Mon. Sep 30th, 2024

Meniru Gaya Belanda, Indonesia Mesti Menuju Era `Dokter Keluarga`

By admin Sep30,2024 #Info Sehat

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Mengingat kuatnya sistem asuransi kesehatan masyarakat Belanda untuk layanan primer seperti dokter keluarga, Kementerian Kesehatan RI menilai apakah hal ini masih menjadi masalah serius di Indonesia.

Seperti yang diungkapkan Direktur Jenderal Kesehatan Prof. Akmal Taher, Sp.U(K). Menurutnya, permasalahan kesehatan di Indonesia sangat serius. Mulai dari penyakit menular seperti AIDS (acquired immunodeficiency syndrome), TBC atau malaria, hingga penyakit lain yang sulit dikendalikan seperti penyakit jantung. Belum lagi institusi kesehatan dasar seperti puskesmas atau klinik masih lemah, tenaga medis belum merata, sehingga dokter keluarga masih kesulitan.

“Jadi kita coba penguatan pelayanan kesehatan dasar terlebih dahulu dengan mengirimkan dokter PTT (tenaga tidak tetap), magang (penguatan puskesmas dengan dokter yang baru lulus) dan menggunakan keterampilan yang bisa langsung diterapkan oleh puskesmas,” kata Akmal. di sela-sela acara “Healthcare in Urban Setting” di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta, Senin (14/04/2014).

Meski demikian, Akmal mengatakan program JKN yang telah berjalan hampir empat bulan ini mendapat sambutan baik dari banyak kalangan. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan kepesertaan BPJS Kesehatan yang tumbuh sebesar 6 persen sejak 4 April 2014 atau dari 112 juta menjadi 119.404.294. Selain itu, terjadi penurunan jumlah pasien di rumah sakit yang cukup signifikan hingga mencapai 100 pasien sejak Maret 2014.

Di sisi lain, peneliti senior di NIVEL (Netherlands Institute for Health Research) Dr. Vinke Boerma, Ph.D., mengatakan kekuatan sistem pelayanan kesehatan Belanda terletak pada pelayanan kesehatan dasar seperti dokter keluarga. 

“Di Belanda sangat penting untuk memperkuat dokter keluarga. Sebagai perbandingan: 1 dokter membantu 2.500 pasien. Selain itu, 95 persen perawatan medis diberikan di rumah. Mereka jarang beralih ke spesialis. Kalau tidak mahal ya mahal. konsultasikan dengan dokter keluarga Anda. Bila perlu menemui dokter spesialis atas rujukan dari dokter keluarga Anda, namun kasusnya jarang terjadi. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *