Thu. Sep 19th, 2024

OJK: Perbankan Nasional Tak Kena Imbas Pelemahan Rupiah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai akibat penguatan dolar Amerika Serikat (USD) dalam beberapa waktu terakhir, risiko yang dihadapi industri perbankan nasional masih bisa ditekan dengan baik.

Hasil stress test yang dilakukan OJK menunjukkan pelemahan rupiah saat ini berdampak langsung terhadap permodalan perbankan.

Hal ini disebabkan karena posisi net devisa (PDN) perbankan Indonesia masih berada di bawah level tersebut dan secara umum dianggap sebagai posisi PDN “long” (aset valuta asing lebih besar dibandingkan dengan kewajiban valuta asing).

Bantalan modal suatu bank diyakini sangat besar (CAR tinggi) dan fluktuasi nilai tukar rupiah serta masih menerima suku bunga yang relatif tinggi.

Menurut Direktur Utama Pengawasan Perbankan OJK Dian Ediana Rai, pihaknya meminta pihaknya tetap tenang menghadapi gejolak geopolitik global saat ini.

Dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (19/4/2024), Dian mengatakan, “Stabilitas dan rasionalitas masyarakat serta koordinasi antar otoritas terkait menjadi faktor kunci dalam menghadapi krisis ekonomi global saat ini.”

Diane menjelaskan, selama ini dolar AS menguat terhadap seluruh mata uang global, tercermin dari indeks dolar yang cenderung menguat sejak akhir Maret 2024.

Ia juga menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi penguatan USD, seperti kebijakan suku bunga tinggi yang masih berlanjut dalam kekuatan perekonomian AS dan fakta bahwa inflasi AS sangat jauh dari target The Fed2. persen.

Pernyataan The Fed baru-baru ini mengindikasikan bahwa pihaknya tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga dan akan terus memantau perkembangan data ekonomi di masa depan.

Perekonomian dalam negeri OJK dipengaruhi oleh situasi geopolitik eksternal, data inflasi Indonesia menunjukkan kenaikan sebesar 0,52 persen (mtm) atau 3,05 persen (yoy) atau 2,75 persen (yoy) yang tercatat pada Maret 2024. ) pada Februari 2024 meski masih dalam rentang target yang ditetapkan.

OJK menyadari pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini akan berdampak positif terhadap ekspor barang dan produknya, sehingga terhindar dari arus keluar dana non-residen dan mendorong industri lokal untuk meningkatkan penggunaan komponen lokal dalam proses produksinya.

OJK menyatakan pihaknya melakukan stress test terhadap perbankan secara berkala dengan menggunakan beberapa variabel makroekonomi dan mempertimbangkan faktor risiko utama yaitu risiko kredit dan risiko pasar.

“OJK akan selalu melakukan pemantauan secara ketat untuk memastikan berbagai risiko akibat melemahnya nilai tukar dan relatif tingginya suku bunga setiap bank dapat dimitigasi dengan baik,” tulisnya dalam keterangannya di Jakarta.

“OJK juga mewajibkan perbankan untuk selalu memantau dampak pertumbuhan ekonomi internasional dan domestik terhadap kondisi perbankan dan mengambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. OJK akan terus menjalin kerja sama dengan anggota KSSK, menunjukkan komitmen untuk mengembangkan kebijakan yang diperlukan secara tepat dan tepat waktu,” ujarnya. ditambahkan.

Kinerja positif perbankan dalam negeri membuat nilai tukar rupee menguat terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu (13/3/2024).

Mengutip Antara, rupiah dibuka 10 poin atau 0,06 persen menjadi Rp. 15.580 per dolar AS pada perdagangan Rabu pagi, dibandingkan Rp. 15.590 per dolar AS sebelumnya.

“Sentimen ini juga merupakan kinerja positif sektor perbankan di Indonesia,” kata Joshua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata.

Joshua memperkirakan rupiah akan bergerak antara Rp15.500 hingga Rp15.650 per dolar AS pada Rabu 13 Maret 2024.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan Indonesia sangat kuat dalam menghadapi berbagai tekanan dan kondisi yang mengancam ketahanan perbankan internasional.

Pada perbankan Indonesia per Januari 2024, rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 27,54 persen dengan rasio modal inti (Tier 1 capital) terhadap CAR sebesar 94,41 persen.

Di sisi lain, kinerja likuiditas perbankan Indonesia terjaga dengan baik, antara lain dengan Liquidity Coverage Ratio (LCR) sebesar 231,14 persen. Kondisi likuiditas jauh lebih baik dibandingkan rasio LCR di wilayah lain. Misalnya di Uni Eropa, rasio LCR sebesar 158,78 persen dan 125,80 persen.

Selain itu, apresiasi rupiah didorong oleh konfirmasi Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell mengenai kebijakan penurunan suku bunga pada tahun 2024. Pasar memperkirakan kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya pada Juni 2024.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *