Mon. Sep 16th, 2024

Negara Ini Sumbang Defisit terhadap Neraca Perdagangan Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia kembali surplus dalam jangka panjang. Namun neraca perdagangan Indonesia dengan beberapa negara diketahui anjlok.

Beberapa di antaranya adalah neraca perdagangan dengan Australia, Brazil, dan Singapura. Berbagai produk impor mulai dari bahan bakar mineral, gula hingga limbah industri makanan.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini merinci besaran defisit neraca perdagangan dengan ketiga negara tersebut. Misalnya Australia yang defisit $438,5 juta, lalu Brazil defisit $388,3 juta, dan Jerman defisit $155,1 juta.

“Kekurangan terbesar yang dihadapi Australia disebabkan oleh bahan bakar mineral atau HS 27, kemudian bijih logam, terak dan abu atau HS 26 dan biji-bijian atau HS 10,” kata Pudji dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (15/5/2024). . ).

Neraca perdagangan dengan Brazil juga mengalami defisit saat itu. Hal ini disebabkan oleh adanya impor gula pasir dan confectionery dengan HS 17 terutama 17011400 yaitu gula pasir kaleng lainnya.

Kemudian juga GS 23 yaitu terak atau sisa industri pangan yaitu HS 23040090 atau bungkil minyak dan sisa padat lainnya, digiling dalam bentuk pelet maupun tidak, yang berasal dari ekstraksi minyak kedelai dan selain tepung kedelai dan biji cacat lainnya. ,” jelas Pudji.

Jika dilihat pada interval kumulatif Mei 2020 hingga April 2024, neraca perdagangan Indonesia dengan Australia dan Brazil mengalami defisit. Pada neraca perdagangan Indonesia dan Brazil, defisit sebesar 9,64 miliar dolar, baik untuk perdagangan migas maupun perdagangan nonmigas. Selanjutnya, Indonesia-Australia membukukan defisit sebesar US$21,35 miliar.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 dan surplus selama 48 bulan berturut-turut. Lantas apakah ini kelebihan produksi terlama di Indonesia?

Delegasi BPS Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini mengungkapkan, surplus neraca perdagangan Indonesia bukanlah yang terpanjang selama empat tahun berturut-turut. Rekor positif terpanjang terjadi antara tahun 1995 dan 2008.

Pudji mengatakan, saat itu surplus neraca perdagangan Indonesia konsisten selama 152 bulan berturut-turut. Sejak Juni 1995 hingga April 2008 atau selama hampir 13 tahun berturut-turut.

Berdasarkan data BPS, surplus terpanjang yang pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut, yakni Juni 1995 hingga April 2008, kata Pudji saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (15 Mei 2024).

Sekadar informasi, beberapa pergantian kepemimpinan terjadi pada periode ini, yakni Presiden Soeharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati, dan Presiden SBY. 

Ia mengatakan, kinerja ekspor lebih tinggi dibandingkan kinerja impor yang sebelumnya juga terjadi berturut-turut. Misalnya dari Januari 2016 hingga Juni 2017.

Saat itu, surplus perdagangan Indonesia terjadi selama delapan belas bulan berturut-turut.

“Jadi sebelumnya sudah terjadi surplus berturut-turut, dan yang paling lama terjadi pada Juni 1995 hingga April 2008,” tutupnya.

 

 

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia sebesar $3,56 miliar pada April 2024. Angka tersebut memperpanjang rekor surplus perdagangan Indonesia selama empat tahun berturut-turut.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan surplus tersebut turun sebesar $1,02 miliar sejak Maret 2024. Tak hanya secara bulanan, surplusnya juga lebih rendah dibandingkan April 2023 tahun lalu.

“Pada April 2024, neraca perdagangan surplus US$3,56 miliar atau turun US$1,02 miliar per bulan,” kata Pudji dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (15 Mei 2024).

“Jadi neraca perdagangan Indonesia sudah surplus selama 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, atau selama 4 tahun berturut-turut. Namun surplus April 2024 lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” jelasnya.

Merujuk data, nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mengalami penurunan sebesar US$1,02 miliar hingga Maret 2024. Pada April 2023, jumlahnya juga turun $380 juta.

Tercatat, surplus perdagangan April 2024 ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar $5,17 miliar.

Produk utama yang menyumbang surplus adalah bahan bakar mineral atau SA 27, lemak atau minyak hewani atau SA 15, dan besi dan baja atau SA 72.

“Surplus neraca perdagangan di luar migas April 2024 lebih rendah dibandingkan bulan lalu dan juga bulan yang sama tahun lalu,” ujarnya.

“Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas mencatat defisit sebesar $1,61 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak bumi dan minyak mentah.

“Defisit neraca perdagangan migas pada April 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan bulan yang sama tahun lalu,” ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *