Sun. Sep 22nd, 2024

Mengatakan ‘Jangan’ pada Anak Tidak Selalu Efektif, Begini Strategi yang Lebih Ampuh

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Bagi orang tua yang memiliki balita, ungkapan “jangan lakukan itu” mungkin sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. “Jangan tusuk mata adikmu!”, “Jangan lemparkan telapak tanganmu ke tanah!”, “Jangan lari di tempat parkir!”.

Ungkapan-ungkapan ini sering kali diucapkan dengan nada keras dan tegas untuk menghentikan perilaku buruk bayi.

Pakar parenting Dr. Chelsea Hauge-Zavaleta dikutip dari Tinybeans.com: Bayi berusia antara dua setengah dan tiga setengah tahun mungkin belum sepenuhnya memahami arti ungkapan “jangan”.

Sebab, pada usia ini mereka masih dalam tahap perkembangan bahasa dan belum bisa mengolah konotasi negatif dengan baik.

Para orang tua meninggikan suara mereka dan berteriak “jangan buka kulkas!” Saat diberi tahu, bayi bisa memahami bahwa dirinya telah melakukan kesalahan karena suara orangtuanya menyampaikan kemarahan.

Namun, mereka belum tentu paham bahwa membuka kulkas itu dilarang. Hal ini dapat menyebabkan frustrasi bagi orang tua dan kebingungan bagi bayi.

Daripada mengucapkan kata-kata tabu yang sering diabaikan atau ditolak, ada strategi lain yang lebih efektif dan positif dalam membesarkan anak.

Dr Chelsea Hauge-Zavaleta memiliki beberapa tips sederhana untuk membantu Anda mengetahui di mana perkembangan bahasa bayi Anda. “Pertama siapkan dua hal yang akrab dengan anak Anda, seperti stroberi dan apel,” jelasnya.

– Lalu berkata sambil tersenyum lebar: “Beri ibu sesuatu yang bukan stroberi.” Kebanyakan anak akan memberimu stroberi.”

Namun, jika balita Anda memahami petunjuknya dan memberikan apel tersebut, Dr. Hauge-Zavaleta menyarankan untuk meminta orang lain selain orang tua Anda untuk membantu Anda mengulangi tes ini.

“Perhatikan bagaimana reaksi bayi Anda,” katanya. Mengamati kurangnya pemahaman anak Anda terhadap kata ‘tidak’ adalah cara paling efektif untuk menggerakkan Anda menuju pendekatan disiplin yang lebih positif.

Teknik sederhana ini dapat membantu orang tua memahami kemampuan bahasa bayinya dan memilih strategi komunikasi yang lebih efektif untuk disiplin.

Pakar parenting Dr. Chelsea Hauge-Zavaleta merekomendasikan pendekatan “kontras positif” dalam membesarkan bayi. Daripada menggunakan kata-kata negatif seperti “tidak”, “berhenti”, dan “jangan lakukan itu”, Dr. Hauge-Zavaleta menyarankan untuk menggantinya dengan frasa positif.

Misalnya, alih-alih mengatakan, “Jangan lari dariku”, orang tua mungkin mengatakan, “Ayo berpegangan tangan di tempat parkir.” Kalimat positif ini lebih mudah dipahami dan diikuti anak.

Meski perlu latihan agar terbiasa, mengubah bahasa dengan cara ini dapat membantu orang tua memahami cara berkomunikasi lebih efektif dengan bayi.

Dengan memahami tingkat perkembangannya, orang tua dapat memilih taktik yang tepat untuk membantu anaknya sukses dan mencapai tujuan yang diinginkan. Pendekatan ini menciptakan situasi win-win bagi orang tua dan anak.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *