Sun. Sep 22nd, 2024

Neraca Perdagangan Indonesia Surplus USD 2,39 Miliar pada Juni 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia mencapai saldo positif sebesar US$2,39 miliar.  Namun, surplus ini lebih rendah $0,54 miliar dibandingkan Juni 2024.

Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, kata Plt. Kepala BPS Amalia Edininger Vidyasanti saat jumpa pers di Jakarta, Senin (15/07).

Menurut Amalia, surplus perdagangan pada Juni 2024 bergantung pada nilai ekspor melebihi impor. Nilai ekspor Indonesia dilaporkan mengalami penurunan sebesar $20,84 miliar atau 6,6 persen.

BPS mencatat, penyebab utama penurunan ekspor bulanan adalah ekspor pertambangan dan ekspor lainnya. Sementara itu, kontribusi utama terhadap pertumbuhan ekspor pada Juni 2024 akan berasal dari ekspor industri pengolahan.

Sedangkan nilai impor Indonesia naik menjadi $18,45 miliar. Dibandingkan bulan sebelumnya, angka impor ini mengalami penurunan sebesar 4,89 persen.

Sementara itu, penyebab utama penurunan impor bulanan adalah impor alat produksi dan bahan baku. Sementara itu, pertumbuhan impor tahunan terutama disebabkan oleh impor bahan baku pokok.

Berdasarkan negara per negara, india memiliki surplus perdagangan terbesar dengan India sebesar $1,47 miliar pada Juni 2024. Diikuti oleh AS dengan $1,22 miliar dan Filipina dengan $0,69 miliar.

Di sisi lain, Indonesia juga mengalami defisit perdagangan dengan Tiga Besar pada periode yang sama. Antara lain China $0,693 miliar, Australia $0,331 miliar, dan Thailand $0,328 miliar.

 

Koresponden: Sulaiman

Sumber: Merdeka.com

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan impor Indonesia mencapai $18,45 miliar pada Juni 2024. Dibandingkan bulan sebelumnya, indikator ini mengalami penurunan sebesar 4,89 persen.

“Nilai impor Juni 2024 sebesar 18,45 miliar dolar atau lebih rendah 4,89% dibandingkan keadaan Mei 2024,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Edininger mengumumkan ekspor-impor Januari 2023 dalam jumpa pers Vidyasanti, Senin (15/7/2024).

Rinciannya, impor migas berjumlah $3,27 miliar, turun 19,01 persen dari bulan sebelumnya sebesar $2,75 miliar.

Sementara itu, impor nonmigas sebesar 15,18 miliar dolar AS atau turun 8,83% dibandingkan bulan Mei 2024 menjadi 16,65 miliar dolar. Penurunan nilai impor secara bulanan ini terkait dengan penurunan nilai impor nonmigas sebesar 7,58 persen.

Secara tahunan, nilai impor meningkat sebesar 7,58 persen pada Juni 2024, sedangkan impor migas dan nonmigas masing-masing meningkat sebesar 47,17 persen dan 1,69 persen. Peningkatan tajam impor migas ini disebabkan oleh peningkatan biaya impor minyak mentah dan impor produk minyak.

Praktek menjelaskan perubahan impor sesuai penggunaan. Secara bulanan, nilai impor barang konsumsi meningkat sebesar $43 juta atau 2,48%, sedangkan impor bahan baku penolong meningkat sebesar $482,3 juta atau 3,41%, dan impor barang manufaktur meningkat sebesar $509,3 juta atau menurun sebesar 14,51 persen.

“Dan bahan baku tersebut setidaknya akan menyumbang 74,11 persen dari total impor pada Juni 2024,” ujarnya.

Sementara itu, nilai impor barang konsumsi meningkat sebesar 12,01%, nilai impor bahan baku penolong meningkat sebesar 10,62%, dan nilai impor barang jadi mengalami penurunan sebesar 6,34%.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan adanya penurunan nilai ekspor pada Juni 2024. Nilai ekspor dilaporkan sebesar $20,84 miliar pada Juni 2024, turun dari bulan sebelumnya.

Nilai ekspor mencapai 20,84 miliar dolar atau turun 6,65% dibandingkan Mei 2024, kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Vidyasanti dalam jumpa pers BPS, Senin (15/7/2024).

Ia mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh nilai ekspor migas yang turun sebesar 1,23 miliar dolar AS atau 13,24 persen. Selain itu, ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar 6,20% menjadi sebesar 19,61 miliar dolar.

Penurunan nilai ekspor secara bulanan pada bulan Juni terutama disebabkan oleh penurunan ekspor bijih logam dan abu logam HS 26 nonmigas yang mengalami penurunan sebesar 98,32%, sedangkan pangsa nonmigas mengalami penurunan. . Ekspor migas menghasilkan 4,57%.

Selanjutnya, logam mulia dan batu mulia pada kelompok HS 71 mengalami penurunan sebesar 1,97% menjadi 45,76%, dan nikel beserta komoditinya pada kelompok HS 75 mengalami penurunan sebesar 25,20% dengan pangsa di luar migas. Ekspor 0,96%. Sementara itu, penurunan ekspor migas terutama disebabkan oleh penurunan nilai ekspor minyak dengan kontribusi sebesar 0,94%.

Namun, Amalia menyebutkan nilai ekspor secara tahunan akan meningkat sebesar 1,17 persen pada Juni 2024. Pertumbuhan ini disebabkan oleh pertumbuhan ekspor nonmigas, khususnya produk besi dan baja, nikel dan produknya, serta tembaga dan produknya.

Sebelumnya, Indonesia mencatat surplus perdagangan sebesar $2,93 miliar pada Mei 2024. Pencapaian tersebut memperpanjang tren surplus perdagangan Indonesia hingga 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Fabrio Kakaribu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, memuji kinerja perdagangan Indonesia yang terus mencatat pertumbuhan kuat dalam aktivitas ekonomi global. 

Fabrio dalam keterangan tertulisnya, Kamis (20/6/2024), mengatakan, “Hal ini menunjukkan stabilitas keuangan kita sangat kuat. Namun, kita perlu berhati-hati dan terus memperkuat dukungan kebijakan untuk merangsang pertumbuhan berkelanjutan.”

Nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 sebesar 22,33 miliar dolar, meningkat 2,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ekspor nonmigas meningkat sebesar 2,50% (year-on-year), dan ekspor migas sebesar 8,44% (year-on-year). 

Pertumbuhan ekspor nonmigas terutama ditopang oleh pertumbuhan barang-barang kebutuhan pokok seperti besi dan baja, mesin dan peralatan listrik, nikel dan turunannya.  Pada saat yang sama, ekspor minyak dan gas meningkat, sedangkan ekspor produk minyak menurun karena peningkatan ekspor minyak mineral dan gas alam. 

Secara keseluruhan, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Mei 2024 sebesar $104,25 miliar, dengan Tiongkok sebagai negara ekspor terbesar, disusul Amerika Serikat, India, dan Jepang.

 

Di sisi lain, nilai impor Indonesia pada Mei 2024 sebesar $19,40 miliar, turun 8,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh penurunan impor barang-barang utama seperti kendaraan dan bagian-bagiannya, besi dan baja, mesin dan peralatan mekanik, serta mesin dan peralatan listrik. 

Berdasarkan konsumsi barang, impor barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan peralatan produksi masing-masing mengalami penurunan sebesar 16,19% (y-o-y), 7,51% (y-o-y), dan 10,13% (y-o-y). Meski mengalami penurunan nilai, impor dilaporkan meningkat sebesar 2,54 persen (y/y) pada Mei 2024.

“Pemerintah akan terus memonitor dampak resesi global terhadap ekspor nasional dan akan mengambil langkah proaktif dengan mendorong hilirisasi sumber daya alam yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing ekspor nasional dan mendiversifikasi mitra dagang utama,” tambah Fabrio.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *