Fri. Sep 27th, 2024

Menguak Potensi Bioetanol Sebagai Bahan Bakar Rendah Emisi

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pengembangan bioetanol sebagai energi alternatif ramah lingkungan dinilai merupakan langkah strategis bagi terwujudnya sumber energi terbarukan di Indonesia. Bioetanol juga dianggap sebagai pilihan yang layak untuk digunakan pada kendaraan energi baru dan terbarukan (EBT) guna mengurangi emisi karbon.

“Untuk menjaga stabilitas kebutuhan bahan bakar dan mengurangi emisi, kita perlu beralih ke energi terbarukan dengan siklus yang cepat, salah satunya bioetanol,” kata pakar proses konversi biomassa Institut Teknologi Bandung (ITB), Roni Purwadi. Karawang. Kamis (06/08/2024).

Menurut dia, sektor transportasi masih bergantung pada bahan bakar fosil, meski tersedia sumber terbarukan seperti panas bumi, nuklir, dan matahari. Pemerintah Indonesia juga telah mendorong penggunaan biodiesel, namun Roni menegaskan bioetanol lebih relevan karena sebagian besar kebutuhan bahan bakar adalah bensin.

“Jika kita ingin beralih ke kendaraan listrik (EV), kita harus mengganti semua mobil dengan yang baru, yang tentunya memakan banyak waktu dan biaya,” imbuhnya.

Ronnie menemukan bahwa penggunaan bioetanol menawarkan beberapa manfaat, antara lain berkurangnya ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, berkurangnya emisi gas rumah kaca, dan peningkatan ketahanan energi nasional. Keunggulan lainnya adalah bioetanol masih bisa digunakan pada mobil yang biasanya menggunakan bensin dan bisa menggunakan sampah organik.

“Bioetanol juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Roney.

Meskipun bioetanol dapat diproduksi dari bahan baku pangan dan non pangan seperti jagung dan singkong, namun produksinya masih terbatas. Saat ini bioetanol hanya digunakan sebagai campuran E05 di Jakarta dan Surabaya. Sementara kebutuhan bensin nasional mencapai 29 juta kiloliter per tahun dan produksi bioetanol baru mencapai 34.500 kiloliter.

“Pengembangan bioetanol perlu dipercepat untuk memenuhi target bauran energi terbarukan pemerintah,” tutup Ronnie.

Selain kendaraan bertenaga baterai, kendaraan ramah lingkungan lainnya seperti hibrida dan bioetanol dapat membantu Indonesia mencapai target pengurangan emisi pada tahun 2030. Selain itu, Indonesia merupakan negara kaya energi dan memiliki potensi pengembangan bioetanol yang tinggi.

“Mobil hybrid dan bioetanol salah satunya bisa menjadi solusi penurunan emisi pada tahun 2030,” kata Wakil Presiden PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN).

Menurutnya, Indonesia menghadapi banyak tantangan untuk dapat mencapai tujuan global net zero emisi pada tahun 2060. Energi ramah yaitu hybrid dan bioetanol.

Oleh karena itu, Bob menegaskan agar pemerintah memberikan insentif bagi mobil hybrid untuk mendorong masyarakat mengadopsi kendaraan gabungan berbahan bakar bensin dan listrik tersebut. Apalagi di puncak daya beli masyarakat yang terus menurun.

Ia mengatakan, produsen dan industri akan selalu siap menggunakan alternatif energi ramah lingkungan pada kendaraan di Indonesia. Seperti Toyota yang telah menunjukkan kesediaannya untuk memberikan pilihan kendaraan ramah lingkungan lainnya dengan memperkenalkan Fortuner dan Innova Genix Flexi Fuel dengan bioetanol di Indonesia.

Dalam upaya mencapai target penggunaan energi baru terbarukan (REE) yang ditetapkan pemerintah meningkat menjadi 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050, berbagai inisiatif telah dilaksanakan untuk mencapai target tersebut. Penggunaan energi terbarukan seperti bioenergi dapat membantu mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil di semua sektor terkait seperti pembangkit listrik, sektor domestik, industri dan transportasi. Bioenergi, termasuk biofuel, berperan besar dalam mendukung transisi energi dan pengurangan emisi di Indonesia. 

Salah satu strategi untuk mengoptimalkan potensi EBT di Indonesia adalah melalui inisiatif program bioetanol. Bioetanol dapat diproduksi dari tebu, sorgum, jagung, singkong, dan lain-lain, tergantung pada ketersediaan sumber daya di negara setempat. Dengan demikian, tidak hanya mengurangi emisi, peningkatan penggunaan tanaman tersebut akan membantu kesejahteraan petani Indonesia. 

Bahan bakar etanol memiliki kinerja lebih tinggi dan emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil. Pencampuran etanol dengan bahan bakar fosil dimaksudkan untuk mengurangi emisi dan impor bensin nasional, serta menciptakan lapangan kerja di sektor perkebunan dan pengolahan bahan baku bioetanol. Hal ini tentunya sejalan dengan semangat era transisi energi. 

Etanol merupakan bahan bakar masa depan yang dapat menciptakan siklus positif, dengan semakin meningkatnya penggunaan bioetanol oleh petani pengguna tanaman olahan tentunya dapat meningkatkan tingkat perekonomian dan kesejahteraan mereka. Jika petani sejahtera, mereka bisa membeli lebih banyak mobil, ini disebut siklus positif. Penjualan dan konsumsi akan meningkat dan impor bahan bakar fosil akan menurun.

Namun yang terjadi saat ini adalah impor bahan bakar fosil akan meningkat seiring dengan meningkatnya performa kendaraan, sedangkan bahan bakar bioenergi yang dihasilkan oleh petani belum dapat dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini disebut dengan siklus negatif yang dapat menimbulkan efek domino berupa peningkatan subsidi impor bahan bakar kendaraan.

Berbagai manfaat positif dapat dicapai dengan mengoptimalkan bahan bakar etanol, antara lain: memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon tahun 2030 mengimpor kinerja mesin dengan kualitas lebih tinggi

Saat ini bahan bakar etanol digunakan hampir di seluruh dunia. Banyak negara sudah mencampurkan bensin dengan etanol. Ada komposisi yang dicampur pada 5 persen, ada pula yang dicampur pada 10 persen. Di Indonesia, bahan bakar etanol saat ini hanya 5 persen, namun bisa lebih banyak lagi di masa depan. 

Saat ini Toyota Indonesia sudah bisa memproduksi mesin yang mampu menggunakan bioetanol. Mesin produksinya juga mampu menggunakan bahan bakar campuran etanol tanpa memodifikasi mesin yang sudah ada. Toyota Indonesia telah mengembangkan kendaraan berbahan bakar bioetanol baik pada Fortuner Flexi Fuel Vehicle (FFV) maupun Kizong Innova Xenix Hybrid FFV dengan kendaraan berteknologi elektrifikasi.

Pada GIIAS 2024, Toyota Indonesia bermitra dengan Pertamina untuk menguji bahan bakar bioetanol alternatif pada unit Fortuner FFV dan Kizong Innova hybrid FFV. Bioetanol yang diperoleh dari batang rami digunakan pada pengisian awal dan uji berkendara kedua produk Toyota ini. Proses produksi biofuel menggunakan peralatan distilasi dan dehidrasi yang terdapat di laboratorium inovasi teknologi milik Pertamina. Getah juniper diperoleh melalui kerjasama dengan perguruan tinggi setempat yang telah melakukan uji coba penanaman di berbagai bidang. Setelah itu sari buah difermentasi dengan bioetanol lalu dimurnikan.

Segala upaya penurunan emisi melalui pemanfaatan EBT harus diperkuat, khususnya pada industri otomotif nasional. Dengan mengembangkan industri otomotif untuk kesejahteraan petani maka akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Sehingga peta jalan emisi, energi dan industri otomotif dapat menjadi solusi mobilitas sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan etanol, pemerintah juga dapat melakukan penukaran produk ekspor dengan etanol impor sekaligus menyiapkan perkebunan penggantinya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *