Fri. Sep 20th, 2024

Makin Banyak Anak Muda Tunda Menikah, BKKBN: Salah Satu Faktornya Pendidikan

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Jika dicermati, semakin banyak anak muda yang memilih menunda pernikahan. Di kota-kota besar, banyak masyarakat berusia sekitar 27 atau 30 tahun yang tidak terburu-buru menikah dan hidup dalam kemiskinan.

Terkait tren tersebut, Hasto Vardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan tertundanya usia pernikahan.

“Menjadi kaya, mengenyam pendidikan tinggi, dan tinggal di perkotaan erat kaitannya dengan rata-rata usia menikah yang semakin menurun,” kata Hasto Vardoyo pada Senin, 11 Maret 2024 merujuk Antara.

Berdasarkan laporan BKKBN Pembangunan Keluarga dan Pembangunan Keluarga (KSPK), rata-rata usia kawin pertama (MUKP) perempuan juga mengalami penurunan pada tahun 2020-2023.

Target MUKP tahun 2020 adalah 21,9 tahun, 20,7 tahun dengan penyelesaian 94,5 persen. Sementara pada tahun 2021, sasaran MUKP 22 tahun, 20,71 tahun pelaksanaannya sebesar 94,1 persen.

Kemudian pada tahun 2022 target MUKP 22 tahun namun pemenuhannya 21 tahun sebesar 95,5 persen. Selama kurun waktu tiga tahun ini, pelaksanaan MUKP tidak pernah mencapai 100 persen, sehingga target perempuan kawin pertama sebagaimana anjuran BKKBN tidak tercapai dengan baik.

Pada tahun 2023, dari target MUKP 22,1 tahun, telah tercapai 22,3 tahun atau 100,90 persen yang berarti sebagian perempuan menikah pertama kali pada usia 22,3 tahun pada tahun 2023. Tiga tahun Rata-rata usia menikah perempuan adalah 20 tahun. -21 tahun.

 

Hasto memperkirakan angka pernikahan akan turun secara signifikan pada tahun 2023, mencapai level terendah dalam beberapa dekade.

Akan ada 1,58 juta pernikahan pada tahun 2023, dibandingkan dengan 2,21 juta pernikahan pada tahun 2013.

“Situasi ini (penurunan perkawinan) berdampak pada keseimbangan demografi, angka kelahiran total atau angka kesuburan (TFR), laju pertumbuhan penduduk, laju middle income atau income trap serta mempengaruhi upaya Indonesia menjadi empat negara teratas dunia, Hasto dikatakan.

 

Hasto membenarkan, BKKBN memetakan persentase pernikahan di bawah usia menikah di setiap wilayah Indonesia. Lalu, lihat daerah mana yang persentase pernikahannya meningkat atau menurun.

Kemudian, BKKBN melihat angka kelahiran total atau TFR tiap daerah. Jika angka perkawinan menurun namun angka kelahiran total meningkat, kata Hasto, kita patut bersyukur karena jumlah penduduk meningkat secara seimbang.

Kalau TFR sudah rendah, kita usahakan tidak menurunkan angka perkawinan, ujarnya.

Terkait dengan penurunan rata-rata usia menikah, kebijakan BKKBN tidak sama, namun menyesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

Jadi tidak semua orang cocok, kebijakannya berbeda-beda, lihat tiap provinsi, ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *