Sat. Sep 28th, 2024

Realita Vila Mewah Berpemandangan Sungai di Bali, Ternyata Penuh Sampah

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Vila mewah di Bali tidak bisa lepas dari krisis sampah ekstrem yang terjadi di pulau itu. Gary Bencheghib, salah satu pendiri Sungai Watch, baru-baru ini berbagi di Instagram tentang kondisi sungai lokal di Kongo dari vilanya di Pulau Dewata.

Melansir news.com.au pada Selasa 21 Mei 2024, video tersebut memperlihatkan sebuah vila mewah dengan kolam berwarna biru jernih. Namun saat melewati api, sungai di dekat gedung hampir tertutup sampah, termasuk botol plastik dan tas belanjaan. “Datanglah ke Bali dan nikmati villa dengan pemandangan sungai,” ujarnya.

Salah satu pengguna berkata di kolom komentar, “Saya sangat kecewa ketika tiba di Bali. Saya mengharapkan surga tropis dan saya mendapat setumpuk sampah.” Yang lain berkata: “Sangat mengejutkan bahwa semua uang itu diambil dari wisatawan dan tidak dikembalikan ke pengumpulan sampah yang semestinya.”

Pengelolaan sampah merupakan masalah kronis di Bali, sehingga masyarakat setempat seringkali tidak punya pilihan selain membuang sampahnya di pinggir jalan atau di taman. Sampah mengalir ke 400 anak sungai, dan 90% penduduknya tinggal dalam jarak satu kilometer dari sungai.

Ini bukan pertama kalinya lanskap Pulau Dewata yang dipenuhi sampah dirusak. Awal tahun ini, Dale Philip, turis asing dan YouTuber asal Skotlandia, “dihibur” di air terjun Instagrammable di Bali. Ia mengaku mengetahui keberadaan Air Terjun Pangimpu dari media sosial dan tertarik mengunjungi objek wisata di Bali ini karena difoto dengan menarik.

“Aku sudah melihat tempat ini terlihat luar biasa di banyak foto Instagram yang berkilau dan glamor, tapi saat aku sendiri sampai di sana, aku menemukannya tertutup tanah,” tulisnya dalam postingan TikTok pada 15 Januari 2024.

“Nggak nyangka bakalan ada tumpukan sampah,” sambung YouTuber itu sambil menunjuk sampah-sampah yang mengapung di atas kolam air terjun. “Memalukan! Benar-benar memalukan. Saya yakin Anda tidak akan melihatnya di foto Instagram siapa pun…yah, itu benar.”

Adegan kunjungannya kemudian bergantian antara keindahan air terjun di belakangnya dan sampah yang terkumpul di kolam di depannya. Dale mengaku sempat mempertimbangkan untuk berenang.

“Tapi airnya pasti kurang bersih, apalagi banyak kotorannya, jadi tidak aman berenang di air itu,” ujarnya. “Aku yakin itu akan membuatku mual.”

Berharap sampah tersebut bukan disebabkan oleh wisatawan, Dale menduga wisatawan justru melihat air limbah mengalir ke kolam, bukan membuangnya.

“Saya kira itu air terjun, mungkin ada yang datang dan membuang (sampah) ke air terjun (kolam), mungkin dari atas dan menghanyutkan semua sampah,” kata turis asing itu ragu.

Dalam kutipan dari Yahoo News Australia pada 30 Januari 2024, Profesor Joseph Chair dari University of Western Sydney menjelaskan, “Tentu saja meningkatnya jumlah wisatawan di sana (Bali) akan meningkatkan jumlah botol plastik sekali pakai yang dibuang ke tempat sampah.”

Situasi ini semakin menambah tekanan terhadap permasalahan plastik di Bali yang disebabkan oleh buruknya infrastruktur pengelolaan sampah, ujarnya. Masalah sampah merupakan hal yang unik dalam pariwisata di pulau-pulau tersebut, katanya.

Professor Chair, yang juga merupakan salah satu ketua Dewan Masa Depan Global untuk Masa Depan Pariwisata Berkelanjutan di Forum Ekonomi Dunia, mengatakan bahwa video tersebut mengingatkan wisatawan bahwa Bali tidak memiliki kapasitas untuk mendaur ulang dan mengelola plastik dalam jumlah besar.

Oleh karena itu, “kita semua harus memikirkan kembali penggunaan plastik sekali pakai dan sampah lainnya selama liburan.” “Pertanyaannya adalah, ketika Anda pergi ke pulau-pulau ini, bagaimana Anda bisa mengubah perilaku Anda sebagai turis dan memastikan tidak menambah masalah?” dia berkata.

Profesor Chair melanjutkan, “Pertimbangkan penggunaan sesuatu dan bagaimana hal tersebut meningkatkan tantangan (pengelolaan sampah) yang dihadapi (pengelolaan sampah) masyarakat pulau-pulau kecil.”

Meski demikian, ia sepakat bahwa pemerintah Indonesia juga harus mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan plastik tersebut. “Jika pengunjung membawa botol air sendiri dan petugas menyediakan air mancur minum yang menyediakan air minum bersih, perubahan kecil bisa dilakukan, bukan?” nasihat

Bali telah berkali-kali disorot karena pengelolaan sampahnya yang buruk. “Mengikuti sungai penuh plastik dan berujung pada ini… (mengikuti sungai penuh sampah plastik dan membawanya ke sini),” tulis Gary Benchgib pada kolom caption di akun Instagram miliknya pada 25 Juli 2023.

Pada saat yang sama, ia mengunggah video pendek tentang penemuan mengejutkan yang dilakukan dirinya dan tim Sungai Watch. Tumpukan sampah setinggi 50 meter yang didominasi sampah plastik ditemukan di tengah hutan di salah satu sudut Pulau Dewata. 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *