Thu. Sep 19th, 2024

Mengenal Laut Aral yang Mengering Jadi Lahan Tandus

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Laut Aral dulunya merupakan danau air asin terbesar keempat di dunia, namun kini menyusut drastis hingga hanya menyisakan bekasnya. Laut Aral yang terletak di Asia Tengah antara Kazakhstan dan Uzbekistan pernah menjadi sumber kehidupan jutaan orang.

Saat ini, Laut Aral menjadi simbol bencana lingkungan terbesar yang disebabkan oleh manusia. Pada awal abad ke-20, Laut Aral menjadi sumber daya yang berharga.

Uni Soviet memulai proyek ambisius untuk mengubah wilayah tersebut menjadi wilayah pertanian produktif. Sejak tahun 1960-an, Laut Aral menyusut drastis akibat proyek irigasi besar-besaran.

Akibatnya, Laut Aral hampir hilang seluruhnya, menyisakan gurun tandus. Berdasarkan laman Columbia University, Rabu (4/9/2024), luas Laut Aral sekitar 66.100 km² dengan kedalaman rata-rata 16 meter pada tahun 1963.

Danau ini terdiri dari dua bagian utama yaitu Laut Aral Utara dan Laut Aral Selatan yang dihubungkan oleh saluran sempit. Perairan Laut Aral berasal dari dua sungai utama, yaitu Sungai Amu Darya dan Sungai Syr Darya yang mengalir dari pegunungan Asia Tengah.

Namun proyek irigasi besar-besaran mengalihkan aliran sungai Amu Darya dan Syrdarya untuk pertanian. Khususnya untuk tanaman kapuk, yang menyebabkan danau kehilangan lebih dari 90 persen ukurannya sejak tahun 1960an.

Pada tahun 1987, 27.000 km² dasar Laut Aral telah mengering. Volume air danau ini juga mengalami penurunan hingga 60 persen dan kandungan garamnya meningkat dua kali lipat sehingga menyebabkan kematian sebagian besar hewan air yang ada di dalamnya.

Ekosistem danau yang kaya, termasuk banyak spesies ikan dan burung, sedang dirusak oleh penurunan kualitas air dan hilangnya habitat. Banyak spesies ikan yang punah, termasuk ikan sturgeon yang dulunya merupakan sumber utama kaviar.

Perubahan iklim semakin memperburuk kondisi ekosistem di Laut Aram. Suhu rata-rata di Cekungan Aral telah meningkat sekitar 3,6 derajat Fahrenheit sejak tahun 1968.

 

Hilangnya air dari Laut Aral telah mempengaruhi iklim. Setidaknya lebih dari 200.000 ton garam dan pasir dari dasar Laut Aral terbawa angin dalam radius 300 kilometer.

Hal ini menyebabkan penurunan kualitas lahan pertanian dan padang rumput. Mineral yang terbawa angin dari dasar Laut Aral juga mengancam kesehatan penduduk setempat, karena debu yang mengandung garam, pestisida, dan bahan kimia berbahaya cukup beracun.

Meski situasinya terlihat suram, sejumlah langkah pemulihan terus dilakukan untuk mengatasi krisis ini. Pada tahun 2005, proyek Kanal Karakalpakstan diluncurkan untuk meningkatkan aliran air ke Laut Aral Selatan.

Salah satu pencapaian terbesarnya adalah pembangunan bendungan Kok-Aral di Kazakhstan. Upaya-upaya ini memungkinkan peningkatan permukaan air Laut Aral Utara dan memulihkan sebagian ekosistemnya.

Dari laman Live Science, Rabu (4/9/2024), sekelompok peneliti Jepang menanam tanaman yang bisa hidup di lingkungan Laut Aral. Tanaman yang dikenal dengan nama halophyte ini ditanam di lahan seluas 3,5 hektar.

Pakar halofit dari Universitas Totori Jepang menjelaskan bahwa halofit tidak membutuhkan apapun untuk bertahan hidup. Tanaman ini membantu mengunci kelembapan di dasar Laut Aral yang tandus.

(Tiffany)

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *