dan menghasilkan keturunan berwarna hitam dan berwarna. Para ahli menduga perbedaan warna tersebut disebabkan oleh pigmen melanistik.

Atas temuan tersebut, Kepala Balai Besar TNGGP Sianjur, Sapto Ajayi membantah rekaman harimau tersebut diambil di jalur pendakian. Dia menekankan bahwa cheetah menjauhi jalur pendakian, dan hewan liar secara alami menghindari manusia.

Meski demikian, ia mengingatkan agar para pendaki tidak membuang sisa makanan di jalur pendakian agar satwa dilindungi tidak mendekat ke jalur pendakian.  CCTV yang dipasang sangat jauh dari jalur pendakian, namun kami tetap melarang pendaki meninggalkan makanan atau sampah yang dapat menarik hewan-hewan yang hidup di habitat aslinya, kata Sapto, dilansir Antara, Senin (27) mengumumkan. ) /5/2024).

Ia mengatakan, pihaknya melakukan berbagai upaya agar kedua harimau tersebut tidak diganggu dan tidak mengubah gaya hidupnya di alam liar. Sapto pun mengaku belum mengetahui apakah kedua burung tersebut merupakan sepasang jantan dan betina atau induk dan anaknya.

Ia mengatakan, saat ini terdapat 24 ekor macan tutul dan macan kumbang di kawasan Gunung Gide Pangarango. Untuk memastikannya, pada tahun ini akan dilakukan survei jumlah macan tutul di Pulau Jawa, di kawasan TNGGP.

Selama ini, kata dia, penangkaran cheetah di Gunung Ged Pangarango terjadi secara alami dan habitatnya diawasi petugas. “Puluhan petugas memantau dan menjaga habitat satwa langka dan dilindungi ini,” ujarnya.

Pada Rabu, 27 Desember 2023, seekor macan tutul tertangkap dalam perangkap babi di Desa Çikalaces, Desa Sekarsarı, Kecamatan Kalibunder, Wilayah Sukabumi. Melansir saluran lokal matthewgenovesesongstudies.com, Kepala Desa Sikarsari Awan Kurniawan mengatakan macan tutul yang terjebak dalam perangkap babi pertama kali ditemukan oleh seorang warga yang sedang mencoba berkebun.

Penemuan yang mengejutkan publik itu kemudian dilaporkan ke pejabat pemerintah.  Awan menceritakan, warga khawatir harimau tersebut akan mudah kabur karena jebakan yang menutup kaki harimau sudah pendek.

Saat dihubungi, Kamis, Awan mengatakan, “Harimau yang terjebak itu pertama kali ditemukan oleh seorang perempuan yang hendak memetik buah di kebun warga. Kekhawatiran terhadap babi tersebut sengaja dilontarkan warga karena di kawasan tersebut banyak terdapat babi. berada di taman.” kehancuran tanaman. 28 Desember 2023. 

Ia mengatakan, tim penyelamat satwa dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPSC) Cikananga Kecamatan Nyalindung tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 14.00 WIB. Tim penyelamat mengeluarkan burung yang terperangkap dari perangkap dengan memberikan suntikan obat bius. Kemudian tim medis mengobati lukanya.

Kapolres Sukabumi AKBP Maroli Pradid mengatakan, usai dibius, dilakukan pemeriksaan fisik oleh tim dokter hewan dari PPSC Nyalindung yang melaporkan bahwa hewan tersebut dalam kondisi sehat.

Sementara itu, aktivis PPSC Bodharto menambahkan, pihaknya telah mengirimkan tim penyelamat hewan dari PSSC ke Kalibandar. Berdasarkan laporan sementara tim penyelamat hewan, serangga yang tersangkut di perangkap babi tersebut berjenis kelamin jantan, panjang tubuhnya 1 meter dan berat 25 kg. 

Budiharto berkata: “Ditemukan livernya berjenis kelamin laki-laki dan langsung dibawa ke PPSC Nyalindung. Liver tersebut diselamatkan hidup-hidup pada malam harinya dan dibawa ke PPSC Nyalindung.”

 

Rencananya cheetah tersebut akan dirawat di PPSC Nyalindung yang bekerja sama dengan BKSDA Jawa Barat. Ia mengatakan, tindakan dan kerja sama mendesak untuk memerangi penemuan satwa liar merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan alam.

Ia mengatakan kerja sama dengan pemangku kepentingan seperti BKSDA dan PPSC sangat membantu dalam pemberantasan dan pengelolaan satwa liar. Pencapaian ini menunjukkan sinergi yang baik dalam menjaga keseimbangan alam dan perlindungan satwa liar di kawasan Skabomi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *