Thu. Sep 19th, 2024

Pj Gubernur Akmal Malik: Pesta Adat Wehea, Ciri Pelestarian Budaya Nasional

By admin May11,2024 #Kaltim

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pj Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik menghadiri acara puncak Festival Adat dan Budaya Wehea Lom Plai yang digelar di Desa Nehas Liah Bing, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Sabtu (20/4) saya berangkat. Lom Plai merupakan festival syukuran panen padi yang diadakan setiap tahun oleh masyarakat tradisional Waihea.

“Hari ini merupakan acara puncak Lom Plais atau disebut juga Bob Jenjia,” kata Akmal dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (20/04/2024).

Menurut Akmal, Lom Plai merupakan budaya yang patut dilestarikan dan mampu menarik wisatawan dalam dan luar negeri. Dengan cara ini menjadi pengenalan budaya yang bisa diketahui dunia.

Akmal mengatakan, “Seni budaya di Weihea sangat luar biasa. Kita harus terus melestarikannya. Saya sarankan, dalam setiap acara kita juga mengundang wisatawan mancanegara dan berinteraksi dengan budaya lain agar lebih hidup dan dikenal. Mix.”

Perlu diketahui bahwa Lom Plai merupakan kegiatan gabungan 6 desa di kawasan Wehea. “Enam desa tersebut adalah Desa Liak Lewe, Desa Bea Nehas, Desa Nehas Liang Bing, Desa Long Wehea, Desa Diak Le, dan Desa Dea Bac.”

Sekadar informasi, di Desa Nehas Lia Bing, Pj Gubernur Akmal Malik dan Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman disambut dengan ritual adat oleh tokoh adat Wehea. Setelah itu rombongan Pj Gubernur Akmal Malik dan Bupati Ardiansyah langsung bergegas mengikuti kegiatan Tiak Diak Jengia.

Ritual dimana penduduknya berpindah ke gubuk sementara di tepian Sungai Wahau. Arti sebenarnya dari Tiak Diak Jengia adalah pembersihan desa yang dilakukan oleh perempuan adat Weheya. Ritual membersihkan desa ini disebut Ambos Min. Tujuan dari Ambos Min adalah untuk menghilangkan segala kesialan dan kejahatan yang ada di desa tersebut.

Saat naik atau turun desa, tidak ada seorang pun baik hewan maupun manusia yang boleh lewat, sehingga penduduk diarahkan ke tepian sungai. Selama tinggal di bantaran sungai, masyarakat disuguhi banyak atraksi. Diantaranya lomba dayung Plak Sei atau Wehea antar desa. Diikuti oleh pria dan wanita.

Kompetisi ini diikuti oleh 4 desa yaitu Desa Diek Le, Desa Long Weihe, Desa Dia Bac dan Desa Nehs Lia Bing. Kompetisi lain seperti tari, perontokan, seni dan lain-lain juga diselenggarakan.

Masyarakat juga menampilkan tarian tradisional yang dibawakan oleh pemuda setempat di atas perahu. Ini juga merupakan rumah bagi atraksi pertunjukan sungai yang paling dinanti, Sexiang.

Sexiang diartikan sebagai tiruan pertempuran kuno yang terjadi di air atau sungai dengan tombak Weiheng. Dalam bahasa Waihea, tombak kiawa merupakan rumput gajah yang ujungnya tumpul. Permainan dimainkan sambil menunggu Ambos Min selesai.

Pemain menggunakan beberapa perahu untuk melawan arus sungai dan akan mengapung mengikuti aliran air sungai. Mereka turun ke desa dan saling menyerang dengan tombak. Namun, banyak aturan dalam seni peperangan di sungai ini yang harus dipatuhi. Antara lain, lawan yang berada dalam jarak dekat tidak bisa terkena tombak. Begitu pula saat lawan dalam posisi back to back atau tenggelam.

Usai menyaksikan pertunjukan di Sungai Wahau, Pj Gubernur Akmal Malik Mengsak juga mengunjungi Eveng Puen atau rumah adat besar di bawah desa untuk melihat ritual adat Pang Tung Eliang. Mengsak Pang Tung Aling merupakan ritual yang menjadi tanda bahwa masyarakat diperbolehkan menuju Bi Mae Min atau dari jengiya (pondok darurat) menuju desa.

Proses ritual Mengsak Pang Tung Aling adalah seorang pemimpin adat akan mengambil air dari seorang gadis, kemudian pemimpin adat akan naik terlebih dahulu disusul oleh masyarakat. Kemudian acara dilanjutkan dengan Pengsak dan Pekanai.

Pengsak artinya memercik dan pekanai artinya melempar batu bara ke muka. Orang yang terkena karbon setelah memercikkan air ke wajahnya tidak boleh marah. Ada juga aturan di Pengsak dan Pekanai, yaitu tidak boleh membubuhkan arang pada wajah orang yang sedang mengandung atau orang yang sedang sakit.

Pesta Adat Lom Plai kini menjadi salah satu kegiatan yang tercatat dalam Kharisma Event Nusantara.

Sekadar informasi, acara tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Masruroh, Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang, Kepala Desa Adat Nehas Lia Bing Lidji Tak dan staf ahli pembinaan tokoh adat Weheya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *