Fri. Oct 4th, 2024

Penurunan Angka Stunting Tipis, Penimbangan dan Pengukuran Serentak Digencarkan Bulan Ini

matthewgenovesesongstudies.com, Hari Keluarga Nasional (Harkanas) yang digelar pada 29 Juni di Jakarta masih diragukan apakah akan memenuhi target penurunan pertumbuhan sebesar 14 persen. Sebab pada tahun 2023 angka keterlambatan akan semakin tinggi yaitu 21,5 persen.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Pembangunan Manusia dan Integrasi Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Efendi menilai target 14 persen terlalu ambisius.

“Target 14 persen itu sangat ambisius, tapi kita lihat di tahun 2024. Mulai Juni kita akan mengukur, menimbang, dan melakukan intervensi secara bersamaan di seluruh Indonesia,” jelas Muhajir terkait puncak Harkanas. Simbang Lima, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (29/6/2024).

Hingga saat ini, 92,29 persen dari seluruh anak telah ditimbang dan diukur, tambahnya. Ketahui statusnya, termasuk penyandang disabilitas.

“Besok kita harapkan bisa mendekati 100 persen, dan ini akan kita jadikan patokan selain hasil sensus masyarakat. Ini akan dijadikan titik awal perencanaan backlog ke depan,” jelas Muhajir.

Sebelumnya, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr Hasto Vardoyo optimis jumlah penderita stunting bisa terkonfirmasi bersama melalui Verifikasi dan Validasi (VERWAL) pada awal Juli 2024.

Hal itu disampaikan Dr Hasto saat membuka pertemuan kelompok kerja bertema “Percepatan Intervensi sekaligus Mempercepat Wabah” di kota tersebut pada Kamis, 27 Juni 2024. .

Atas arahan Wapres, pemerintah meluncurkan intervensi serentak penimbangan dan pengukuran tinggi badan anak di Posian seluruh Indonesia yang berlangsung sepanjang bulan Juni. Hal ini sebagai upaya menyikapi Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024 yang menunjukkan penurunan sangat kecil yaitu 0,1 persen.

“Setelah data terkumpul lebih dari 95%, diharapkan dapat dilakukan validasi dan validasi melalui Pencatatan dan Laporan Gizi Berbasis Masyarakat Secara Elektronik (E-PPGBM),” ujarnya.

Statistiknya dirilis Tim Percepatan Penurunan Pertumbuhan (TPPS) pada bulan Juli. Alhamdulillah, laporan hari ini untuk Jateng sudah mencapai 96 persen. Kota Semarang sudah 99 persen, kata Dr Hasto.

Hasto mengarahkan seluruh TPPS untuk segera mengisi data E-PPGBM.

“Kami dengan hormat meminta agar CHP di kabupaten, kota, dan provinsi mempercepat cakupan E-PPGBM dari yang belum 95 persen menjadi minimal 95 persen. Target Menkes 100 persen,” tambah Dr Hasto. sudah selesai.

Selain pemberangkatan TPPS, Kepala BKKBN berharap para pimpinan daerah memastikan sepenuhnya proses validasi data yang cacat tersebut.

Dengan bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Hasto yakin gubernur dan wali kota bisa memastikan penyebaran keterbelakangan di wilayahnya. Badan ini dapat diminta untuk ikut menghitung sampel Verval. Universitas dapat digabungkan untuk memastikan validitas Verval.

“Saran saya kepada pimpinan daerah, ajak PBS dan perguruan tinggi untuk bekerjasama dalam database e-PPGPM. Mari kita cek bersama-sama lalu lihat berapa angkanya.”

Dr Hasto mengibaratkan SKI dengan quick count, sedangkan E-PPGBM adalah real count karena dilakukan berdasarkan nama dan alamat.

“Alasan terjadinya pergerakan permintaan karena kita perlu melakukan koreksi data dan hasil kuantitatif yang kita harapkan,” jelas Hasto.

Dia menegaskan kembali mengapa pengurangan penundaan sangat penting.

“Saat ini, ukuran kualitas sumber daya manusia (SDM) yang paling dekat adalah Human Capital Index (HCI). Angka HCI menunjukkan seberapa besar potensi dan (berapa) aset yang dimiliki seseorang ketika bekerja di suatu organisasi.”

“Selisih antara keterlambatan dan keterlambatan adalah 22 persen, sehingga jika yang terlambat terlalu banyak, jelas masih banyak ruang untuk perbaikan kualitas organisasi,” kata Hasto. .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *