Thu. Sep 26th, 2024

Pakar Jelaskan Alasan SMK Penyumbang Pengangguran Tertinggi

By admin Sep25,2024 #SMK

Liputan.com, Jakarta – Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia adalah lulusan sekolah menengah atas (SMK) yang dinilai menghasilkan tanda-tanda siap kerja.

Berdasarkan data BPS Februari 2024, angka pengangguran SMK 8,62 persen, SMA 6,73 persen, D4-S3 5,63 persen, D1-D3 4,87 persen, SMP 4,28 persen, SD 2,38 persen.

Analis pendidikan bisnis Farkhan mengatakan lulusan sekolah bisnis adalah yang paling mungkin menganggur berdasarkan data statistik pekerjaan selama 10 tahun terakhir.

Namun jika dibandingkan dengan jumlah generasi Z berusia 15-24 tahun yang menganggur sebesar 16,42 persen, hal ini menunjukkan bahwa mereka berada dalam angkatan kerja dan berpeluang besar untuk lulus SMP, yang secara statistik merupakan populasi terbesar. pendidikan SMA/SMK.

Ia juga membuktikan bahwa program 12 tahun pemerintah sangat berhasil menurunkan angka putus sekolah, khususnya pada tingkat SD dan SMP.

Farkhan menjelaskan, jumlah siswa dan lulusan SMA sedikit lebih banyak dibandingkan SMK, namun sebagian besar siswa SMA masuk perguruan tinggi, sedangkan sisanya memasuki pasar kerja.

Anggota Komite Manajemen Mutu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini mengatakan, dalam rencana strategis Direktorat Pendidikan tahun 2020-2024 disebutkan proporsi pendidikan tinggi bagi lulusan SMK hingga SMA. .

“Tentu saja jumlah tersebut jauh dibandingkan dengan mereka yang tamat SMA, sehingga sebagian besar lulusan SMK tetap masuk ke pasar kerja, sehingga kontribusi lulusan sarjana akan semakin besar terhadap permasalahan pengangguran. di Indonesia, karena penduduknya memasuki pasar tenaga kerja.

“Tidak ada kecocokan antara lulusan dan kebutuhan dunia kerja,” ujar pria yang juga merupakan Direktur Politeknik Digital Bosch Indonesia ini.

Farkhan menjelaskan, berdasarkan data Sakarnas BPS tahun 2023, 29,36 persen sebagian besar lapangan kerja di Indonesia dikelola oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Namun menurut data Dapodic, mayoritas siswa sekolah bisnis menguasai keterampilan ICT, disusul teknologi dan teknik serta manajemen bisnis sebesar 80 persen.

Saat ini, hanya 4 persen siswa sekolah kejuruan peminatan pertanian dan teknologi pertanian yang menguasai keterampilan pertanian.

Hal ini terlihat jelas dalam perencanaan dan perencanaan penerapannya. Salah satu anggota WorldSkills Indonesia juga mengatakan bahwa membuka dan menutup keterampilan di sekolah kejuruan adalah hal yang lumrah setelah pasar tenaga kerja kuat.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *