Mon. Sep 16th, 2024

PM dan Presiden Georgia Saling Kecam Usai Pengesahan Undang-undang Kebebasan Media

matthewgenovesesongstudies.com, Tbilisi – Presiden dan Perdana Menteri Georgia melontarkan komentar kritis pada Minggu (26/5/2024). Mereka ribut karena undang-undang tersebut sedang dibicarakan di dalam negeri.

Sebab, undang-undang tersebut diyakini akan melemahkan kebebasan media dan merugikan upaya Georgia untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Menurut undang-undang yang sedang dibahas, media massa dan organisasi non-pemerintah harus mendaftar sebagai pihak asing jika mereka menerima lebih dari 20 persen anggaran mereka dari luar negeri.

Para penentang undang-undang tersebut mengkritik undang-undang tersebut karena mirip dengan undang-undang Rusia. Pasalnya, ada aturan serupa di negara pimpinan Vladimir Putin itu.

Beberapa protes besar terjadi di ibu kota, Tbilisi, saat undang-undang tersebut disahkan parlemen, menurut Voice of America Indonesia, Rabu (29/5/2024).

Setelah badan legislatif mengesahkan RUU tersebut, Presiden Salome Zurabichvili memveto RUU tersebut pada 18 Mei 2024.

Namun, partai Impian Georgia pimpinan Perdana Menteri Irakli Kobakhidze dan para pendukungnya mempunyai cukup suara di parlemen untuk membatalkan veto tersebut.

“Ketika citra Rusia mengelilingi kita, kemitraan dan hubungan dekat dengan Eropa adalah cara yang tepat untuk menjaga dan memperkuat kemerdekaan dan perdamaian Georgia. Mereka yang menyabotase dan menghancurkan jalan ini menginjak-injak dan menghancurkan masa depan negara kita yang damai dan aman. Mereka ada di sini. Cara untuk menjadi anggota penuh dunia yang bebas dan demokratis,” kata Zurabichvili pada peringatan 106 tahun deklarasi kemerdekaan Georgia dari Rusia.

Pada saat yang sama, Kobakhidze memuji perkembangan Georgia dan mengkritik keras Zurabichvili.

“Persatuan dan langkah-langkah wajar dari pemerintahan yang dipilih oleh rakyat telah memungkinkan kita untuk menjaga perdamaian di negara ini selama dua tahun terakhir. Meskipun ada ancaman dan berbagai pengkhianatan, termasuk pengkhianatan terhadap Presiden Georgia,” ujarnya.

Pada malam harinya, ribuan orang yang menentang undang-undang tersebut berbaris di sepanjang kawasan di salah satu jalan utama ibu kota. Di masa lalu, beberapa demonstrasi menentang hukum telah menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi.

Badan kebijakan luar negeri UE mengatakan bahwa penerapan undang-undang tersebut berdampak negatif pada keanggotaan Georgia di UE.

Beberapa kritikus mengatakan undang-undang tersebut mungkin didorong oleh Rusia untuk membatasi kemampuan Georgia untuk lebih berintegrasi dengan Barat.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken mengumumkan pada Kamis (23/5) bahwa pejabat Georgia yang bertanggung jawab atau terlibat dalam menumbangkan demokrasi di Georgia akan dikenakan larangan bepergian.

Blinken juga berharap para pemimpin Georgia akan mempertimbangkan kembali RUU tersebut dan mengambil langkah-langkah untuk memajukan aspirasi demokrasi dan Euro-Atlantik di negara mereka.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *