Sat. Sep 21st, 2024

Provinsi Aceh Peringkat Pertama Keluarga Paling Bahagia di Indonesia

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Keluarga di Provinsi Aceh menempati urutan pertama keluarga paling bahagia di Indonesia.

Kabupaten Bener Meriah merupakan kabupaten dengan indeks pembangunan keluarga (iBangga) tertinggi di Provinsi Banda Aceh, yaitu 69,48 persen.

Data tersebut disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo.

“Kami BKKBN membuat Indeks Kebahagiaan Keluarga karena visi BKKBN adalah keluarga berkualitas. Saya mengapresiasi Aceh. IBangga Aceh 65,38 tertinggi di Indonesia. Indikatornya ada tiga, yaitu kedamaian, kemandirian, kebahagiaan,” kata Hasto. saat kunjungan kerja ke Banda Aceh pada tanggal 28 dan 29 Februari 2024.

Indeks Pembangunan Keluarga merupakan ukuran kualitas keluarga yang dinyatakan dengan kedamaian, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. Salah satu hasil iBangga adalah terwakilinya peran dan fungsi keluarga di seluruh wilayah Indonesia.

Hasil indeks ini digunakan untuk mengklasifikasikan status perkembangan keluarga ke dalam kategori ‘kuat’, ‘berkembang’, dan ‘rentan’.

Meski merupakan provinsi paling bahagia, masih banyak pekerjaan di Aceh yang perlu diprioritaskan dalam Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dan Program Penurunan Stunting.

Anda sudah menjelaskan secara detail data apa saja yang harus diperhatikan oleh Provinsi Aceh.

Pertama, di Aceh, rata-rata hanya 50 persen pasangan usia subur yang mempunyai keluarga berencana. Sementara angka nasional menunjukkan rata-rata angka keluarga berencana modern (mCPR) sebesar 60,4 persen.

Kedua, unmet need atau kebutuhan keluarga berencana yang tidak terpenuhi di Provinsi Aceh sebesar 13,4.

Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting di provinsi Aceh sebesar 31,2 persen. Artinya, tren penurunannya belum signifikan.

“Kita sebenarnya punya tujuan untuk Aceh. Masing-masing kabupaten sudah kita pilih secara spesifik berdasarkan prakiraan. Kita targetkan sendiri tidak mencapai 14 persen di tahun 2024 karena nilainya terlalu tinggi. Tapi arahan presiden sebenarnya terserah 14 persen,” lanjut dr Hasto.

Angka stunting harus diturunkan karena berkaitan dengan angka kematian ibu dan anak.

Stunting berkaitan dengan angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan juga angka kehamilan, kata dr Hasto.

Di Aceh, rata-rata angka kesuburan perempuan (TFR) masih 2,42 (Long Form SP2020, BPS). Angka ini masih di atas nilai nasional sebesar 2,1.

“Dari 23 kabupaten/kota, hanya Kota Banda Aceh yang nilainya berada di bawah nasional yaitu 2,04,” jelas Hasto.

Keadaan ini menunjukkan jumlah anak di Aceh cukup besar. Semakin banyak jumlah anak, semakin besar pula hambatan pertumbuhannya, karena jarak kelahiran biasanya terlalu berdekatan.

Data juga menunjukkan angka kelahiran remaja (ASFR 15-19 tahun) di Aceh sebesar 16,40 persen.

“Ini bagus karena menunjukkan bahwa perempuan Athena yang hamil terlalu muda, antara usia 15 dan 19 tahun, dianggap baik. Secara nasional adalah 26,64. Artinya, dari setiap 1.000 perempuan Indonesia usia 15 hingga 19 tahun yang hamil, Alhamdulillah ada 26 orang yang hamil. “Anak mudanya tidak terlalu banyak,” kata Hasto.

Namun menurut data yang ada, ada tiga kabupaten yang memerlukan perhatian lebih karena kehamilan dini masih tinggi, yaitu: Gayo Lues 46,8 persen. Simeule 44,3 persen. Aceh Tenggara 38,3 persen.

Prioritas ketiga kabupaten ini adalah pencegahan pernikahan muda.

“Data yang ada harus hidup dan bisa kita hidupkan. Kalau program kita tidak didorong oleh data, kita akan mengeluarkan banyak uang, tapi tidak berdampak,” kata Hasto.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *