Mon. Sep 16th, 2024

Mengenal ‘Sedentary Life Style’ Pekerja Kantoran, Simak Penjelasan Medis dari Ahli Kesehatan

matthewgenovesesongstudies.com, Bandung – Kini para pekerja kantoran tidak perlu lagi datang ke kantor karena bisa menyelesaikan pekerjaannya dari jarak jauh.

Contoh ketidakhadiran yang paling dekat adalah kebijakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memperpanjang cuti guna mengurangi kemacetan arus mudik pada libur Idul Fitri 2024.

Seluruh ASN diperintahkan menjalankan tugas dari rumah, work from home (WFH). Tentu saja dengan beragamnya perangkat dan gadget canggih saat ini, hal tersebut tidak menjadi kendala.

Di era digital, aksesibilitas dan kemudahan teknologi membuat hidup kita semakin praktis dan efisien.

Hal ini juga terjadi dalam aktivitas sehari-hari di dunia kerja atau perkantoran. Jika dahulu kegiatan, kegiatan, bahkan sistem harus dilakukan dalam beberapa langkah, kini teknologi menjadi lebih sederhana dan cepat.

Ini hal kecil, mungkin dulu kalau makan siang di kantor harus jalan kaki ke kantin, tapi sekarang tidak lagi.

Era berbagai aplikasi yang mudah digunakan sudah dimulai sehingga kita tidak perlu lagi berjalan kaki ke kantin, karena kita bisa menggunakan aplikasi makanan online. Mudah bukan?

Apalagi saat ada tenggat waktu atau rapat yang sedang berlangsung. Banyak kalimat yang muncul dari salah satu pekerja, ‘Malas sekali, ayo pesan makanan secara online’.

Contoh lain saja, kegiatan rapat yang sering menggunakan rapat online, tentu tidak mengharuskan kita berjalan kaki, meski hanya 5 hingga 10 langkah menuju ruang rapat.

Bahkan, untuk rapat yang ruangannya hanya satu lantai di bawah area kerja, Anda mungkin lebih memilih menggunakan lift dibandingkan berjalan menaiki tangga.

Tentu saja, para pekerja dan perusahaan tidak memahami hal ini sebagai awal dari gaya hidup sedentary di tempat kerja.

Menurut Pembina Kesehatan Kerja, Dokter Spesialis Remaja Dinas Kesehatan Jawa Barat, Devi Ratnasari, SKM. M.Si, Sedentary Lifestyle merupakan gaya hidup masyarakat yang kurang aktif atau kurang aktif secara fisik.

Oleh karena itu, tambahnya, menurut hasil Riskedas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), ASN, BUMN, BUMD, dan swasta memiliki aktivitas fisik dalam pekerjaan sebesar 36,5 persen dengan persentase 34,3 persen, dan itu merupakan hal yang wajar pada posisi pekerjaan yang sama. . Persentase tertinggi untuk penyakit diabetes melitus.

Sedangkan penyakit darah tinggi merupakan persentase terbesar kedua dari jenis pekerjaan yang dapat dianggap sebagai pekerjaan kantoran, kata Dewey dalam keterangan tertulis yang dikutip dari situs Dinas Kesehatan Jabar, Rabu, 17 April 2024.

Devi mengatakan, ada dua faktor penting gaya hidup sedentary pekerja yang berperan besar dalam menimbulkan gangguan kesehatan di tempat kerja, yaitu kurangnya aktif berjalan atau aktivitas fisik di tempat kerja dan pola makan yang tidak sehat seperti kurang buah-buahan. Sayuran, banyak karbohidrat, garam, gula dan lemak.

Kedua poin ini menjadi mitra serius bagi meningkatnya kasus obesitas dan tekanan darah tinggi di kalangan pekerja. Penyakit degeneratif jenis ini tentunya tidak hanya berdampak pada kerugian pribadi, namun juga produktivitas kerja, ketidakhadiran, dan biaya-biaya lainnya yang tentunya menjadi beban bagi kantor atau organisasi.

 

Lalu bagaimana cara melawan gaya hidup sedentary ini? Devi mengingatkan, karyawan adalah investasi perusahaan. Perusahaan tentu mengharapkan pekerjanya sehat, bugar dan produktif.

“Peran perusahaan dalam memerangi gaya hidup sedentary sangat penting melalui komitmen perusahaan. Komitmen perusahaan dalam meningkatkan kesehatan dan kebugaran karyawan dapat berdampak positif terhadap citra dan keuntungan perusahaan,” kata Devi.

Komitmen perusahaan terhadap penerapan gaya hidup sedentary di kalangan pekerja mencakup pemeriksaan kesehatan rutin dan pengukuran kebugaran fisik, sehingga pekerja dapat melakukan deteksi dini untuk mencegah berbagai penyakit.

Kegiatan pemeriksaan kesehatan dan pengukuran kebugaran ini dapat dilakukan setiap triwulan atau tahunan.

Alasan kedua adalah kebijakan pangan sehat dan ngemil, dengan memperbanyak buah-buahan dan sayur-sayuran, makanan rendah minyak, gula dan garam.

“Demikian pula makanan yang dijual di kantin adalah makanan sehat,” kata Devi.

Selain itu, hal yang mungkin terkesan ringan namun berpengaruh signifikan terhadap peningkatan aktivitas fisik di kalangan pekerja adalah kebijakan penggunaan lift, kita semua tahu bahwa biaya listrik untuk lift di kantor tidaklah murah, efisiensi penggunaan lift. liftnya tinggi. Artinya bagi perusahaan.

Lift hanya digunakan untuk orang lanjut usia (lansia), lanjut usia dan penderita penyakit terbatas atau resiko tinggi, pekerja yang hanya menuju lantai 1 bawah atau atas harus menggunakan tangga.

Stretching atau olah raga refreshing juga menjadi pilihan bagi para pekerja agar dapat berjalan aktif setelah dua jam bekerja untuk mengurangi kekakuan pada otot-otot tubuh dan tentunya meningkatkan semangat dan konsentrasi untuk kembali bekerja, kata Devi.

Program lain yang dapat dilakukan perusahaan adalah program Jumsihat (Jumat Bersih dan Sehat), yaitu program di tempat kerja yang dapat meningkatkan aktivitas fisik di kalangan karyawan, yaitu setiap minggu pada hari Jumat seluruh karyawan harus membersihkan ruangan dan melakukan aktivitas fisik. kegiatan olahraga – “olahraga. yang diutamakan dan pasti sesuai dengan tingkat kebugaran para pekerjanya,” kata Devi.

Devi mengatakan, rutinnya kegiatan olahraga di tempat kerja akan menciptakan kelompok olahraga di lingkungan kantor.

Karyawan juga harus rutin berolahraga dalam kesehariannya, sehingga karyawan mempunyai kebiasaan berolahraga.

Perusahaan hendaknya rutin melakukan pemantauan berkala dan peninjauan langsung terhadap program kesehatan kerja serta meningkatkan aktivitas fisik sebagai upaya memerangi gaya hidup sedentary di tempat kerja.

“Kegiatan pengawasan dan evaluasi program ini dapat dilakukan dalam bentuk checklist atau melalui diskusi aktif dengan para pekerja, yang akan banyak melahirkan inovasi atau saran bagi pelaksanaan program di masa depan,” kata Devi.

Pasalnya, kata Devi, karyawan yang sehat, sehat, dan produktif merupakan aset bagi perusahaan. Oleh karena itu, hindarilah kata mager, bersembunyi di balik kata teknologi canggih untuk kebugaran dan kesehatan tubuh.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *