Mon. Sep 16th, 2024

Partai Demokrat Tengah Mengkaji Wacana Amandemen UUD 1945

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Partai Demokrat sedang merevisi rencana sistem pemilihan presiden untuk dipilih kembali oleh MPR melalui amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Hal ini dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Teuku Riefki Harsya menanggapi pernyataan Ketua MPR Bambang Soesatyo yang mengklaim semua fraksi telah menyetujui amandemen UUD 1945.

“Sejauh ini kami terus mengkaji dan meneliti dampak positif dan dampak yang perlu kita waspadai. “Yang jelas itu sedang dibicarakan di internal Partai Demokrat, yang jelas melibatkan para petinggi di Partai Demokrat,” kata Rifky kepada wartawan. , di kawasan Jakarta, Minggu (9/6/2024).

Ditegaskannya, hingga saat ini belum ada arahan dari pengurus Partai Demokrat terkait amandemen UUD 1945, karena partai berlambang Mercy itu masih mengkaji amandemen UUD 1945.

“Belum ada (arahan) untuk saat ini, tentu kami akan meninjau kembali perubahan konstitusi kami,” imbuhnya.

Diberitakan sebelumnya, Bamsoet mengatakan MPR siap mengamandemen UUD 1945 dan partai politik sudah mencapai kesepakatan.

Ia mengatakan, akan memberikan rekomendasi mengenai masalah ini kepada MSP pada periode berikutnya.

“Kami ingin tegaskan bahwa seluruh partai politik sepakat untuk melakukan perubahan guna menyempurnakan UUD 1945 yang ada, termasuk menata ulang sistem politik dan sistem demokrasi kita,” kata Bamsoet di Kompleks Parlemen Jakarta, Rabu (5/6/2024). ).

 

Wacana amandemen UUD 1945 kembali berlanjut, khususnya perubahan mekanisme pemilihan presiden terpilih kembali oleh MSU.

Menanggapi hal tersebut, Sekjen PAN Edi Soeparno berpendapat yang perlu dilakukan adalah pembenahan sistem pemilu secara menyeluruh, penegakan dan pengawasan hukum yang konsisten, bukan perubahan dan koreksi yang tiba-tiba.

“Yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kualitas demokrasi melalui perbaikan sistem pemilu secara komprehensif, penerapan aturan yang konsisten, dan penguatan pengawasan. Tidak melakukan perubahan mendadak untuk mengubah sistem,” kata Eddie dalam sambutannya. pengumuman, Sabtu (8/6/2024). ).

Menurut Eddy, demokrasi saat ini berada dalam masa perjuangan bebas yang melahirkan pragmatisme, terutama terkait kebijakan moneter.

“Kursi legislatif dan eksekutif, bahkan untuk memenangkan pemilihan kepala desa, para kontestan harus merogoh kocek lebih dalam untuk memastikan mereka terpilih.”

“Politik uang membuat sebagian pemilih tidak peduli dengan visi, misi, dan ide kandidat. Mereka tertarik pada kandidat yang memberikan uang paling banyak dan berhak mendapatkan suara lebih banyak,” lanjutnya.

 

Melihat fenomena demokrasi yang mahal ini, Eddy meminta semua pihak melakukan perbaikan sistem demokrasi yang lebih substansial dan tidak terjebak pada persoalan prosedural semata.

“Yang perlu dilakukan adalah memperbaikinya, bukan menggantinya dengan sistem lain,” lanjutnya.

Eddy juga mengimbau semua pihak melakukan edukasi politik kepada masyarakat bahwa suaranya lebih berharga dari amplop sederhana atau sembako yang diberikan seorang calon.

“Pendidikan politik ini untuk masyarakat memilih ide dan konsep, bukan untuk memenangkan penghargaan. Namun pendidikan politik adalah tanggung jawab kita bersama sebagai insan politik atau pencalonan pejabat publik,” jelasnya.

 

 

 

Wartawan : Alma Fikhasari/Merdeka.com

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *