Ketua Satgas Menyusui Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Naomi Estenita Fauzia Devanto, SpA(K) di matthewgenovesesongstudies.com mengatakan, menyusui merupakan cara yang dianjurkan dalam memberikan ASI.
Bukan tanpa alasan, dengan pemberian ASI langsung, bayi tidak hanya mendapatkan nutrisi dan kebutuhannya, terutama pada enam bulan pertama kehidupannya, namun juga terdapat keterkaitan yang erat antara keduanya.
“Menyusui langsung dari payudara ibu sangat dianjurkan untuk memberikan ikatan yang erat antara ibu dan anak, memperkuat rasa aman dan memperkuat ikatan antara orang tua dan anak. Menyusui bukan sekedar memberikan ASI,” kata Naomi.
Hal itu terungkap setelah beberapa hari terakhir ramai perbincangan di media sosial mengenai pengubahan ASI menjadi bubuk.
Menurut Naomi, pengaruh pembekuan terhadap aspek penting ASI belum diketahui.
Tanpa bukti penelitian yang memadai, masih belum jelas apakah ASI beku memiliki jumlah protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, serta zat yang bekerja melawan infeksi dan pertumbuhan bayi. Semoga beruntung,” kata Naomi.
Proses pembekuan yang mengubah ASI menjadi bubuk juga tidak memfasilitasi proses pasteurisasi yang bertujuan untuk membunuh bakteri berbahaya.
Oleh karena itu, risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, terutama jika dilakukan penambahan air pada susu bubuk kering sebelum dikonsumsi anak.
Naomi mengatakan metode ini merupakan penelitian baru, belum sepenuhnya dibuktikan oleh penelitian ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP atau FDA.
Melihat berbagai faktor yang ada, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia menghimbau agar semua pihak tidak sembarangan dalam mempromosikan atau memberikan ASI beku pada bayi. untuk mengeraskan jalan. Produk susu ini steril dalam produksinya dan terdapat risiko pertumbuhan bakteri selama penyimpanan.