Sat. Sep 21st, 2024

Prabowo Butuh Kementerian Perumahan, Ternyata Ini Alasannya

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengumumkan kementerian khusus yang membidangi isu terkait sektor perumahan di Tanah Air. Hal ini sejalan dengan opsi pembentukan Kementerian Perumahan Rakyat pada pemerintahan berikutnya yang kini tengah bermunculan.

Salah satu masalahnya berkaitan dengan statistik simpanan perumahan. Mengutip data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), masih dibutuhkan 12,7 juta unit rumah untuk mewujudkan zero backlog Indonesia.

Pria yang diketahui bernama Tiko ini menilai program 3 juta rumah yang diusung oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka merupakan solusi yang bisa dikedepankan untuk mengurangi jumlah backlog.

Pemerintah harus bisa berpacu dengan waktu untuk mengatasi masalah kepemilikan rumah ini, ujarnya. Oleh karena itu, terbuka opsi untuk memfokuskan permasalahan ini pada badan khusus, yakni Kementerian Perumahan Rakyat.

“Sebenarnya itu maksudnya. Karena dengan kecepatan (pembangunan gedung) saat ini, sulit untuk menutupi 12 juta secara besar-besaran dan tanpa dukungan pemerintah. Diperkuat dari sisi investor, dari sisi tanah dan kredit, bahwa 3 juta (rumah) besar ini.” Arahnya harus dimajukan,” ujarnya, Senin (13 Mei 2024) di Kengkareng, Jakarta.

Tiki juga mendorong Perum Perumanas yang saat ini sedang mengalami transformasi besar mampu membantu menutup backlog 12 juta rumah tangga.

“Dalam 3 tahun terakhir Perumanas mengalami transformasi karena tidak sehat, termasuk covid. Tanah, termasuk pinjaman,” ujarnya.

Dalam hal ini TICO menyoroti bantuan Dana Likuiditas Dana Perumahan (FLPP) untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Selain memperluas skema kredit untuk konsumen, pihaknya juga ingin memperkuat pengembang seperti Perumanas.

“(Pinjaman) ini dari dua sisi, dari sisi masyarakat yang mendapat, perluasan FLPP mungkin dengan subsidi bunga dan lain-lain, tapi juga penguatan dari sisi pengembang,” kata Tiko.

“Khususnya orang-orang Peruman yang Perum, sehingga punya kapasitas untuk membangun dengan kecepatan tinggi dan skala besar. Jadi backlog 12 juta ini bisa kita tutup secara bertahap secara bertahap,” imbuhnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN Kartika Virjotmodano menyinggung wacana pembentukan Kementerian Perumahan Rakyat. Dengan tujuan agar pemerintah dan investor bisa lebih fokus membangun sektor perumahan bagi masyarakat.

“Saya dengar mungkin kedepannya akan ada pemisahan, bahwa kedepannya akan ada kementerian perumahan lagi. Jadi fokusnya betul-betul beralih ke agenda perumahan, kita bisa lebih dekat dengan pemerintah untuk membangun lebih tertib. konsep pengembangan,” ujarnya, Senin (13/5/2024) di Samesta Centraland Apartemen Sengkareng, Jakarta.

Pasalnya, pria bernama Tiko ini menuturkan, backlog perumahan yang ada saat ini bukannya menyusut, melainkan bertambah.

“Dulu seingat saya awal tahun 2015 ada 10 juta, sekarang 12 juta karena Covid. Karena Covid pengembangnya bisa sangat terbatas,” tambah Tiko.

Oleh karena itu, ia menyerukan adanya perubahan model subsidi sektor perumahan dengan bantuan pemerintah. Terutama untuk mendukung pendanaan bagi pengembang seperti Perum Perumanas.

“Karena saya masuk ke Perumnas juga bingung. Ini Perum, tapi tidak ada dukungan dari pemerintah. Ini akan kita dorong, konsep Perum ini apa, dukungan dari pemerintah apa,” kata Tiko.

“Dan memang 2-3 tahun terakhir ini, Pak Budi (Saddeva Soediro, CEO Perumanas), Pak Nixon (LP Napitapulu, CEO BTN) pun bingung. Karena pemain di ekosistem perumahan ini banyak, ada Bapartaramas , macam-macam, tapi pengembang tidak mendanai produknya,” imbuhnya.

Tiko pun mengaku sudah berdiskusi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengenai perluasan konsep fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) serupa dengan model Kredit Usaha Nasional (KUR).

Tak hanya bagi konsumen, ia juga mendorong Menteri PUPR Basuki Hadimuljon dan Menteri Keuangan Shri Mulyani Indrawati agar lebih bisa mendukung model pembiayaan bagi pengembang.

“Tapi yang ingin disampaikan oleh Pak Basuki dan Ibu Menkeu, tidak ada model pendanaan untuk pengembang. Jadi para pengembang ini memerlukan dukungan permodalan yang besar untuk bisa memproduksi unit dalam skala besar dan efisien. Jadi upaya kita akan terus berlanjut,” tuturnya. . .

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *