Thu. Sep 19th, 2024

Mau Bangun Kapal LNG, BUMN Logistik Cari Duit ke China

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Presiden dan Direktur PT Djakarta Lloyd Achmad Agung mengungkapkan tantangan transportasi LNG di Indonesia, khususnya di wilayah timur. Diperlukan kapal khusus untuk mengirim LNG ke Indonesia bagian timur.

Dalam bidang pembangunan kapal logistik, termasuk pengangkut LNG, Indonesia tidak berbeda dalam hal konsep dan pendekatan teknologi. Namun, ruang finansial untuk mendukung hal ini terbatas.

Oleh karena itu, pihaknya membuka peluang pembiayaan dengan menggandeng perusahaan asal China, Guangzhou Group.

“Dibutuhkan pendekatan teknologi dan kapal yang tepat, pendekatan desain yang tepat dan kami yang memulainya, kami punya desainnya, kami punya konsepnya, kami coba tawarkan ke pihak (China), dari segi pendanaan. , ya , kita pasti punya keterbatasan dalam masalah “financing itu masalah investasi, jujur ​​saja kalau kita tidak kehilangan teknologinya,” kata Agung di Danareksa Tower, Jakarta, Kamis (27/7/2024).

Informasi, BUMN Logistik, PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) resmi menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Guangzhou Group untuk membangun kapal angkut khusus. Hal ini selanjutnya akan disesuaikan dengan kebutuhan logistik nasional, termasuk upaya menekan biaya transportasi.

“Jadi inisiatif ini akan kita coba selesaikan, ke depan kita akan coba buka inisiatif itu, kita coba jajaki kemungkinan-kemungkinan, misalnya kapal yang dibangun di Indonesia,” ujarnya.

Agung melihat peluang pengangkutan LNG ke pembangkit listrik skala kecil di berbagai tempat di Indonesia. Untuk mencapai hal ini, diperlukan kapal berkapasitas lebih kecil untuk mengurangi biaya. Pasalnya, operasional kapal pengangkut LNG yang umum beroperasi di Indonesia umumnya berukuran besar.

“Kapal ini sederhana, itu yang saya katakan tadi, konsepnya unik, jadi bukan kapal seperti kapal tanker minyak, kapal tanker LNG harganya mahal. Nah situasinya begini, di Indonesia yang saya katakan tadi adalah Kebutuhan Pembangkit Listrik Kecil PLN “Kebutuhannya hanya 2,5 juta kaki kubik per hari,” jelasnya.

“Kalau (pakai) kapal sebesar itu, akan membawa kapal yang sangat besar, bahkan ratusan kali lebih besar. Mahal sekali ya? Padahal istilah yang kita pakai untuk ‘kapal ikan besar saja’ tentu sangat mahal. Tidak akan hemat biaya,” lanjut Agung.

 

Lebih lanjut Agung mengatakan, kondisi geografis Indonesia tidak memungkinkan untuk menyalurkan LNG melalui pipa. Didistribusikan terutama di pulau-pulau yang perlu melintasi lautan.

“Kalau Indonesia seperti Australia, seperti China yang merupakan benua, bisa dijangkau dengan menggunakan kereta bawah tanah. Kalau Indonesia tidak bisa menggunakan kereta bawah tanah, maka mustahil melintasi alur laut apa pun,” ujarnya.

Meski diakui distribusi pipa merupakan yang termurah di dunia. Agung menegaskan, pengiriman yang lebih kecil tidak akan diangkut terlebih dahulu. Konsep serupa telah diterapkan di Amerika Latin dan kawasan Segitiga Bermuda.

“Di Amerika Latin, di Segitiga Bermuda, konsep seperti ini sudah banyak digunakan. Di India, justru menambah atau mengurangi volume LNG yang biasanya (diangkut),” ujarnya.

“Kalau yang besar untuk melayani klaster besar ya okelah, kita pakai kapal itu. Tapi kalau misalnya kebutuhannya hanya 1.200, 1.100 (meter kubik), kenapa kita pakai kapal besar? Satu, mahal, port kita tidak bisa masuk “Sama saja. Meski pelabuhan kita di Timur banyak yang masih tradisional, namun masih kurang berkembang,” lanjut Achmad Agung.

 

Diberitakan sebelumnya, PT Varuna Tirta Prakasya (VTP) menggandeng perusahaan asal China untuk membangun kapal khusus logistik. Nantinya kapal tersebut akan disesuaikan dengan kondisi pelayaran di Indonesia.

Direktur Utama VTP Adi Nugroho mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan kapal logistik yang cocok untuk transportasi ke wilayah timur Indonesia. Termasuk pengangkutan LNG ke berbagai titik di kawasan.

“Suka atau tidak, harus kita akui saat ini kita kekurangan kapal. Kalau melihat berita, jelas banyak pembangunan, terutama di Indonesia bagian timur, dan jumlah kapalnya cukup banyak. sulit pada waktu-waktu tertentu,” kata Adi usai penandatanganan MoU di Danareksa Tower, Jakarta, Kamis (27/7/2024).

VTP diketahui menjalin kerja sama dengan Guangzhou Group asal Tiongkok dalam upaya pengembangan ini. Ke depan, kapal yang dibangun akan mempunyai daya angkut yang lebih rendah, menyesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia. Kesepakatan awal ini membuka kemungkinan pembiayaan proyek tersebut.

“Ini adalah bagian dari upaya kita untuk bisa menutupi kekurangan kapal yang memang kita perlukan dan kita juga sedang mencari jenis alat angkut seperti kapal yang memang sangat dibutuhkan dan juga lebih efisien dan efektif di laut kita, ” dia berkata .

 

“Karena tidak semua pelabuhan di kawasan timur Indonesia dilengkapi dengan baik, cocok atau cocok untuk menurunkan banyak kapal,” lanjutnya.

Adi mencontohkan, distribusi yang saat ini menggunakan kapal besar untuk mengangkut LNG, misalnya, membutuhkan biaya yang mahal. Karena dia harus dipindahkan ke kapal yang lebih kecil.

“Kapal yang paling besar pun terpaksa harus mengirim dengan kapal, sehingga ini memerlukan biaya yang besar, mahal dan memakan waktu. Makanya kami berusaha mencari kapal yang lebih efisien dalam penggunaan waktu,” jelasnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *