Fri. Sep 27th, 2024

Menengok Tradisi Tarung Kuda, Peninggalan Suku Muna Sulawesi Tenggara

matthewgenovesesongstudies.com, Muna Barat, Sulawesi Tenggara – Pulau Muna merupakan bagian dari provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau yang memiliki luas sekitar 100.000 kilometer persegi ini dihuni oleh suku Muna atau Vona, dan salah satu tradisinya adalah adu kuda atau Pogira Adhara. 

Masyarakat Kecamatan Lawa, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara masih mempertahankan tradisi ini. Rombongan Dampit Dufa berkesempatan melihat tradisi adu kuda yang dilakukan masyarakat desa Lagadi.

“Kami menyambut baik tim Dumpt Dufa dengan tradisi adu kuda,” kata Ali Udi Pua, tokoh pemuda Lagadi, Selasa (18/6/2024).

Pria lulusan Institut Pemerintahan Adat (IPDN) 2016 atau angkatan 23 ini mengatakan, tradisi adu kuda digunakan untuk menyambut tamu yang datang ke desanya. Hingga saat ini tradisi tersebut masih terus berlanjut.

“Iya, adu kuda itu tradisi nenek moyang kami suku Mona,” kata Ali.

Delapan dari 10 bersaudara menjelaskan bahwa adu kuda adalah pertarungan antara dua senjata. Umumnya salah satu kuda jantan yang menjadi pemimpin kelompok kuda betina melindungi kelompoknya dari kuda-kuda di luar kelompok.

“Jika ada kuda lain yang mengganggu kelompok, maka kuda tersebut akan berjuang melindungi kelompok,” jelas Ali.

Tak hanya itu, lanjut Ali, penyambutan Dampit Zahafa tidak hanya adu kuda, ada juga tradisi Salat Ewa Vona. Silat Eva Muna menggambarkan keterampilan bela diri dengan gerakan atau teknik khas Muna.

Nantinya ditandai dengan pemotongan pisang sebagai simbolnya, kata Ali.

Penduduk Desa Lagadi sebagian besar berprofesi sebagai petani. Kondisi Alam di Desa Lagadi Masyarakat menanam jagung, umbi-umbian dan pohon jati.

Ali berkata, “Masyarakat negara kami adalah petani.”

 

Pria yang merupakan Kepala Desa Wamale ini mengatakan, masyarakat Lagadi mengutamakan sistem gotong royong. Hal ini terlihat dari aktivitas masyarakat yang salah satunya adalah penyembelihan hewan kurban yang dipersembahkan oleh Dumpit Dufa.

Ali mengatakan: “Kerja sama bilateral di negara dan kecamatan kita sangat kuat. Lihat saja penyembelihan hewan kurban. Mereka bekerja sama untuk membunuh hewan kurban.”

Ali meyakini kerja sama bilateral menjadi kekuatan negaranya dalam membangun persatuan demi pembangunan bersama. Menurutnya, gotong royong semakin memudahkan dan mempercepat segala aktivitas masyarakat Lagadi.

Ali menyimpulkan: “Gotong royong ini tidak memerlukan pengeluaran, hanya membutuhkan persatuan masyarakat.”

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *