Thu. Sep 19th, 2024

Prabowo Kunjungi China dan Bertemu Xi Jinping, Berikut Kata Pengamat

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Prabowo Subianto berkunjung ke China pada 31 Maret – 2 April 2024. Kunjungan Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Menhan RI) sekaligus Presiden terpilih RI sebagai respons. atas undangan Presiden Xi Jinping.

“Atas undangan Presiden Xi Jinping, Presiden Indonesia yang baru terpilih, Prabowo Subianto, akan mengunjungi Tiongkok pada tanggal 31 Maret hingga 2 April. Presiden Xi Jinping akan berbicara dengannya. Dia (Prabovo) juga akan bertemu Perdana Menteri Li Qiang. Mereka akan bertukar pandangan mengenai hubungan bilateral dan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Lin Jien dalam konferensi pers pada 29 Maret 2024, seperti dimuat di situs Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok di Jakarta.

Prabowo sendiri bertemu langsung dengan Xi Jinping pada Senin (1/4) di Balai Besar Rakyat, Beijing. Pernyataan yang dikeluarkan Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta menyebutkan bahwa dalam pertemuan tersebut, Prabowo mengatakan bahwa dirinya mendukung penuh pengembangan hubungan yang lebih erat antara Indonesia dan Tiongkok, ingin melanjutkan kebijakan persahabatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap Tiongkok, mendukung kemerdekaan dan kemerdekaan, mematuhi menuju “Satu Tiongkok” yang selalu dipertahankan oleh pemerintah Indonesia, saling mendukung kepentingan inti dengan Tiongkok, mendorong pengembangan hubungan kedua negara yang lebih komprehensif dan berkualitas tinggi, serta menerapkan konsep-konsep penting dalam pembentukan komunitas Sepanggungan. takdir bersama.

Merujuk pada situs Kedutaan Besar Tiongkok di Jakarta, konsep membangun komunitas dengan nasib bersama pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Xi Jinping untuk memenuhi aspirasi universal masyarakat di berbagai negara terhadap perdamaian, pembangunan, dan kerja sama. Inti dari konsep masyarakat Sepenanggungan yang senasib ini sejalan dengan semangat Konferensi Asia Afrika Bandung yang mengupayakan kemerdekaan seluruh bangsa, menjaga perdamaian dunia dan memajukan persahabatan antar bangsa. Saat ini, Tiongkok sedang aktif membangun Sepenggungan Community of Shared Destiny dengan lebih banyak mitra di seluruh dunia, termasuk Indonesia.    

Lalu bagaimana para pakar hubungan internasional menafsirkan kunjungan Prabovo ke Tiongkok jauh sebelum pelantikannya pada Oktober mendatang?

“Kunjungan Prabovo ke Tiongkok agak mengejutkan. Berdasarkan informasi yang disampaikan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Prabovo berangkat ke Beijing untuk memenuhi undangan Presiden Xi Jinping dalam kapasitasnya sebagai Presiden terpilih. Padahal, umumnya presiden terpilih baru akan melakukan kunjungan kenegaraan setelah dilantik,” demikian pandangan Profesor Hubungan Internasional Irfan Ardani dari Universitas Gaja Mada saat dihubungi matthewgenovesesongstudies.com.

Hal ini menunjukkan bahwa Tiongkok mempunyai niat yang kuat untuk membangun hubungan yang harmonis dengan Prabowo sebagai Presiden Republik Indonesia. Selain itu, dalam kiprahnya sebagai Menteri Pertahanan, Prabowo cenderung mempererat hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) yang notabene merupakan rival utama China. Ucapan selamat dari Presiden Joe Biden atas kemenangan Prabowo bahkan mendapat perhatian khusus di Instagram Prabowo, mengingat Tiongkok telah menjadi mitra dagang dan investasi terpenting bagi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, Tiongkok ingin memastikan bahwa Prabowo tidak mengabaikan hubungan tersebut begitu saja. dibangun dalam 10 tahun terakhir.”

 

Tujuan pertama kunjungan kenegaraan biasanya menunjukkan prioritas kebijakan luar negeri pemimpin.

“Prabowo telah beberapa kali mengatakan bahwa visi politik luar negerinya adalah kebijakan bertetangga yang baik. Kebijakan luar negeri negara tetangga yang baik. Dengan kata lain, Prabowo menginginkan hubungan yang harmonis dengan Tiongkok sebagai kekuatan besar di kawasan untuk mendukung program pembangunan yang mengatasi kekhawatiran tersebut. Lebih lanjut, “Tiongkok adalah mitra dagang terpenting dan dapat dikatakan sebagai mesin agenda sumber daya alam. adalah (SDA) di Indonesia,” kata Irfan.

Namun yang perlu diperhatikan, Prabowo sudah berangkat ke Beijing jauh sebelum pelantikan. Apalagi, hasil pemilu yang menjadi langkah Prabowo meraih kekuasaan saat ini masih digugat di Mahkamah Konstitusi. Artinya, ada kalangan internal yang mempertanyakan legitimasi Prabowo untuk memimpin kunjungan Prabowo ke Tiongkok pada tahun 2018. “Pada saat yang sama, hal tersebut mungkin merupakan upaya yang dilakukan oleh Prabowo untuk mendapatkan legitimasi, terutama dari mitra internasional Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika Prabovo melakukan kunjungan yang berada di luar tradisi diplomatik negara mana pun di dunia.”

Meski demikian, Irfan mencatat momen-momen penting pertemuan Prabowo dan Xi Jinping.

“Dalam pertemuan tersebut, Xi Jinping menekankan komitmennya untuk memperkuat kerja sama strategis kedua negara. Selain itu, Xi Jinping juga mengatakan bahwa kedua negara harus mendorong dunia yang setara dan multipolar serta globalisasi ekonomi yang inklusif. Pernyataan tersebut mengirimkan pesan yang jelas “tidak hanya kepada Indonesia tetapi juga kepada dunia tentang ambisi Tiongkok untuk menjadi pemain utama dalam politik global,” kata Irfan.

Selain itu, menurut Irfan, Tiongkok ingin mengubah tatanan politik global yang didominasi AS menjadi lebih setara dan inklusif.

“Sebagai orang yang tumbuh dalam tradisi politik luar negeri yang bebas dan aktif, Prabovo tidak menanggapi secara spesifik ajakan Xi Jinping. Saya kira ini yang perlu kita perhatikan dalam hubungan kedua negara ke depan, bagaimana strategi Prabovo dalam menyikapi ambisi China,” kata Irfan.

Pengamat Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Ion Machmudi, berharap pertemuan antara Prabowo dan Xi Jinping dapat menjadi angin segar dalam konflik Laut Cina Selatan khususnya.

“Diharapkan dengan pertemuan ini, permasalahan Laut Cina Selatan, termasuk Natuna, dapat diselesaikan secara damai dan kooperatif tanpa terprovokasi untuk melakukan pendekatan militer. Saya pikir penting bahwa pendekatan Tiongkok… adalah menjaga stabilitas keamanan di kawasan dengan tetap fokus pada aspek perdamaian,” kata Yon kepada matthewgenovesesongstudies.com.

Hal lain yang disampaikan Yohn adalah Indonesia harus mampu mengendalikan dan menyeimbangkan tarik-menarik antara Tiongkok dan AS.

“Jangan sampai Indonesia ditempatkan pada posisi yang bias terhadap Tiongkok, karena posisi Indonesia tetap bebas dalam hal apapun dan menjaga keseimbangan yang ada…terjaganya perdamaian di kawasan,” ujarnya.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *