Sat. Sep 7th, 2024

Makin Banyak Kreator Konten yang Cari Cuan di YouTube Shorts, TikTok Bakal Ditinggal?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – YouTube terus meningkatkan program monetisasinya melalui video pendek.

Diambil dari Engadget, Minggu (31/3/2024), perusahaan mengumumkan lebih dari seperempat produser yang tergabung dalam Program Mitra YouTube akan dibayar untuk video pendeknya.

Pencapaian ini terjadi hampir setahun setelah YouTube mulai berbagi pendapatan dengan pembuat konten Shorts.

YouTube mengatakan pihaknya memiliki lebih dari 3 juta pembuat konten di seluruh dunia dalam Program Mitranya.

Dengan program afiliasi ini, kami telah menjangkau ratusan ribu pembuat YouTube Shorts untuk mendapatkan uang di platform ini.

Karena iklan di Shorts muncul di antara klik pada feed, metode monetisasi untuk Shorts berbeda dengan konten berdurasi lebih panjang di YouTube.

Pendapatan iklan dikumpulkan dan didistribusikan kepada pembuat konten yang relevan berdasarkan faktor-faktor seperti jumlah penayangan dan lisensi musik yang digunakan dalam video.

Grup dari Google ini mengatakan bahwa aturan untuk kreator lebih baik dibandingkan Fund for Creators di TikTok.

Namun saat ini, tidak jelas berapa banyak pembuat konten yang akan mendapatkan keuntungan dari Shorts.

YouTube menolak memberikan rincian namun menyatakan telah membayar $70 miliar kepada pembuat konten selama tiga tahun terakhir.

Namun, TikTok, yang mencoba bersaing dengan YouTube, menghadapi larangan penerapannya di Amerika Serikat.

Dengan program pendanaan tersebut, YouTube akan menarik lebih banyak kreator untuk membuat video di platformnya.

YouTube akan memperkenalkan kebijakan baru untuk video yang menggunakan AI untuk membuat konten.

Mulai saat ini, platform video Google mengharuskan pembuat konten yang menggunakan AI untuk membuat video yang menyertakan tag baru.

Indikator ini seharusnya menunjukkan bahwa video tersebut menggunakan AI dalam prosesnya. Selain itu, database bertujuan untuk memberikan transparansi terhadap semua informasi yang ditransfer.

YouTube berpendapat bahwa konten yang dibuat dengan AI dapat disalahartikan oleh sebagian pengguna sebagai mengambil informasi tentang suatu peristiwa, tempat, atau aktivitas, seperti dilansir Engadget.

Berikutnya, jika pembuat konten menggunakan suara manusia untuk menarasikan video, atau mengganti wajah seseorang dengan wajah orang lain, maka pembuat konten harus memberikan indikasi saat memuat.

YouTube telah mengumumkan bahwa mereka akan menandai video jika pembuat video AI tidak ditambahkan ke platform.

Label tersebut akan muncul di semua platform YouTube dalam beberapa minggu mendatang, mulai dari model seluler, desktop, dan TV.

Contoh label tersebut mencakup “konten yang dimodifikasi atau sintetis”, atau “audio atau video yang telah diedit atau diproduksi secara digital”.

Untuk video dengan topik penting seperti berita politik, kesehatan, kekayaan dan lain-lain akan ditandai langsung ke penonton YouTube agar dapat dilihat.

Tim YouTube memberikan waktu kepada pengembang untuk membiasakan diri dengan aturan baru ini.

Nantinya, YouTube akan memberikan peringatan kepada pembuatnya untuk terus melakukan penyalahgunaan dengan tidak mengunggah video yang dibuat dengan AI.

Meskipun peraturan mengharuskan pembuat konten menggunakan AI untuk membantu membuat konten, YouTube mengatakan ada beberapa pengecualian.

Misalnya, pengembang tidak perlu mendaftar jika penggunaan AI hanya untuk membantu membuat dokumen, atau memberikan saran untuk video, atau menghasilkan teks.

Merek tidak boleh diberi video yang tidak pantas, dan pengeditan yang dibantu AI tidak boleh menjadi hal yang penting.

Produser tidak perlu memberikan label jika penggunaan AI dalam video yang diunggah hanya untuk mengontrol skema warna, menggunakan efek khusus, pencahayaan, filter, atau pengaturan lainnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *