Tue. Sep 24th, 2024

Menguak Perbedaan EREV dan PHEV: Mana Lebih Unggul?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Dalam dunia kendaraan listrik, telah berlangsung beberapa waktu perdebatan antara EREV (Exended Range Electric Vehicle), kendaraan listrik jarak jauh yang ditenagai motor listrik, dan PHEV (Plug-in Hybrid Electric Kendaraan). Kendaraan hibrida plug-in yang bergerak dengan bantuan energi ICE.

Beberapa orang menganggap EREV dan PHEV adalah hal yang sama. Namun jika keduanya sama, narasi bahwa EREV lebih baik dari PHEV hanyalah cerita kosong belaka. Karena masing-masing mempunyai kelebihannya masing-masing. 

Ada banyak alasan mengapa sepeda motor listrik lebih baik dibandingkan mesin pembakaran internal (ICE). Salah satunya adalah efisiensi motor listrik yang sangat tinggi.

Nissan mengembangkan mesin e-POWER sejenis EREV, namun memiliki baterai kecil dan tidak dapat diisi daya listrik. Namun mesin ini sangat efisien.

Keunggulan mesin e-POWER adalah mesin pembakaran dalam selalu berjalan pada kisaran efisiensi sehingga sangat hemat energi. Nissan mengklaim efisiensi termal mesinnya mencapai 50%.

Di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa PHEV lebih baik karena lebih fleksibel. Namun, pandangan ini mengabaikan sejumlah poin penting: Beberapa PHEV mengandalkan baterai untuk bergerak.

Jika ada masalah pada aki, mobil PHEV tidak bisa dikendarai. Lebih lanjut, fleksibilitas harus dilihat tidak hanya pada jenis mesin tetapi juga pada sumber tenaganya. 

Pertama, EREV tidak sekompleks PHEV. Jika sebuah mobil memiliki mesin pembakaran yang mengisi baterai dan menjalankannya, pasti membutuhkan lebih banyak komponen.

Mesin yang bekerja hanya untuk menghasilkan listrik dianggap sederhana, seperti EREV.

Seorang insinyur otomotif pernah berkata, “Komponen yang dilepas tidak akan rusak.” Artinya, semakin sedikit komponen yang ada, maka semakin besar kemungkinan terjadinya masalah.

Kedua, PHEV sedikit lebih rumit. Beberapa produsen mobil telah mempelajari kompleksitas PHEV dari pengalaman. Inilah mengapa EREV dianggap lebih unggul.

PHEV membutuhkan motor listrik dan mesin pembakaran untuk bergerak. Ketika baterai habis dan motor listrik tidak bisa lagi membantu, mobil harus mengandalkan mesin pembakaran saja.

Hal ini bisa menjadi masalah, apalagi mesin harus menggerakkan mobil yang berat dan penumpangnya.

Itu sebabnya kebanyakan PHEV memiliki output mesin 400 hp atau lebih. Mesin ini harus cukup bertenaga untuk mendorong kendaraan, terutama saat menanjak atau saat menyalip.

Bahkan mesin berkekuatan 200 HP mungkin tidak cukup untuk mobil berbobot lebih dari 2 ton, terutama jika ada orang dan muatan di dalamnya.

Produsen mobil harus mempertimbangkan hal ini. Namun sebaliknya, mesin tersebut bisa menghasilkan emisi karbon yang sangat tinggi. Selain itu, PHEV lebih berat karena harus membawa baterai yang lebih besar.

Jika berbicara tentang EREV, motor listrik pada EREV selalu menggerakkan mobil, baik dari baterai maupun dari energi yang dihasilkan oleh mesin pembakaran (ICE). Dengan cara ini perilaku mobil tetap stabil dan dapat direncanakan. 

Produsen mobil mana pun yang memahami EREV memiliki keuntungan besar. Namun, mereka harus memastikan bahwa konsumen memahami perbedaan kedua jenis kendaraan tersebut dan mengetahui mana yang lebih murah.

Selain konsep, pelaksanaannya juga sangat penting. Produsen harus menawarkan produk yang menarik. Misalnya saja Mazda yang mengubah model MX-30 EV menjadi EREV dengan menambahkan mesin Wankel.

Sayangnya mereka mengurangi kapasitas baterainya menjadi 17,8 kWh yang hanya menawarkan jangkauan sekitar 85 km. Jika tetap menggunakan baterai 35,5 kWh, jangkauannya bisa mencapai 200 km.

Mobil listrik mereka mengalami penjualan yang buruk karena jangkauan yang tidak memadai. Namun, Mazda terus menggunakan strategi yang tidak memadai, sehingga pelanggan mengeluhkan terbatasnya jangkauan EREV. 

Beberapa perusahaan Tiongkok, seperti BYD, telah mengembangkan kendaraan yang mampu melakukan perjalanan jarak jauh hanya dengan menggunakan listrik. Namun kendaraan tersebut merupakan PHEV dengan mesin pembakaran kecil dan baterai besar.

Banyak pembeli yang mengeluhkan performa mobil ini ketika daya baterai turun dan hanya mesin pembakaran yang berfungsi menggerakkan mobil dan penumpangnya.

Jika kendaraan tersebut adalah EREV, masalah ini tidak akan muncul dan mesinnya bisa lebih kecil dari yang ada saat ini. Hal ini akan memuaskan semua pihak yang terlibat. Produsen mobil tidak perlu memasang baterai besar di EREV. 

Ketika kendaraan dirancang secara aerodinamis untuk efisiensi energi yang lebih besar, seperti yang dilakukan Lucid dan banyak perusahaan lain, mereka dapat melaju lebih jauh dengan komponen yang lebih sedikit.

Hal ini mungkin mempengaruhi harga kendaraan, namun jika Anda yakin bahwa ERV tidak bertahan lama, maka masalahnya tidak akan terlalu besar. Memilih teknologi baterai yang lebih baik juga dapat membantu.

Seperti yang sering dikatakan, sepeda motor listrik adalah masa depan transportasi pribadi dan kini kita hanya perlu menemukan cara terbaik untuk menggerakkannya. EREV bisa menjadi solusi sementara sambil menunggu munculnya alternatif yang lebih baik. 

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *