Sat. Sep 21st, 2024

Melalui Film Pendek, Dina Subono Ungkap Cinta Sekaligus Penghargaan Lewat Sosok Bapak

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Gagasan “Bapak” dalam narasi film Indonesia patut untuk dieksplorasi tanpa henti. Entah sudah berapa banyak judul film bertema “Bapak” – baik dalam bentuk pendek maupun industrial – yang diperkenalkan. Ibarat sosok ibu, keberadaan sang “ayah” seolah tak pernah menjadi inspirasi.

Film pendek lain tentang “Ayah” sedang dalam produksi berjudul Dear Bapak. Penulis cerita dan sutradara film ini adalah Dina Subono, seorang sineas yang juga seorang produser, aktor film, dan DJ.

Tema film pendek Dear Father adalah bagaimana seorang ayah mencintai anaknya. Isinya nilai sosial, keluarga, sosial budaya, pendidikan, dan sikap moral, kata Dina Subono kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26 Juni 2024).

Bagi Dina, film adalah karya sastra yang berbentuk visual. Dina ingin menggunakan gambar untuk menampilkan berbagai elemen pengalaman yang saling terkait, yang menjadi motor penggerak yang menghidupkan sisi kemanusiaan.

“Film ini lahir dari banyaknya kontradiksi kehidupan di masyarakat, dilihat dari sudut pandang hubungan seorang ayah dan anaknya,” jelas sutradara yang telah menggarap beberapa judul film pendek ini.

 

Sebelumnya, Dina Subono menyutradarai film pendek berjudul “Tiga Mata”. Film pendek ini masuk dalam 60 besar finalis Festival Film Pendek Indonesia (ISFF) SCTV 2016.

Selain itu, Dina Subono, sutradara yang sedang menempuh studi program magister Manajemen Seni di sekolah pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ), pernah menyutradarai film pendek berjudul “Cinnya Cinta Raga”. Film ini merupakan kali lain setelah kesuksesan film pendek “Tiga Mata” sebagai film pendek pertama karya Dina Subono.

Dina Subono mengaku masih fokus pada film pendek yang menurutnya selalu memberikan sudut pandang berbeda. Menurutnya, film pendek mengandung observasi subjektif. Bisa bersifat paradoks, absurd, politis, bahkan mengandung unsur mistis.

Melalui film pendek “Dear Bapak”, Dina Subono mencoba mendeskripsikan dan menarasikan fenomena sosial dengan mereaksikan dan mengolah realitas abstrak waktu hingga terwujud menjadi sebuah karya yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

“Semoga film pendek ‘Dear Bapak’ ini membawa manfaat dan menyadarkan kita untuk memandang fenomena dan agama dengan benar-benar arif dan bijaksana,” kata artis serba bisa lulusan Universitas Pancasila dengan gelar Magister Kenotariatan dan juga seorang konsultan hukum ini. . . , Jakarta.

 

 

Film pendek “Dear Bapak” diproduseri oleh Anidkana Films Manajemen produksi dipercayakan kepada Ramacana sebagai produser utama serta Wisnu Heru Luhur dan Yunus Fiore sebagai sutradara fotografi untuk Iqbal, Soundman W Oedin untuk Ichsan dan Di Balik Layar Immanuel Ardika.

Ada tiga tokoh utama dalam film ini, yaitu aktor Pak Suban yang diperankan oleh aktor senior alumni Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Dr. Sudibyo JS, S.Sn., M.Sn., yang juga saat ini menjadi dosen di almamaternya. Berikutnya adalah Erika yang berperan sebagai Cinta, Pak. Putri Suban, dan Jeki berperan sebagai Rama, pacar Cinta.

Film pendek “Dear Father” bercerita tentang seorang wanita bernama Cinta yang orangtuanya bercerai. Cinta tinggal bersama orang tua tunggalnya Pak Suban demi ayahnya.

 

Wisnu Heru Luhur selaku produser film pendek ini mengatakan bahwa film “Dear Bapak” bukan sekadar kisah sebuah keluarga melainkan menjembatani kompleksitas emosi manusia.

Ceritanya berfokus dengan baik pada aspek verbal dan non-verbal dari esensi dan keutuhan sebuah hubungan. Mengingatkan kita bahwa setiap momen berharga dan tidak boleh disia-siakan. Penting untuk mengungkapkan cinta dan penghargaan sebelum terlambat, Kata Wisnu Heru Luhur.

Wisnu Heru Luhur, BA dari jurusan film Institut Kesenian Jakarta (IKJ), yang saat ini sedang menempuh studi master di kampus yang sama sebagai produser film, merasa terhormat bisa menceritakan kisah menarik Dina Subono. Kisah pertobatan dan rujuk seorang anak dengan ayahnya.

Melalui film ini, kami berharap dapat menyentuh hati pemirsa. Sebuah pengingat bahwa waktu adalah anugerah yang tidak selalu ada di pihak Anda, kata Wisnu Heru Luhur.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *