Thu. Sep 19th, 2024

Nilai Transaksi Saham Lesu, Benarkah Ada Pergeseran Aset ke Kripto?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Head of Investment Solutions Mirae Asset Sekuritas Roger MM mengungkapkan salah satu penyebab perlambatan harga saham Indonesia adalah pasar saham Indonesia saat ini kurang bergejolak. 

Menurut Roger, ada investor yang lebih menyukai aset yang bergejolak, hal ini terlihat pada aset kripto karena volatilitasnya lebih tinggi dibandingkan saham. 

Roger mengatakan kepada wartawan setelah acara: “Beberapa investor kami menyukai hal yang tidak dapat diukur. Harga kripto lebih tinggi daripada saham. Jadi faktor yang mempengaruhi kripto bersifat global. Harga kripto mungkin lebih menarik bagi spekulan, pedagang kripto. Jumat.” Mirae Asset Securities Media Day, Kamis (8/8/2024). 

Roger menjelaskan, jangkauan distributor di pasar saham sempit, investor ingin membeli saham distributor semen misalnya, hanya sektor semen yang mempengaruhi naik turunnya. Sedangkan untuk aset kripto, jumlah pemainnya lebih banyak dan bersifat global. 

Meski begitu, Roger mengatakan masih banyak investor yang takut ketinggalan (FOMO) dalam investasi kripto sehingga tidak mengetahui risikonya. 

“Kadang kita yang mau keterlaluan, tidak tahu soal kripto, tiba-tiba masuk ke FOMO, tidak tahu risikonya. Jadi jangan riset dulu, lebih baik berinvestasi pada apa yang sudah Anda lakukan. . Saya bisa melakukannya,” jelasnya. 

Selain itu, menurut Roger, penyebab belum tuntasnya transaksi di pasar adalah kebijakan Full Call Action (FCA) yang baru saja diperkenalkan. 

“Jadi beberapa perusahaan sekuritas mungkin berpikir kenapa transaksi saham kita turun ya, itu full call Auction, yang banyak ditentang oleh pelaku pasar, dan pasar saham diminta melakukan call Auction lagi,” lanjutnya. 

Menurut Roger, meski dalam kondisi seperti ini, pasar saham menarik karena laporan keuangan emiten kuartal II atau semester I 2024. Selain itu, ada sentimen positif seperti tapering The Fed. suku bunga, sehingga pasar saham tetap menarik.

 

Sebelumnya, Indeks Harga Agregat (IHSG) akhir tahun PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia tahun 2024 direvisi menjadi 7.585. Dibandingkan posisi saat ini di kisaran 7.100, masih ada ruang penguatan tergantung penyesuaian suku bunga acuan. pelaku usaha dan distributor.

Kepala Riset dan Kepala Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto mengatakan perkiraan IHSG sebagian besar didasarkan pada pertimbangan makroekonomi terkini dari opsi penurunan suku bunga Bank Indonesia dan nilai tukar rupiah.

“Tahun 2024 kita sangat berharap 8.100. Tapi seperti kita tahu, kondisinya belum tentu sesuai perkiraan sebelumnya, makanya kita turunkan target IHSG dari 8.100 menjadi 7.585,” kata Rully kepada Mirae Asset 2024. Investor Jaringan Investor di acara Summit. . Rabu (03.2024).

Dengan perkiraan tersebut, Tim Riset Mirae Asset memiliki 9 saham terpilih (top picks) yaitu ACES, ASII, BBRI, BBCA, BMRI, CPIN, MAPI, MYOR dan TLKM. Dari sisi makroekonomi, Rully tetap optimistis kondisi Indonesia akan baik, dan prakiraan Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga dasar akan terus dipengaruhi oleh stabilnya posisi nilai tukar rupiah. dan potensi penurunan suku bunga AS. suku bunga (Fed Fund Rate/FFR).

Dalam kondisi yang penuh tantangan ini, pertumbuhan pinjaman perbankan juga diprediksi akan mencapai target pertumbuhan BI sebesar 10-12%. Pedoman BI saat ini dirancang untuk mendukung stabilitas dan Mirae Asset memperkirakan hal ini akan terus berlanjut seiring dengan semakin terkendalinya volatilitas rupee.

 

Oleh karena itu, kami memperkirakan pertumbuhan PDB (pertumbuhan ekonomi) Indonesia sebesar 5,01% pada tahun 2024 dan 5,02% pada tahun 2025 karena kebijakan suku bunga yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Ini lebih sulit.”

Perekonomian dunia pada semester II/2024, lanjut Rully, diperkirakan akan didukung oleh Amerika Serikat dan India sebagai mesin pertumbuhan hingga tahun depan. Dalam kasus Amerika Serikat, ia juga meyakini pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam akan mengalami moderasi, hal ini mungkin disebabkan oleh efek bertahap dari pengetatan kebijakan moneter yang sangat agresif mulai tahun 2022.

Faktor lainnya, menurutnya, ketidakpastian masih tinggi dan sulit memprediksi berlanjutnya ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel. Menurutnya, ketegangan geopolitik di kawasan lain dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek, namun data permintaan global masih lemah, terutama karena lemahnya pertumbuhan ekonomi di Tiongkok.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *