Sat. Sep 7th, 2024

Makan Siang Gratis Sedot Anggaran Rp 71 Triliun, Proyek IKN Jadi Korban?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pengamat ekonomi Selios Nailul Huda memperkirakan Program Pangan Gratis (MBG) senilai Rp 71 triliun tidak akan banyak menerima APBN 2025, yang kisarannya hanya 1,83-1,91 persen.

Namun, pendanaan untuk program makan siang gratis ini mengorbankan pemotongan anggaran untuk program prioritas lainnya, seperti subsidi bahan bakar.

“Meski hanya 183-1,91% dari APBN, namun porsi makanan bergizi gratis akan menimbulkan alokasi anggaran yang dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi. Misalnya pengurangan subsidi energi yang akan menyebabkan inflasi lebih tinggi dan daya beli menurun,” ujarnya kepada matthewgenovesesongstudies.com, Selasa (25//2024).

Jika Prabowo Subianto memang ingin fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui program ini, Nailul menyarankan pemerintah menghentikan belanja Proyek Strategis Nasional (PSN) yang merugi di masa depan. Dalam hal ini, ia juga merujuk pada Proyek Pembangunan Ibu Kota Indonesia (IKN).

Oleh karena itu, pemerintah ke depan harus mengalokasikan anggaran alternatif dengan menunda proyek PSN yang berisiko gagal. Penutupannya termasuk proyek IKN yang tidak merugikan masyarakat luas,” ujarnya.

Nailul tak menampik, penghentian sementara proyek IKN akan menimbulkan citra buruk dan berdampak buruk pada investasi. “Tapi kalau ini terus berlanjut, saya kira dampaknya akan lebih besar. Jadi menurut saya itu benar-benar menjadi prioritas,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia mendesak IKN untuk mengandalkan bantuan keuangan pihak swasta/investor untuk pembangunan di masa depan dibandingkan APBN. Sebab, terkait rencana bisnis Prabowo-Gibra, dia menyebut keduanya tidak terlalu mengkhawatirkan IKN.

“Bukan berarti kita benar-benar menghentikan IKN, tapi kita memprioritaskan isu-isu pembangunan lainnya. “Saya kira pembangunan manusia dan isu-isu lainnya juga menjadi prioritas pemerintah,” ujarnya.

Menurut saya, jika kita melihat dokumen Prabowo-Gibran, tidak banyak yang dibicarakan mengenai perkembangan ibu kota nusantara. Banyak pembicaraan tentang menyiapkan program makan siang gratis untuk pengembangan sumber daya manusia,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Anggaran KHDR RI Saeed Abdullah memperkirakan Rp 71 triliun akan dialokasikan sebagai anggaran awal Program Gizi Gratis (FNM). Menurutnya, hal tersebut bisa diterima mengingat posisi APBN pertama Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Anggaran makan siang gratis yang diberikan Pak Prabowo rencananya akan masuk dalam rencana belanja APBN pemerintah tahun 2025. Menurut Said, ia juga menolak anggapan bahwa Rp71 triliun membutuhkan anggaran besar untuk program pangan gratis.

“Saya kira kebijakan ini memberikan keyakinan kepada masyarakat bahwa persepsi konsumsi pangan gratis akan memakan ratusan triliun dolar adalah tidak benar,” kata Said Selasa (25/6/2024).

Seperti disebutkan, distribusinya masih dalam batas aman. Menurut perhitungan mereka, itu hanya mewakili 2 persen dari belanja pemerintah sebesar Rp71 triliun, yaitu sekitar Rp3.500 triliun.

“Dalam RAPBN 2025, alokasi Rp71 triliun untuk program pangan bergizi gratis merupakan jumlah yang kecil dibandingkan total belanja yang saya yakin akan mencapai Rp3.500 triliun atau 2 persen belanja pemerintah yang defisit anggaran. RAPBN sebesar 2,29 persen terhadap PDB pada tahun 2025,” ujarnya.

Politisi PDI Perjuangan itu mengatakan, komunikasi antara pemerintah saat ini dengan tim koordinasi pemerintah yang diutus Prabowo berjalan lancar. Saya rasa hal ini menciptakan citra yang baik bagi pengusaha dan pelaku pasar.

“Saya kira proses transisi baru antara Kementerian Perekonomian Presiden Jokowi dan tim ekonomi Pak Prabowo akan memberikan sinyal baik kepada pasar bahwa pemerintahan baru akan menjaga kesinambungan kebijakan fiskal,” ujarnya.

Selain itu, Said mengatakan pergantian pemerintahan ini harus lebih menjaga kepercayaan pasar. Apalagi tantangan ke depan tidak akan mudah.

“Hal ini seharusnya mendorong kepercayaan pasar terhadap transisi pemerintah. “Karena tahun depan pemerintah akan menghadapi beberapa tantangan yang sulit, apalagi pada tahun 2025 karena kita menghadapi kebutuhan pendanaan yang besar dalam RAPBN, namun sentimen eksternal kurang baik,” ujarnya.

Menurutnya, proses komunikasi yang ada saat ini dapat menjadi modal yang kuat bagi stabilitas estafet pemerintahan. Di sisi lain, Prabowo-Gibra menilai program tersebut perlu disesuaikan di tahun pertamanya.

“Saya selaku Ketua KHDR Bangar mendukung pentingnya penetapan agenda pemerintahan baru dalam RAPBN 2025. Kontinuitas APBN,” pungkas Said Abdullah.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *