Fri. Sep 27th, 2024

Ngabuburit Nobar Film ‘Hamtramck, USA’, Sorot Kehidupan Demokrasi di Kota Mayoritas Muslim Pertama di Amerika

Liptan6.com, Jakarta – Pekan pertama Ramadhan 2024, Kedutaan Besar AS bekerja sama dengan American Film Showcase (AFS) akan menyuguhkan film dokumenter “Hamtramck USA” yang disuarakan oleh Perpustakaan Masjid Istiklal. saksikan》Santai, Jakarta Pusat, Minggu (17 dan 24 Maret).

Diskusi digelar seusai pemutaran film, dan turut hadir Raj Jafri, pembicara sekaligus pembuat film dokumenter asal Detroit, AS.

Program pemutaran film ini merupakan bagian dari upaya pemerintah AS untuk mempromosikan keberagaman dan pemahaman agama dengan menampilkan kisah-kisah keberagaman agama di Amerika.​

Michael Quinlan, perwakilan Kedutaan Besar AS di Indonesia, turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan beberapa informasi mengenai AFS.

“AFS bertujuan untuk menunjukkan apa itu demokrasi dan diplomasi melalui film dokumenter,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa acara tersebut dirancang untuk mendidik masyarakat tentang agama-agama yang lazim di Amerika Serikat, dengan mengatakan, “Ada banyak agama yang lazim di Amerika Serikat, dan kami ingin menunjukkan keberagaman itu.” “Kami ingin membawakan kisah Hamtramck kepada semua orang.” milikmu.

Diproduksi oleh Raj Jafri dan Justin Feltman, film dokumenter berdurasi 93 menit ini menceritakan kisah kota imigran Hamtramck. Kota ini awalnya mendapat manfaat dari pertumbuhan pesat imigran Katolik Polandia, namun kemudian direvitalisasi dengan kedatangan imigran Muslim Bangladesh dan Yaman pada akhir tahun 1990an.

Film ini mengeksplorasi sejarah kota selama musim pemilihan walikota. Film dokumenter ini menampilkan empat kandidat yang menghadapi tantangan dan peluang saat mereka berkampanye di kota mayoritas Muslim pertama di Amerika.

Usai pemutaran film, acara dilanjutkan dengan diskusi dengan Lacey yang menjelaskan motivasinya membuat film dokumenter tersebut selama acara: “Saya ingin meruntuhkan semua stereotip tentang Muslim di Amerika dan bahkan di seluruh dunia.” membahas.

Sutradara Raji juga berbicara tentang adegan dalam film yang menunjukkan tujuannya, dengan mengatakan, “Ada adegan yang saya lihat sebelumnya di mana Karen (salah satu kandidat dalam film tersebut) ditanya apakah dia harus memimpin kota yang mayoritas penduduknya Muslim. “Tapi apakah kamu merasa takut?” kata Lacey.

Lacey menjelaskan bahwa dia sengaja tidak memasukkan adegan di mana Karen menjawab pertanyaan, dengan mengatakan, “Saya sengaja tidak memasukkan adegan di mana Karen menjawab pertanyaan, sehingga penonton akan mengerti bahwa tidak ada alasan untuk takut pada Muslim meskipun Anda jangan tunjukkan pada mereka jawabannya.” Saya tidak memasukkan jawabannya dalam film.” kata Lacey.

Dalam film ini, Raji berupaya mendobrak stereotip tidak hanya tentang Muslim, tapi juga tentang kota kecil Hamtramck.

“Hamtramck dipandang sebagai kota elit atau kota khusus untuk warga Yaman, namun semua itu tidak benar,” katanya.

Raji menambahkan: “Ini adalah kota yang sederhana dan beragam. Kami memiliki banyak imigran asal Bangladesh, Polandia, Suriah dan Yaman, jadi stereotip ini tidak benar.”

Raji ingin menunjukkan bahwa meski Islam dan politik saling terkait, namun keduanya bisa hidup harmonis. Tujuan ini diungkapkan dengan sangat baik dalam film ini.

Dalam diskusi selanjutnya, Lacy juga berbagi kabar terkini dari kota Hamtramck.

“Hamtramck kini menjadi kota yang mayoritas anggota dewan kotanya beragama Islam,” jelasnya.

Dia juga mengatakan demokrasi yang digambarkan dalam film tersebut masih berjalan, dengan mengatakan, “Saya ingin negara-negara lain tahu bahwa demokrasi Hamtramck masih berjalan.”

“Ini adalah aksi politik dan demokrasi di kota mayoritas Muslim,” tambahnya.

Lacey juga menambahkan bahwa sistem demokrasi Hamtramck serupa dengan kota-kota lain di Amerika Serikat. “Ini menunjukkan bahwa mereka berpegang teguh pada nilai-nilai Amerika yang ada.”

Meskipun banyak perubahan yang terjadi di dunia, termasuk banyak konflik dan peristiwa lainnya, Hamtramck adalah rumah bagi banyak ras dan agama yang berbeda, menjadikannya kota penting yang menunjukkan nilai-nilai multikultural, kata Lacey.

Raji pun menceritakan pengalamannya sebagai seorang muslim yang terjun ke dunia perfilman.

“Menjadi artis butuh kerja keras, apalagi di industri film. Sebagai seorang muslim tentu banyak stereotip tentang kami (Muslim yang bekerja di industri film).”

Raji mengatakan ada banyak stereotip yang mengarah pada asumsi yang salah, dengan mengatakan, “Karena kami Muslim, kami sering dianggap teroris. Terkadang tidak mudah.”

Raji mengatakan bahwa meskipun ia dan rekan-rekan Muslimnya sering dihadapkan pada banyak stereotip dan prasangka, namun masih ada peluang untuk berkembang.

“Muslim adalah bagian penting dari kerangka budaya Amerika, sehingga dari waktu ke waktu kita dihadapkan pada peluang untuk berkembang, salah satunya adalah bermitra dengan industri film besar,” tambahnya.

Lacey saat ini menyutradarai film dokumenter untuk HBO tentang tiga wanita yang mengendalikan kepemimpinan politik Michigan. Selain itu, karya Lacey didukung oleh Ford Foundation, Doris Duke Foundation, Asian American Media Center, dan lainnya.

Hal ini menunjukkan bahwa meski kerap distereotipkan, Raji mampu berkembang karena ambisinya menghadirkan citra positif umat Islam melalui film-film yang ia produksi.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *