Fri. Sep 20th, 2024

Optimistis Pemilu Kondusif, Bagaimana Ramalan IHSG dari Analis?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pasar saham kerap merespons positif saat pemilihan umum (pemilu). Secara historis, kinerja pasar saham positif, terutama pada enam bulan menjelang pemilu.

Pengamat pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, kinerja IHSG meningkat signifikan dalam lima tahun pemilu terakhir. Hal ini disebut-sebut menjadi pemicu optimisme investor di tahun 2024.

Misalnya pada tahun 1999, IHSG tumbuh sebesar 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar sebesar 157,11 persen. Pada pemilu berikutnya yaitu tahun 2004, IHSG meningkat sebesar 44,56 persen dan kapitalisasi pasar sebesar 47,70 persen.

Pada tahun 2009, IHSG tumbuh sebesar 86,98 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh sebesar 87,59 persen. Pada tahun 2014, IHSG tumbuh sebesar 22,29 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh sebesar 23,92 persen. Terakhir, pada tahun 2019, IHSG menguat 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar sebesar 3,44 persen.

Kinerja pasar modal pada periode ini ditopang oleh peningkatan tingkat konsumsi akibat peningkatan belanja partai politik dan kandidat terpilih menjelang pemilu.

Banyak sektor seperti barang konsumsi, jasa komunikasi, keuangan dan sektor lainnya kemungkinan akan mengalami pertumbuhan positif.

“Indikator utamanya adalah besarnya peredaran uang yang terlihat di sektor konsumen, perbankan, periklanan, dan teknologi. Hanya saja sebelum hasil pemilu diumumkan, investor biasanya mengambil langkah-langkah aman dan menggunakannya untuk merealisasikan keuntungan jangka pendek atau rebalancing.” adalah,” kata Lanjar kepada Liputan6. com, pada Jumat (9/2/2024).

Oleh karena itu, lanjut Langer, strategi yang mungkin dipertimbangkan investor saat ini adalah menunggu kepemimpinan politik dan melakukan diversifikasi ke aset yang lebih defensif terlebih dahulu. Selain itu, skenario apakah pemilu akan diadakan satu atau dua kali juga harus dipertimbangkan dalam menyusun strategi investasi.

Terlepas siapa yang terpilih, Lanjar mengatakan, jika pemilu dilaksanakan dalam satu putaran, maka jelas syarat reformasi politik daerah akan cepat terpenuhi. Oleh karena itu, kepercayaan investor meningkat dan mereka mencari lebih banyak peluang pada aset-aset berisiko.

“Untuk IHSG pada pemilu berpotensi bergerak pada kisaran 7.170-7.338,” imbuhnya.

Pandangan senada juga diungkapkan Vahu Lacsono, pengamat pasar modal sekaligus pendiri Traderindo.com. Menurutnya sentimen pemilu global cukup baik. Oleh karena itu, dia memperkirakan IHSG bisa menembus level 7.500.

“IHSG sangat optimistis pada jajak pendapat tahun ini, di kisaran 6.800-7.500 lakh. Rata-rata harga wajar di 7.100-7.300,” kata Wahew.

Pada tahun 2024, Indonesia tidak hanya menyelenggarakan pemilu. Namun juga sejumlah negara lain, salah satunya Amerika Serikat. Namun khusus di dalam negeri, Wahyu mengatakan investor juga menunggu peluncuran mega proyek Ibukota Negara Republik Indonesia (IKN).

Pasar modal hanya butuh kepastian. Investor yang terkait atau potensial terkait IKN akan wait and see. Ekonomi politik hukum biasanya yang menang, karena yang lebih terlihat adalah kepastian. Begitu kepastian itu tercapai, modal akan beroperasi. sesuai dengan konteks dan kondisi undang-undang yang ada,” kata Vahyu.

Sebelumnya diberitakan, perhelatan Partai Demokrat tahun ini rupanya mempengaruhi opini investor pasar modal. Pada umumnya investor menunggu dan mencermati langkah investasi selanjutnya dengan memperhatikan kebijakan yang diambil pemimpin baru. Misalnya, belakangan ini sejumlah perusahaan yang terkait dengan partai politik ramai melakukan IPO di bursa.

Beberapa petinggi lembaga penyiaran juga condong ke arah salah satu calon presiden (Kapres) – calon presiden (Kavapre). Mengacu pada kondisi tersebut, Jeffrey Hendrick, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), mengimbau investor harus rasional dalam menghitung strategi investasinya.

“Kami selalu menghimbau kepada masyarakat untuk mengambil keputusan investasi yang rasional, itu yang terpenting. Dan untuk bisa mengambil keputusan yang rasional tentu memerlukan keterampilan dan perlu data,” kata Jeffrey dalam Edukasi Jurnalis Pasar Modal, Kamis (25 ). ). /1/2024).

Jeffery melanjutkan, rasionalitas harus tetap dijaga apakah pasar sedang sideways, bearish, atau bullish. Menurutnya, investor terbengkalai saat pasar sedang bullish.

Selain itu, investor juga harus memperhatikan pengumuman atau pemberitahuan khusus yang dilakukan bursa, seperti aktivitas pasar abnormal (UMA) dan suspensi atau suspensi perdagangan.

“Jika investor memutuskan untuk menunggu atau banyak investor yang mengatakan sudah waktunya mengambil keputusan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi di masa depan, itu keputusan setiap investor. Investor harus melihat prospek jangka panjang,” ujarnya. Jeffrey.

Indeks Harga Gabungan (IHSG) secara historis memiliki kinerja yang solid pada masa pemilu. Misalnya pada tahun 1999, IHSG tumbuh sebesar 70,06 persen dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar sebesar 157,11 persen. Pada pemilu berikutnya yaitu tahun 2004, IHSG meningkat sebesar 44,56 persen dan kapitalisasi pasar sebesar 47,70 persen. Pada tahun 20229, IHSG tumbuh sebesar 86,98 persen dan kapitalisasi pasar meningkat sebesar 87,59 persen.

Pada tahun 2014, IHSG tumbuh sebesar 22,29 persen dan kapitalisasi pasar tumbuh sebesar 23,92 persen. Terakhir, pada tahun 2019, IHSG menguat 1,70 persen dengan kenaikan kapitalisasi pasar sebesar 3,44 persen.

“Kegiatan pemilu merupakan kegiatan yang sudah berkali-kali kita lakukan selama keberadaan Bursa Efek Indonesia. Dan banyak investor kita yang masih sukses hingga saat ini. Artinya bagaimana investor menganalisa,” pungkas Jeffrey.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *