Fri. Sep 13th, 2024

Pesawat Boeing 737 Milik Alaska Airlines Mati Mesin di Udara, Penumpang sampai Kirim Pesan Terakhir ke Keluarga

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Sebuah Boeing 737 Alaska Airlines terpaksa berbalik arah setelah salah satu mesin utamanya mati di udara. Untungnya, penerbangan tersebut mampu mendarat dengan selamat di Seattle, Amerika Serikat (AS).

Mengutip Business Insider, Jumat (30/8/2024), kejadian tersebut membuat masyarakat mengira tahun buruk Boeing belum berakhir. Menurut Administrasi Penerbangan Federal AS, sebuah Boeing 737-700 terpaksa mundur pada Minggu, 25 Agustus 2024, ketika salah satu mesinnya mati di udara, menurut laporan awak penerbangan.

Penerbangan menuju Oakland berangkat dari Bandara Internasional Seattle-Tacoma, kata badan pemerintah. Juru bicara Alaska Airlines mengatakan mesin kiri Boeing 737 mati tak lama setelah lepas landas. Berdasarkan catatan FAA, pesawat yang terlibat insiden tersebut berusia 24 tahun dan bermesin buatan CFM International.

Boeing tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Business Insider. Perusahaan dikatakan tidak bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan pesawat setelah ditugaskan.

Alaska Airlines Penerbangan 1240 mendarat sekitar pukul 13.30 waktu setempat di Sea-Tac, yang menyatakan akan menyelidiki insiden tersebut.

“Terima kasih kepada kru yang mengikuti prosedur standar untuk situasi ini dan mendarat dengan selamat dan tanpa insiden,” kata juru bicara maskapai. “Kami berusaha untuk menjaga penumpang kami dan mengakomodasi perjalanan mereka ke Oakland. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini.” 

Dabney Lawless, salah satu penumpang pesawat bersama putranya yang berusia 13 tahun, mengatakan kejadian itu tragis. “Kerusakan mesin mendorong penumpang mengirim pesan teks kepada orang-orang terkasih karena ketakutan,” katanya kepada Business Insider.

“Semuanya tidak baik-baik saja,” tulis Lawless dalam email ke Alaska, yang dibagikannya kepada media. “Semua orang mengira kami akan jatuh.”

Seorang penumpang di dalam pesawat mengatakan kepada penyiar lokal Kiro 7 bahwa kegagalan mesin itu “mengerikan”, namun memuji pilot karena menangani situasi tersebut dengan baik. Meskipun Boeing tidak bertanggung jawab atas mesin tersebut, insiden ini terjadi ketika perusahaan tersebut menghadapi pengawasan ketat atas sejumlah masalah mekanis dan keselamatan lainnya, terutama sepanjang tahun ini.

Pada Januari 2024, sebuah Alaska Airlines Boeing 737 Max 9 terpaksa melakukan pendaratan darurat. Hal ini terjadi ketika panel pintu terlepas di tengah jalan, meninggalkan lubang ribuan kaki di udara.

Regulator penerbangan telah meluncurkan penyelidikan terhadap setidaknya enam insiden yang melibatkan jet Boeing, demikian yang dilaporkan Washington Post pada April 2024. Pesawat-pesawat milik perusahaan tersebut mengalami kerusakan mesin, roda hilang, penutup mesin jatuh, dan angin hidung.

Pada Mei 2024, sebuah pesawat Boeing 737-800 kehilangan salah satu panel luarnya di tengah penerbangan. Dalam sidang Senat sebulan kemudian, mantan CEO Boeing David Calhoun membela catatan keselamatan perusahaan.

Calhoun digantikan oleh Kelly Ortberg, mantan kepala perusahaan avionik Rockwell Collins, awal bulan ini. Dalam kemunduran lainnya, NASA memilih SpaceX daripada Boeing untuk membawa pulang dua astronot yang terdampar di Stasiun Luar Angkasa Internasional setelah berminggu-minggu berdiskusi mengenai masalah keselamatan.

Para astronot terdampar setelah booster sistem kontrol umpan balik Boeing Starliner gagal selama perjalanan ke ISS pada Juni 2024. Sistem helium pesawat ruang angkasa juga padam.

Baru-baru ini, EVA Air Boeing 777-300ER nomor penerbangan BR238 rute Jakarta-Taipei mengalami gangguan serius. Akibatnya, enam pramugari mengalami luka ringan, tidak ada penumpang yang terluka.

EVA Air rute Jakarta-Taipei mengalami turbulensi parah pada Minggu 11 Agustus 2024. Melansir Dimsum Daily Hong Kong, pada Senin 12 Agustus 2024, EVA Air membenarkan adanya gangguan serius di sekitar penerbangan rute Jakarta-Taipei. Dua jam setelah keberangkatan dari Jakarta.

Turbulensi disebut terjadi saat pesawat terbang di ketinggian 37.000 kaki atau sekitar 11.277 meter. Momen tersebut terjadi saat pramugari sedang menyajikan makanan sehingga menimbulkan kekacauan di dalam kabin.

Penerbangan berhasil mendarat di Bandara Internasional Taoyuan di Taiwan pada pukul 21:16 waktu setempat. Maskapai penerbangan Taiwan Eva Air mengatakan pramugari yang terluka mendapat perawatan medis, kemudian dipulangkan untuk beristirahat dan memulihkan diri.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *