Sat. Sep 21st, 2024

Menkes Budi: Bila Mau Anak-Anak Sehat, Harus Ada Upaya Preventif Termasuk Imunisasi

matthewgenovesesongstudies.com, Menteri Kesehatan Jakarta, Budi Gunadi Sadikin, mendorong anak-anak untuk mendapat imunisasi lengkap. Imunisasi dapat menjaga kesehatan anak dan mencegah penyakit serius.

“Preventif lebih baik dari pada kuratif, lebih baik menyelesaikan masalah di hulu dan hilir.” Lebih baik sekarang daripada terlambat, bukan? “Nah, kalau saya melihat ada program preventif yang termotivasi pada anak, maka keluarga harus diberikan edukasi,” kata Menteri Kesehatan Budi pada Workshop Juara Imunisasi Nasional bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jumat (3/8/2024).

Di Indonesia, pemerintah menyediakan 14 jenis vaksin untuk imunisasi rutin anak. Tambahan jenis vaksin yang diberikan secara gratis, kata Budi, berdasarkan rekomendasi ahli.

“Imunisasinya sendiri di Indonesia 11 antigen, waktu saya datang berdasarkan rekomendasi teman ahli ditingkatkan menjadi 14 antigen, kita tambah tiga.

“PCV itu satu untuk pneumonia, lalu ada rotavirus untuk diare, lalu ada HPV untuk kanker serviks. Nah, dua dari tiga, yaitu PCV dan rotavirus, mereka menular kepada kita karena kita melihat anak-anak kita meninggal karena penyakit yang diderita anak-anak kita. angka kematian yang tinggi, saya ingin menurunkannya agar tidak malu.

Selain imunisasi, Budi juga mengimbau masyarakat rajin melakukan skrining terhadap penyakit tersebut atau tidak.

Pneumonia dan diare

Salah satu penyebab utama tingginya angka kematian anak kecil adalah infeksi. Salah satu penyakit menular dengan jumlah kasus tinggi di Indonesia adalah pneumonia dan diare. Sebenarnya kedua penyakit ini sudah ada vaksinnya.

“Jadi, sekali lagi, agar anak kita sehat, intervensinya harus bersifat preventif.” Imunisasi adalah salah satunya. “Nah, imunisasi harus diberikan secara lengkap untuk melindungi anak-anak kita agar daya tahan tubuhnya lebih siap,” kata Budi.

Pada kesempatan yang sama, Presiden IDAI Piprim Basara Januarso menjelaskan mengenai workshop imunisasi yang digelar.

Menurutnya, workshop ini mengundang 30 cabang anak di seluruh Indonesia. Selain dokter anak, IDAI juga mengundang pihak lain yang berkepentingan, seperti kelompok guru, ulama, dan komunitas lainnya.

“Hal ini agar imunisasi tidak hanya dimiliki oleh dokter, namun kelompok masyarakat ikut menyebarkan kesadaran.” Saya kira akan sangat efektif jika kita menyebarkan imunisasi (edukasi) dalam bahasa mereka,” kata Piprim.

Piprim yakin jika guru ikut terlibat dalam kampanye imunisasi di sekolah, maka hasilnya akan jauh lebih efektif.

“Juga, HVP ini nanti di usia sekolah ya, jauh lebih efektif dari sekedar dokter (menjalankan kampanye). Jadi, dokter, guru, orang tua, asosiasi orang tua, saya kira semua harus terlibat.”

Partisipasi seluruh pihak di berbagai sektor dapat membuat semua orang menerima imunisasi tanpa ragu-ragu.

Dalam workshop imunisasi ini, Piprim mengajarkan peserta bagaimana berkomunikasi ketika berhadapan dengan masyarakat yang tidak ingin divaksin.

“Bagaimana mengatur program di wilayah Anda untuk mengadvokasi imunisasi.” Jadi sekarang belum selesai, makanya program dua tahun karena kita tidak mau tabrak lari. “Hal ini terus dipantau dan ada hasil signifikan yang bisa kami peroleh pada akhirnya.”

Selain itu, Piprim mengatakan imunisasi di Indonesia penting karena di negara tersebut sering terjadi kejadian luar biasa (KLB).

“Kemarin kita wabah polio, difteri masih ada, cacar, rubella. “Itu wajar karena cakupan (vaksinasi) di masyarakat lebih rendah.”

Rendahnya cakupan imunisasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah ketidakakuratan informasi yang sampai ke masyarakat sehingga menimbulkan kecurigaan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *