Fri. Sep 20th, 2024

Penerbitan Surat Utang Nasional Sentuh Rp 130,81 Triliun Sepanjang 2023

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) mengumumkan penerbitan surat utang nasional pada tahun 2023 mencapai Rp 130,81 triliun. Penerbitan surat utang sebagian besar dilakukan oleh perusahaan non-BUMN.  Danan Dito, Kepala Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo, mengatakan perusahaan non-BUMN menyumbang Rp104,58 triliun dalam penerbitan surat utang pada 2023, dibandingkan perusahaan pelat merah yang hanya menyumbang Rp26,22 triliun. “Masih didominasi oleh non-BUMN, dan kalau kita lihat yang terbesar, sektor keuangan sangat besar. Sektor besar lainnya adalah pulp dan kertas, telekomunikasi, dan pertambangan,” kata Danan dalam konferensi pers Pefindo, Selasa (13/1). /2). /2024). Danan menambahkan, sentimen beberapa sektor pada tahun 2023 masih dipengaruhi oleh isu global dan tahun politik. Hal ini menyebabkan penurunan penerbitan surat utang tingkat nasional dari Rp163,6 triliun pada tahun 2022 menjadi Rp130,81 triliun pada tahun 2023. Pefindo sendiri mengelola penerbitan surat utang senilai Rp 100,68 triliun pada tahun 2023. Dibandingkan tahun 2022, Rp32 triliun mencapai Rp132,69 triliun.  “Secara nasional, Pefindo lebih banyak yang non-BUMN dibandingkan BUMN. Melihat tahun 2024, Januari dan Februari cukup baik dibandingkan Januari dan Februari tahun lalu. Harapannya ke depan, pasar dengan nilai utang sebesar Surat yang diterbitkan akan pulih,” kata Danan. Hingga Januari 2024, penerbitan surat utang nasional mencapai Rp7,1 triliun, dan Pefindo mengelola sekitar Rp5,6 triliun penerbitan surat utang. 

Sebelumnya diberitakan, Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo berwenang menerbitkan surat utang senilai Rp 42,28 triliun pada Januari 2024.

Berdasarkan kelembagaan, non BUMN mendominasi dengan nilai mencapai Rp 23,31 triliun. Sisanya sebesar $18,96 triliun berasal dari BUMN dan anak perusahaannya atau BUMD.

Danan Dito, Kepala Departemen Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo, mengatakan mandat tersebut berupa PUB obligasi Rp20,71 triliun, obligasi Rp14,15 triliun, sukuk Rp2,67 triliun, dan PUB sukuk Rp2,54 triliun.

Kemudian MTN mencapai Rp 2,20 triliun. Sementara penerbitan surat utang bersifat spesifik sektoral, pertambangan masih mendominasi sebesar Rp6,60 triliun dan perbankan sebesar Rp5,50 triliun.

Hingga Januari 2024, penerbitan surat utang nasional telah mencapai Rp7,1 triliun dan Pefindo diperkirakan menerbitkan surat utang sebesar Rp5,6 triliun. 

Danan menjelaskan, penerbitan utang negara pada tahun 2023 mengalami penurunan total sebesar Rp130,81 triliun dibandingkan tahun 2022 yang mencapai Rp163,63 triliun. Meski demikian, Danan berharap pasar penerbitan surat utang akan pulih pada tahun 2024.

“Kalau kita lihat tahun 2024, Januari dan Februari cukup baik dibandingkan Januari dan Februari tahun lalu. Harapannya ke depan pasar penerbitan surat utang bisa pulih kembali,” kata Danan dalam konferensi pers Pefindo, Selasa. (13/10). 2/2024).

Penerbitan surat berharga masih didominasi oleh non-BUMN dengan kontribusi penerbitan utang sebesar Rp 104,58 triliun pada tahun 2023 dibandingkan Rp 26,22 triliun.

 

Diberitakan sebelumnya, surat utang korporasi masih menjadi pilihan menarik sebagai alternatif pembiayaan. Suhindarto, Ekonom dan Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo, mengatakan kupon akan meningkat pada tahun 2023 seiring dengan lingkungan suku bunga yang lebih tinggi.

Hal ini meningkatkan biaya pendanaan dan menimbulkan risiko terhadap eksekusi penerbitan utang korporasi pada tahun 2023. Di sisi lain, suku bunga pinjaman perbankan diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan semakin ketatnya likuiditas.

“Surat utang korporasi dapat menjadi pilihan yang menarik untuk diversifikasi pembiayaan karena penerbitan surat utang korporasi relatif lebih murah dibandingkan memperoleh pinjaman perbankan, terutama bagi emiten dengan kualitas kredit yang lebih tinggi,” kata Suhindarto, Senin (11/12/PEFINDO Media Forum) jelasnya. 2023). ).

Hingga November 2023, Pefindo telah mencatatkan surat utang korporasi senilai Rp 148,3 triliun yang akan jatuh tempo pada tahun 2024. Terbanyak dari sektor multifinance dengan nilai Rp26,3 triliun dan perbankan Rp24,7 triliun.

Sedangkan penerbitan baru surat utang pada tahun 2024 diperkirakan berkisar Rp148,15-169,05 triliun dengan titik tengah Rp155,46 triliun. Dia menjelaskan, proyeksi penerbitan surat utang korporasi pada tahun depan disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tingginya kebutuhan refinancing. Menjaga sektor riil tetap berfungsi seiring dengan pemilu serentak.

Pada saat yang sama, masa tunggu cenderung berkurang sesuai dengan kredibilitas kompetisi pemilu dan program prioritas yang diusung. Suhindarto menambahkan, korporasi juga melakukan adaptasi strategi untuk menghadapi kondisi yang lebih tinggi dengan suku bunga yang lebih panjang. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah publikasi jangka pendek.

“Likuiditas lembaga keuangan semakin ketat, suku bunga pinjaman yang diajukan meningkat dan mendorong permintaan terhadap sumber pembiayaan alternatif, salah satunya adalah penerbitan surat utang.

Namun, ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai, terutama terkait suku bunga. Seperti lingkungan suku bunga jangka panjang yang lebih tinggi serta cerita jangka panjang yang lebih tinggi. Kemudian risiko geopolitik yang tinggi membuat imbal hasil tetap tinggi.

Ketika suku bunga naik, konsumsi mungkin lebih lemah dari perkiraan. Pada saat yang sama, premi risiko meningkat seiring dengan peningkatan leverage karena kenaikan suku bunga, sehingga meningkatkan selisih imbal hasil obligasi korporasi.

“Kemungkinan capital inflow akan mendorong berkurangnya penyerapan isu tersebut,” tutup Suhindarto.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *