Sat. Sep 28th, 2024

Menko Airlangga Ramal Defisit Fiskal 2024 Tak Lebih dari 2,8%

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Indonesia menargetkan defisit fiskal tetap di bawah 2,8 persen produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2024. Namun penurunannya diperkirakan lebih besar dibandingkan sebelumnya sebesar 2,29 persen karena kenaikan bantuan sosial dan angka kelahiran.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlanga Hartarto menjelaskan perkiraan terbaru defisit fiskal mendekati batas anggaran tahunan yang disyaratkan secara hukum sebesar 3 persen dari PDB. Defisit ini jauh lebih tinggi dibandingkan defisit anggaran tahun lalu yang sebesar 1,65 persen terhadap PDB.

Tidak jauh (dari 2,8 persen). Maksimal 2,8 persen, tapi hasilnya bisa 2,6 persen sampai 2,7 persen, kata Airlangga dalam wawancara, Channel News Asia, Jumat (4/5/2024). . ).

Sebab, belanja pemerintah pada tahun ini akan meningkat dan memperbanyak program-program yang berkaitan dengan sektor pangan dan pertanian, termasuk subsidi pupuk, kata Airlangga, secara rinci.

Sekadar mengingatkan, penyaluran pertama bansos Indonesia tahun ini sebesar Rp. 496 triliun, naik 4,2 persen dari tahun lalu, mencakup program-program seperti bantuan beras dan uang tunai untuk membantu masyarakat miskin mengatasi tingginya harga pangan.

Harga pangan naik karena musim kemarau tahun lalu lebih lama dari biasanya akibat cuaca El Nino.

Pemerintah juga telah mengurangi lebih dari separuh alokasi subsidinya untuk menutupi 9,5 juta ton pupuk, yang akan meningkatkan pengeluaran pemerintah menjadi Rp. 50 triliun. Langkah ini juga ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan.

Menteri Keuangan (Menkeu) Shri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi perekonomian global saat ini yang diperkirakan lebih lemah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perkiraan tersebut disajikan dalam World Economic Forecast terbaru Bank Dunia.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat dari sebelumnya 3 persen pada tahun 2022 menjadi 2,6 persen pada tahun 2023 dan kembali menjadi 2,4 persen pada tahun 2024, jelas Sri Mulyani dalam hasil rapat pertama Komite Sistem Stabilitas (KSSK) tahun 2024 di rapat Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).

“Menurut Bank Dunia, situasi perekonomian pada tahun 2023 lebih lemah dibandingkan tahun 2022, dan tahun 2024 lebih lemah dibandingkan tahun 2023,” tambah Shri Mulyani.

Dengan kondisi tersebut, perkembangan ekonomi masing-masing negara besar pada tahun 2023 mungkin berbeda. Shri Mulyani menunjuk pada pertumbuhan AS meskipun ada tekanan finansial.

“Perekonomian AS tumbuh dengan kuat, namun tekanan keuangan, khususnya beban bunga utang dan rasio utang, merupakan risiko terbesar ke depan,” kata Departemen Keuangan.

 

Di sisi lain, Eropa dan Tiongkok diperkirakan masih melemah. Khusus di Tiongkok, akibat permasalahan di sektor properti, pemerintah daerah terlilit utang.

“Ekonomi Eropa masih melemah, China juga melemah karena permasalahan di sektor properti,” kata Sri Mulyani.

“Kemarin pengadilan Hong Kong membenarkan bahwa Evergrande, salah satu perusahaan real estat terbesar di Tiongkok, menghadapi kebangkrutan. Juga utang pemerintah daerah atau negara bagian. Hal ini akan menyebabkan perlambatan perekonomian Tiongkok,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *