Thu. Sep 19th, 2024

Pelanggan Diduga Jadi Korban Pelecehan Seksual Pegawai Restoran di Blok M, Permintaan Maaf Malah Ramai Dikritik

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Dugaan kasus pelecehan seksual kembali menjadi perhatian publik. Kali ini, aksi yang berpotensi sanksi pidana itu dilakukan terhadap seorang pekerja restoran di Blok M, Jakarta Selatan.

Akun X yang dulu bernama Twitter @radennisya mentweet pada Rabu, 26 Juni 2024: “Benarkah? Catatan TOBRUT? Bersamaan dengan ungkapan itu, dia mengunduh faktur bertanggal Rabu malam dari toko Iron Fist.

Utas tersebut juga menyertakan tangkapan layar pesan langsung (direct message) seorang terduga korban pelecehan seksual yang dikirim ke restoran tersebut. Dikatakan semuanya baik-baik saja pada awalnya sampai korban dan temannya, yang sedang makan di restoran tersebut, menerima tagihan tersebut.

Mereka berdua memahami kata itu setelah meninggalkan restoran. “Saya tidak mengerti maksud atau niat salah satu pelayan menulis catatan ini, tapi hal seperti ini tidak boleh terjadi dalam keadaan apapun, apalagi restoran ini sudah dikenal cukup banyak orang,” adalah bagian dari pesan tersebut. terkirim.

Ia pun meminta petugas terkait mengambil tindakan tegas. Pesan tersebut tampaknya telah diposting di Instagram Story-nya karena tidak ada “tanggapan segera” dari restoran tersebut. Tweet selanjutnya mengklaim bahwa pesan tersebut hanya “dibaca” di kantin.

Hal ini membuat korban percaya bahwa Iron Fist tidak menganggap serius dugaan pelecehan seksual. Hingga akhirnya datang tanggapan dari pihak restoran yang seolah meminta maaf dan menjelaskan masalahnya.

Restoran mengatakan pelecehan itu dilakukan oleh pelayan, bukan kasir. “Kami telah menerapkan sanksi paling keras berupa pemecatan terhadap orang-orang yang bersangkutan karena kami tidak menoleransi insiden seperti itu di tempat kami,” kata mereka.

Selain itu, pihaknya menyatakan akan melakukan upaya ekstra untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang kembali. Restoran tersebut menyatakan, “Tujuan kami adalah menyediakan lingkungan yang aman dan terhormat bagi semua pelanggan kami.”

“Kami mengapresiasi pengertian Anda dan siap mendukung serta mendampingi Anda selama ini,” ujarnya dalam caption bertajuk “Iron Fist Leadership.”

Pihak restoran pun merilis pernyataan resmi di akun Instagram-nya pada Kamis, 27 Juni 2024 yang mengakui kejadian tersebut. Sayangnya, pilihan kata-katanya menuai gelombang kritik baru dari warganet.

“Bukan ‘penganiayaan’ tapi pelecehan seksual. PR yang buruk, manajemen krisis yang buruk,” kata seorang pengguna, sementara yang lain berkomentar: “Perlakuan yang buruk? Katakan apa itu: PELECEHAN SEKSUAL.”

Setuju, salah satu warganet berkomentar, “Pelecehan seksual jauh lebih serius dari sekedar ‘perilaku buruk’. Jangan meremehkan masalahnya.” “Giliran saya berbisnis, saya hanya minta maaf. Pas ditegur di pesan pribadi sebelum dijemput, aku cuma baca hahaha,” canda yang lain.

“Hapus saja biaya layanannya. Pelayanan buruk hanya minta bayaran,” kritik pengguna lain. Yang lain menjawab: “Lakukan lebih baik. Anda memahami bahwa korporasi kini juga dapat menghadapi sanksi pidana jika mengabaikan KEKERASAN SEKSUAL dan tidak melakukan tindakan PENCEGAHAN. Tapi selamat, pertunanganmu tinggi sekali, pasti karena kejadian ini. Tertawa terbahak-bahak.”

Banyak juga yang mengaku kecewa dengan pelayanan restoran dan respon terhadap keluhan pelanggan. “Lagipula itu sudah pelecehan seksual. Seharusnya mereka membalas pesan pribadi terlebih dahulu tanpa membuat keributan besar karena itu konyol,” kata salah satu warganet masalah serius,” kata yang lain.

Lifestyle matthewgenovesesongstudies.com menghubungi terduga korban dan Iron Fist. Namun, kami tidak menerima tanggapan sebelum artikel ini diterbitkan.

Laporan tahunan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (CATAHU) yang dikutip Sabtu (29 Juni 2024) menunjukkan terdapat 289.111 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan pada tahun 2023. Data tersebut menunjukkan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mengalami penurunan (55.920 kasus atau sekitar 12%) dibandingkan tahun 2022.

Terkait fenomena gunung es, data kekerasan terhadap perempuan merupakan data kejadian yang dilaporkan oleh korban, pendampingnya, dan keluarganya. Sementara itu, mungkin terdapat lebih banyak kasus kekerasan terhadap perempuan.

Di balik angka-angka tersebut, tim menemukan bahwa pengalaman korban dalam mendapatkan perlindungan dan pemulihan masih jauh dari harapan, meskipun terdapat berbagai kebijakan yang berbeda. Berdasarkan CATAHU 2023, karakteristik korban dan pelaku terus menunjukkan tren yang sama, yaitu usia korban lebih muda dan pendidikannya lebih rendah dibandingkan pelaku.

Kekerasan intim terhadap perempuan masih menjadi keluhan dominan di semua sumber data. Namun CATAHU 2023 juga mencatat kekerasan terhadap perempuan di ranah publik dan negara meningkat masing-masing sebesar 44 persen dan 176 persen.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *