Mon. Sep 16th, 2024

Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 Diprediksi Stagnan, Bagaimana dengan Indonesia?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan PDB global tahun ini sebesar 3,1%, atau disesuaikan dengan tahun 2023. Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2% pada tahun 2025, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,1%.

Menurut laporan Global Focus Economic Outlook Q2-2024 yang diterbitkan oleh Standard Chartered, yang mencakup dan menganalisis prospek 58 negara di dunia, serta masalah geopolitik, dan hasil pasar keuangan tahun ini dan seterusnya, Asia akan tetap bertahan. mesin utama pertumbuhan ekonomi global.

Namun, Afrika dan Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan dan Pakistan (MENAP) diperkirakan akan tumbuh lebih cepat pada tahun 2024 dibandingkan pada tahun 2023.

Namun, pemilu di banyak negara tahun ini mungkin akan mempengaruhi aktivitas investasi untuk beberapa waktu, dan keputusan mengenai waktu dan kecepatan penurunan suku bunga akan tetap sulit dilakukan karena adanya kekhawatiran mengenai ekspansi.

Bank sentral akan mulai memangkas suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, sehingga memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan oleh bank sentral di Asia pada kuartal ketiga.

Meskipun inflasi telah melambat selama setahun terakhir, harga rumah masih menjadi kekhawatiran mengingat kuatnya pasar tenaga kerja dan ketidakpastian perubahan upah yang cepat serta perubahan kondisi perekonomian di banyak negara.

Namun China terus melepaskan deflasi, namun harga barang di dunia terus memutus rantainya. Keamanan perdagangan dapat meningkatkan harga.

Dampak disinflasi dari jatuhnya harga pangan dan energi akan lebih kecil dibandingkan perkiraan inflasi yang rendah. Faktanya, meningkatnya permintaan minyak global dan kekurangan pasokan untuk OPEC dapat mendorong harga lebih tinggi jika pengurangan produksi OPEC tidak diperpanjang hingga paruh kedua.

Meskipun target inflasi belum tercapai di beberapa negara, bank sentral juga khawatir bahwa mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lama akan menimbulkan masalah perekonomian.

Meningkatnya suku bunga riil telah melemahkan ketersediaan kredit dan meningkatkan tingkat tunggakan kredit, dan akan terus berdampak pada dana talangan sebelumnya.

Standard Chartered memperkirakan pertumbuhan negara-negara besar berada di bawah tren pada tahun 2024. Perkiraan pertumbuhan Amerika Serikat pada tahun 2024 menunjukkan jumlah pekerjaan yang diselesaikan saat ini dan akan terus tumbuh mulai paruh kedua tahun 2023. Perekonomian di Eropa kemungkinan akan meningkat. stagnan pada kuartal pertama dan pertumbuhan kredit tidak akan baik.

Standard Chartered memperkirakan PDB akan tumbuh kurang dari 1% pada tahun depan, meskipun akan mengalami peningkatan seiring berjalannya waktu karena pertumbuhan upah riil.

“Aktivitas global akan berlanjut karena pelonggaran pembatasan kebijakan moneter; sementara penurunan suku bunga akan mendukung pertumbuhan global yang kuat pada tahun 2025,” kata kepala penelitian Standard Chartered Bank, Eropa dan Amerika, Sarah Hewin. suku bunga pada bulan Juni, The Fed pada bulan Juli, dan Bank of England pada bulan Agustus. Hal ini patut menjadi perhatian. , khususnya di Amerika Serikat. “Data ekspansi dalam beberapa bulan mendatang,” lanjutnya.

Sementara itu, Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB Indonesia pada tahun 2024 menjadi 5,1% dari sebelumnya 5,2%.

“Kami memperkirakan pertumbuhan akan kuat pada semester pertama, namun hasil pemilu bulan Februari menegaskan bahwa pemilu kedua tidak diperlukan. Peningkatan investasi yang signifikan diperkirakan tidak akan terjadi dalam waktu dekat,” kata Ekonom Senior Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian. . Taloputra,

Menurut dia, pergantian pemerintahan, termasuk pembentukan kabinet, belum bisa selesai hingga akhir tahun 2024; sementara pemilihan pemerintah daerah akan diadakan pada bulan November. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan belanja konsumen, terutama di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.

“Namun, kami yakin perekonomian Indonesia berada dalam siklus ekspansif, seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit yang kuat (11,3% tahun-ke-tahun di bulan Februari dibandingkan 10,4% di bulan Desember) dan peningkatan pinjaman pribadi non-keuangan sebesar 30,1 % year on year di bulan Februari, didorong oleh belanja diskresioner,” tutupnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *