matthewgenovesesongstudies.com, Islamabad – Pengadilan Pakistan menjatuhkan hukuman mati kepada seorang pelajar berusia 22 tahun atas tuduhan penistaan agama melalui pesan WhatsApp. Pengadilan provinsi Punjab mengatakan bahwa dia telah menyebarkan gambar dan video yang menghujat agama dengan tujuan mengganggu sentimen umat Islam.
Dalam kasus yang sama, seorang anak laki-laki berusia 17 tahun dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Keduanya membantah melakukan kesalahan. Hal itu diberitakan BBC pada Sabtu (3/9/2024).
Di Pakistan, penistaan agama dapat dihukum mati. Beberapa orang digantung sampai kasusnya dibawa ke pengadilan.
Pengaduan tersebut diajukan pada tahun 2022 oleh Unit Kejahatan Dunia Maya Badan Investigasi Federal (FIA) Pakistan di Lahore, ibu kota Punjab.
Kasus tersebut telah dirujuk ke pengadilan setempat, yakni kota Gujranwala.
Dalam putusannya minggu ini, hakim mengatakan remaja berusia 22 tahun itu dijatuhi hukuman mati karena membuat foto dan video yang berisi kata-kata kasar tentang Nabi Muhammad dan istri-istrinya.
Terdakwa di bawah umur dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena menyebarkan materi tersebut.
Penggugat mengaku memperoleh video dan foto tersebut dari tiga nomor ponsel berbeda.
FIA memeriksa telepon penggugat dan menemukan bahwa “materi tidak senonoh” telah dikirimkan kepadanya.
Pengacara pembela mengatakan kedua mahasiswa tersebut “dipenjara dalam kasus palsu”.
Ayah terpidana mati, yang belum disebutkan identitasnya, mengatakan kepada BBC bahwa dia telah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Lahore.
“Siswa kedua divonis bukan hukuman mati, melainkan penjara seumur hidup karena masih di bawah umur,” kata pengadilan.
Undang-undang anti-penodaan agama pertama kali dikodifikasikan oleh penguasa India di Inggris dan diperluas di bawah pemerintahan militer Pakistan pada tahun 1980an.
Agustus lalu, beberapa gereja dan rumah dibakar di kota Jaranwala setelah dua orang Kristen dituduh merusak Alquran.