Sat. Sep 21st, 2024

Menengok Suasana Takbir Keliling Desa Transmigrasi di Jambi

matthewgenovesesongstudies.com, Jambi – Hujan deras baru saja reda namun hujan ringan masih menyelimuti langit di Desa Lampisi, Kecamatan Rena Mendaluh, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Jalan desa yang licin dan berlumpur tidak menyurutkan semangat warga untuk membawa takbir portable menyambut hari raya 1445.

Takbir portabel tersebut dilakukan pada Selasa malam (09/04/2024) atau setelah pemerintah menetapkan 1 Syawal jatuh pada Rabu, 10 April 2024. Penduduk desa datang berkelompok. Para remaja dari muda hingga tua mengikuti arak-arakan mobil hias keliling desanya.

Gema takbir terdengar melalui pengeras suara disertai suara tabuhan genderang. Jalan tanah yang sedikit berlumpur tidak menghentikan mereka. Puluhan sepeda motor mengiringi takbir berkeliling.

Nur Hidaya, warga Desa Lampisi, mengatakan: “Takbir tahun ini kurang meriah dibandingkan tahun lalu dan tidak banyak orang, karena hujan dan cuaca buruk.”

Meski cuaca buruk dan listrik padam, ratusan warga tetap bersorak. Terdapat 13 mobil pikap yang mengusung sound system berbeda dan dihiasi dekorasi lampu warna-warni. Pembaca takbir keliling berasal dari masjid dan surah tingkat lingkungan.

Desa Lampisi SP 2 yang terletak sekitar 150 kilometer dari ibu kota provinsi Jambi, dihuni pada tahun 1990-an dan merupakan desa yang sangat kompak. Setiap tahunnya, sebagian besar warga desa di Jawa tidak pernah melewatkan tradisi membawakan takbir.

Meski jauh dari Pulau Jawa, namun suasana Jawa masih begitu terasa di desa tempatnya pindah. Di tengah perjalanan, seorang pemuda berjalan melewati pengeras suara dan menceritakan lelucon masa muda.

“Seng ora poso, melu riyoyo not by (yang tidak berpuasa tidak bisa merayakannya),” canda seseorang melalui pengeras suara dari dalam mobil van.

Acara pawai keliling dan takbir yang melibatkan ratusan pemuda masjid dimulai sekitar pukul 20.30 WIB di kampung Lampisi. Mereka melakukan perjalanan melalui jalan pedesaan.

Setelah mengunjungi desa tersebut, para peziarah sampai di lapangan sepak bola desa Lampisi. Puluhan anak muda menggelar aksi demonstrasi obor.

Obornya berbentuk tongkat panjang, menyala dengan api di kedua sisinya. Kemudian mereka memainkan obor sebagai mayor drum.

Terkadang mereka menembakkan api dari mulut mereka. Jimat ini merupakan bagian dari kearifan lokal.

Pertunjukan obor berlangsung sekitar satu jam. Usai atraksi, para peziarah mundur. “Minal Aizin, mohon maaf lahir dan batin. Sampai jumpa di trip tahun depan,” ucap salah satu peserta melalui pengeras suara.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *