Fri. Sep 20th, 2024

Menperin Ajak SEG Bangun Industri Petrokimia di Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Batavia – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menggelar pertemuan bilateral dengan President SINOPEC Engineering Group (SEG) Zhang mengenai industri petrokimia.

“Kami yakin kemitraan ini akan meningkatkan pertumbuhan industri dan pertumbuhan kedua negara. Kami berterima kasih kepada SEG atas ketertarikannya terhadap kemitraan tersebut,” kata Menperin dalam keterangan resmi Jumat (14/6/2024). .

Agus Gumiwang setuju bahwa bisnis rekaman SEG bersifat global, dengan keunggulan di bidang teknik, teknologi, dan konstruksi. Pada tahun 2023, SEG akan mengoperasikan 1.043 proyek di seluruh dunia, yang didominasi oleh industri petrokimia.

“Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan menunjukkan potensi SEG sebagai pemain global dalam pengembangan industri petrokimia,” ujarnya.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian mengajak SEG untuk mengembangkan industri petrokimia di Indonesia. “Kami yakin jika kami bisa berinvestasi dan bekerja sama dengan mitra di Indonesia, SEG akan mendapatkan keuntungan,” ujarnya.

Selain itu, dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam proyek di berbagai belahan dunia, SEG telah melihat bagaimana membangun bisnis petrokimia yang sukses.

“Kapasitas produksi industri petrokimia Indonesia lebih dari 14 juta ton per tahun. Namun belum bisa memenuhi kebutuhan Indonesia. Dengan adanya perbedaan pasokan dan permintaan produk petrokimia, hal ini menjadi peluang bagi SEG untuk membangun industri petrokimia baru. industri petrokimia di Indonesia,” kata Menperin.

Pada Juni 2023, Sinopec mendirikan pabrik hidrogen ramah lingkungan pertama di Kucha, Xinjiang. Memiliki pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 300MW, listrik, elektrolisis hidrogen berkapasitas 20.000 ton per tahun.

Pada saat yang sama, Indonesia disebut-sebut sangat tertarik dengan perkembangan industri Hidrogen di Indonesia. Hidrogen dianggap sebagai salah satu kontributor utama transisi energi di Indonesia, dan dianggap sebagai salah satu tujuan utama pemerintah dalam mencapai emisi Net Zero pada tahun 2060.

 

Dahulu, investasi adalah persoalan masuk dan keluarnya modal dari dalam dan luar negeri untuk ditanamkan pada sektor-sektor yang menghasilkan nilai ekonomi.

Agus Gumiwang Kartasasmita di China membuka banyak peluang bagi produsen mobil asal negeri Tirai Bambu itu untuk meningkatkan ekspor mobil listrik produksi Indonesia.

Empat perusahaan yang ditemui Kementerian Perindustrian dalam lawatan ke Pemerintah Indonesia kabarnya membawa harapan untuk meningkatkan ekspor dengan memperbanyak jumlah dan negara yang akan dikunjungi.

“Pemerintah Indonesia menargetkan produksi kendaraan listrik (EV) pada tahun 2030 sebanyak 600.000 unit. Perusahaan juga sepakat menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik berpenggerak kanan yang akan diekspor ke 54 negara dengan menggunakan penggerak kanan. kendaraan,” kata Menperin seusai pertemuan dengan industri mobil sport China di Beijing, Rabu, 12 Juni 2014, demikian keterangan resmi, Jumat (14/6/2024).

Kemenperin juga mendorong para pelaku industri otomotif asal China untuk bergabung dengan produsen suku cadang dalam negeri dari atas hingga bawah untuk melihat keseluruhan rantai produksi di Indonesia.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian mendorong perusahaan mobil China untuk menggunakan insentif dari Pemerintah Indonesia dalam berinvestasi.

Pada bulan Mei 2024, PT Neta Auto Vestibulum Indonesia memproduksi Neta V-II dengan TKDN sebesar 40% dan berencana meningkatkan Tingkat Dalam Negeri (TKDN) menjadi 60% pada tahun 2025 dengan target penjualan sebanyak 10.000 unit setiap tahunnya.

 

Dalam pertemuan dengan SAIC GM Wuling Automobile Company, Menperin memuji upaya perusahaan yang mengekspor produk EV-nya ke 11 negara dan menjadikan Indonesia sebagai produsen mobil terbesar di luar China.

“Pemerintah Indonesia berharap Wuling dapat menjajaki perluasan pasar penjualan khususnya produk EV, untuk semakin memperkuat tujuan Indonesia sebagai sumber produk EV di ASEAN dan dunia,” ujar Kementerian Perindustrian.

Selain itu, dalam pertemuan dengan Automobile Cherry, Cherry berencana melakukan penelitian terhadap produksi kendaraan PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) di Indonesia. Mengingat pasar di negaranya, jumlah penjualan mobil PHEV lebih menguntungkan, karena permasalahan terkait ketersediaan bisa teratasi.

PHEV lebih hemat bahan bakar dibandingkan HEV (kendaraan listrik hibrida). Cherry pun menyatakan komitmennya untuk memproduksi mobil EV sebanyak 100.000 unit pada tahun 2030.

 

 

Pemerintah Indonesia juga menyampaikan apresiasinya kepada SOKONINDO yang telah meluncurkan produk listrik di Indonesia dan berharap dapat memperluas lini produksi kendaraan listrik, menghadirkan model EV dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“Kami mendorong seluruh perusahaan asal Tiongkok untuk berpartisipasi dalam pengembangan kendaraan listrik dan mendukung ekosistem EV di Indonesia.” Negara ini merupakan pasar terbaik bagi keempat perusahaan tersebut, dan terdapat peluang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat manufaktur dan ekspor EV. ,” dia berkata.

Keempat mobil EV tersebut diproduksi dan diproduksi di Indonesia oleh pabrikan China. Sokon saat ini mempunyai kapasitas produksi lima puluh ribu unit. SGMW memiliki kapasitas produksi 120.000 unit. Saat ini Cerasis berencana memproduksi 8.000 unit per pabrik, begitu pula Neta yang berencana memproduksi 9.300 unit.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *