Sat. Sep 7th, 2024

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pada Senin (20 Agustus 2024) waktu setempat, kabar meninggalnya Presiden Iran Ebrahim Raisi dalam kecelakaan helikopter membuat duka seluruh dunia. Berita ini dikonfirmasi setelah pencarian selama satu jam di wilayah berkabut dan pegunungan di barat laut negara itu, menurut media pemerintah Iran.

Raisi meninggal pada usia 63 tahun setelah kecelakaan yang terjadi saat Timur Tengah masih bergejolak akibat perang Israel-Palestina, AFP melaporkan. Di bawah kepemimpinan Pemimpin Tertinggi Angkatan Bersenjata Iran, Ayatollah Ali Khamenei, Ibrahim Raisi melancarkan serangan drone dan rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada April 2024.

Di bawah kepemimpinannya, Iran memperkaya uranium hingga dapat digunakan sebagai senjata, sehingga semakin meningkatkan ketegangan dengan Barat. Hal ini juga memungkinkan Teheran untuk memasok drone pembawa bom ke Rusia untuk perangnya di Ukraina dan kelompok milisi bersenjata di wilayah tersebut.

Mengenai profil Ibrahim Raisi yang dikutip laman Britannica, Senin (20/5/2024), pria kelahiran 14 Desember 1960 di Masyhad, Iran ini. Ia dikenal sebagai ulama, jaksa, dan politikus Iran, yang menjabat sebagai kepala peradilan Iran pada tahun 2019–2021 dan kemudian sebagai presiden Iran pada tahun 2021–2024.

Raisi dibesarkan di Masyhad, pusat keagamaan penting bagi Dua Belas Syiah sebagai makam Ali al-Reza, imam kedelapan. Raisi lahir pada masa reformasi pertanahan tahun 1960–1963 dan program pembangunan Revolusi Putih (1963–1979), ketika Iran sedang mengalami perubahan besar dalam distribusi kekuasaan dan kekayaannya. 

Meskipun terjadi modernisasi dan urbanisasi yang pesat di negara ini, para ulama termasuk kelompok yang paling kehilangan haknya akibat reformasi kerajaan. Hal ini terutama terjadi di Masyhad, di mana lembaga-lembaga keagamaan memiliki properti yang luas dan mempunyai pengaruh besar terhadap perekonomian lokal.

Dibesarkan dalam keluarga pendeta, Raisi mengenyam pendidikan agama. Pada tahun 1975, ia belajar di Qom, pusat intelektual terkemuka Islam Syiah, dan belajar dengan ulama paling terkemuka di Iran.

Di saat masyarakat Iran tidak puas dengan rezim Mohammad Reza Shah Pahlavi, banyak pesantren di Qom yang mengikuti ide-ide revolusioner Ruhollah Khomeini. Penafsirannya terhadap velayat-e faqih (perwalian para ahli hukum) bertujuan untuk menjamin hak-hak ulama serta mengontrol kebijakan dan administrasi pemerintahan.

Raisi konon turut berperan aktif dalam peristiwa 1978-1979. Organisasi tersebut mendorong Shah ke pengasingan dan membangun sistem pemerintahan berdasarkan visi Khomeini.

Dengan berakhirnya revolusi Iran, republik Islam baru ini menghadapi sejumlah tantangan, mulai dari kaum royalis yang berpendidikan Barat, pembangkang sayap kiri sekuler hingga perang besar-besaran di negara tetangga Irak. Sejak awal, Raisi mengabdikan karirnya untuk mempromosikan rezim baru melawan oposisi dalam negeri.

Dia menerima pelatihan administratif dan segera bergabung dengan kantor kejaksaan di Masjid Sulaiman di barat daya Iran. Selama enam tahun berikutnya, ia memperoleh pengalaman tambahan sebagai jaksa di berbagai yurisdiksi, termasuk kota Karaj, kota Hamadan, dan provinsi Hamadan.

Pada tahun 1985, ia menjadi wakil jaksa di Teheran, ibu kota negara tersebut. Pada tahun 1988, ketika beban ketidakstabilan dan Perang Iran-Irak sangat membebani rezim tersebut, Khomeini memerintahkan eksekusi ribuan tahanan politik yang dituduh bekerja sama dengan Irak.

Ketuanya ditunjuk menjadi anggota komite untuk menentukan apakah mereka yang ditangkap berasal dari kelompok yang tidak setia kepada pemerintah. Setelah Ali Khamenei menjadi pemimpin Iran pada tahun 1989, Raisi mulai menduduki posisi tinggi dalam sistem peradilan Iran.

Setelah menjabat sebagai jaksa di Teheran (1989-1994), jabatannya yang paling menonjol antara lain Ketua Organisasi Inspektorat Jenderal (1994-2004) dan Ketua Jaksa Pengadilan Khusus Klerus (2012-2021). kejujuran badan dan pejabat negara. Sebagai Wakil Ketua Hakim I (2004-2014), Raisi memainkan peran penting dalam menindak para pembangkang pasca kerusuhan pemilu presiden 2009.

Selain di bidang peradilan, Ketua juga merupakan anggota Dewan Pakar (2007-2024) yang bertugas mengambil alih jabatan Pimpinan apabila terjadi kekosongan. Pada tahun 2016, Khamenei menunjuk Raisi sebagai penjaga Mausoleum Ali al-Rida di Masyhad dan menugaskannya untuk memimpin bonyad (yayasan amal) terbesar di Iran.

Penunjukan tersebut, yang berlangsung hingga 2019, menempatkan aset bernilai miliaran dolar dan sebagian besar produk domestik bruto Iran di bawah kendali Raisi dan tanpa pengawasan formal. Banyak pengamat melihat penunjukan ini sebagai peluang untuk meningkatkan pengaruh Raisi di kalangan ulama dan elite bisnis di negara tersebut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *