Sat. Sep 28th, 2024

Mengenalkan Table Manner Tradisional ala Indonesia ke Gen Z, Cukup Pakai Tangan Kanan yang Bersih

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Tata krama meja yang dikenal saat ini identik dengan duduk di meja makan dan menggunakan peralatan makan yang berbeda. Faktanya, table sopan santun pada dasarnya adalah istilah untuk tata krama meja. Untuk itu, Indonesia juga memiliki kebiasaan makan tradisional yang perlu diajarkan kepada generasi penerus, khususnya Generasi Z, agar tetap lestari.

Setiap daerah mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda. Mempelajari tata krama makan tradisional sangat penting untuk berinteraksi dengan komunitas lokal Anda. Untuk alasan yang sama, Departemen Pariwisata Universitas Pelita Harapan (UPH) memperkenalkannya kepada mahasiswa pada acara perhotelan bertajuk “The Wonderful History of Indonesian Gastronomi.”

“Ini hasil karya mahasiswa mata kuliah Food and Beverage Service (FnB). Kami mempelajari cara-cara penyajian masakan tradisional Indonesia, artinya belum ada fakultas pariwisata lain di Indonesia yang benar-benar ingin menggali, menggali potensi yang dimiliki Indonesia.” kekayaan warisan yang akan dijadikan daya tarik wisata,” kata Amelda Pramezvari, Kepala Kurikulum Manajemen Perhotelan UPH, Jumat, 24 Mei 2024.

Menurut Amelda, tata krama makan tradisional Indonesia jarang diajarkan secara khusus di kampus. Bahkan merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia. Pada saat itu, food behavior dari tiga daerah terwakili yaitu Sumatera Barat, Bali, dan Jawa Barat. “Di Bali ada Megibung, Ngalivet dari Jabar, dan Bajamba dari Sumbar,” ujarnya.

“Kami belum pernah menunjukkan betapa kayanya layanan Indonesia dalam hal makanan. Jadi siswa kami akan mendemonstrasikan di sini cara makan. Nah, selama tiga hari ini kami akan menampilkan berbagai khasanah wisata kuliner Indonesia,” ujarnya.

 

Pada showcase pertama, siswa diperkenalkan dengan tradisi teh talua dan bajamba. Rony Susanto, mahasiswa jurusan manajemen perhotelan angkatan 2022, merepresentasikan tradisi praktik tersebut dengan mengenakan pakaian adat Sumbar.

“Kami menyajikan teh talua atau teh telur. Ini minuman manis yang banyak ditemukan di restoran-restoran di Sumbar, kami tunjukkan cara membuatnya dan juga cara makan lesehan ala Bajamba,” kata Ronnie.

Bajamba adalah tradisi makan bersama dalam satu ruangan dengan kaki bersilang di lantai. Biasanya dibuat pada acara-acara besar atau penting, acara adat, dengan lauk pauk dan nasi yang disajikan di tampa.

Meski berada dalam satu ruangan, para tamu biasanya berkelompok di depan nampan berisi nasi dan berbagai lauk pauk yang sudah disiapkan. Terlepas dari status sosialnya, mereka akan makan bersama sambil berbincang.

Ada aturan tidak tertulis dalam cara makan Bajamba, yaitu tangan kanan mengarah ke mulut dan tangan kiri ke bawah. Hal ini diperlukan agar nasi tidak hancur. Jika mengenai tangan kiri Anda, pindahkan ke tangan kanan Anda lalu perlahan kembalikan ke mulut Anda.

Pindah dari Sumatera Barat ke Bali, ada metode makan bersama yang disebut Meghibung. Konsep ini mirip dengan bajamba, yakni mirip makan bersama sambil duduk di lantai dengan formasi melingkar. Mereka kerap makan bersama di tampa yang berisi lauk-pauk khas Bali dan nasi.

“Nasi putihnya ditaruh di wadah yang dialasi daun pisang. Susunannya seperti ini, membentuk lingkaran di sekeliling wadah,” lanjut Amelda.

Hal yang sama berlaku untuk tradisi kidal. Daun pisang kembali digunakan sebagai alas nasi dan lauk pauknya, ditata rapi memanjang dan dibagi-bagi agar semua peserta mendapat jatah makanannya. Para pengunjung saling memandang dan memakan hidangan di depan mereka.

Seperti kebiasaan orang Indonesia yang makan langsung dengan tangan, tanpa sendok atau garpu, begitu pula sat ngalwetu. Untuk makan harus menggunakan tangan kanan untuk menunjukkan rasa hormat dan tangan kiri untuk memastikan nasi yang masuk ke mulut tidak kembali ke wadah semula.

Universitas Pelita Harapan (UPH) Tangerang menjadi tuan rumah Hospitour 2024 dengan tema THRIVE – Tourism and Hospitality: Redefining Innovation, Vision and Experience. Tema tersebut dipilih untuk mendorong inovasi, visi dan pengalaman baru dalam industri pariwisata dan perhotelan untuk mendorong pertumbuhan di pasar global yang terus berkembang dan perubahan zaman.

Dekan Fakultas Pariwisata UPH, prof. Diena Mutiara Lemi menyampaikan mahasiswa Fakultas Pariwisata mengikuti Hospitour 2024 yang pada tahun ini tidak diadakan di kampus, melainkan di pusat perbelanjaan. “Kami berharap melalui ini mahasiswa dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja karena di tempat umum ini mahasiswa akan bertemu banyak orang,” ujarnya.

Silaturahmi ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan perlunya berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan dengan mendukung seluruh usaha mikro di industri pariwisata di Indonesia.

“Pariwisata tidak bisa lagi dianggap remeh karena pariwisata memiliki banyak segmen, tidak hanya kuliner tetapi juga pengelolaannya. Bagaimana kita bisa meningkatkan potensi pariwisata dan budaya di daerah agar menjadi perekonomian yang berkelanjutan,” imbuhnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *