Thu. Sep 19th, 2024

RS Medistra Diduga Larang Calon Pegawai Pakai Hijab karena Bertaraf Internasional, Bagaimana Kebijakan RS di Luar Negeri?

matthewgenovesesongstudies.com, RS Medistra Jakarta baru-baru ini viral karena larangan dokter dan perawat berhijab.

Hal itu terungkap setelah dokter bedah onkologi junior Diani Kartini melayangkan surat protes ke RS Medistra.

Dalam surat tersebut, Diani menanyakan tentang syarat berpakaian di RS Medistra, salah satunya larangan berhijab.

“Dulu asisten saya dan salah satu kerabat saya mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra,” kata Diani dalam surat tertanggal Kamis, 29 Agustus 2024.

Faktanya, keduanya berhijab. Ada pertanyaan terakhir dalam sesi diskusi, menanyakan tentang operasinya dan bahwa RS Medistra adalah rumah sakit internasional, sehingga pertanyaan tersebut menunjukkan apakah mereka bersedia melepas hijab jika diterima. , “lanjutnya.

Surat dr Diani viral di media sosial

Surat yang ditulis Diani ini viral di media sosial. Hal ini juga dirasakan oleh para petugas kesehatan. Salah satunya adalah dokter sekaligus pakar kesehatan global yang saat ini tinggal di Australia, Dicky Budiman.

Menurut Dicky, pelarangan penggunaan hijab bagi tenaga kesehatan di rumah sakit internasional sebenarnya tidak tepat.

Padahal, hal tersebut tidak benar. Tidak ada standar rumah sakit internasional yang secara jelas melarang penggunaan hijab bagi dokter atau tenaga kesehatan, kata Dicky kepada Health matthewgenovesesongstudies.com melalui pesan suara, Senin (2/9/2024).

Dicky menambahkan, rumah sakit terakreditasi di berbagai negara membolehkan dokter dan tenaga kesehatannya berhijab.

“Asalkan tidak mengganggu keselamatan atau efisiensi layanan kesehatan.”

Dengan demikian, lanjutnya, terdapat prinsip kebebasan beragama dalam konteks pelayanan rumah sakit yang lazim terjadi di berbagai negara, termasuk negara maju. Artinya, keputusan dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk berpindah agama sangat dihormati.

Dan hal ini ditunjukkan dengan kebijakan yang membolehkan penggunaan atribut keagamaan seperti hijab. Juga sepanjang tidak mengganggu aktivitas profesi atau standar keselamatan, kata Dicky.

Dicky diundang ke Kementerian Kesehatan di Jepang dan Korea Selatan yang sengaja mempekerjakan tenaga kesehatan berhijab. Tujuannya adalah untuk menarik atau menarik minat pasien dari negara dengan populasi Muslim besar seperti Indonesia.

“Mereka sengaja mencari dan menggunakan muslim yang memiliki ciri-ciri pakaian Islami, yaitu berhijab.”

Selain itu, ahli epidemiologi mengatakan bahwa tujuan rumah sakit internasional adalah keselamatan dan kebersihan pasien.

“Selama hijab yang dikenakan oleh petugas kesehatan memenuhi standar kebersihan dan tidak menimbulkan risiko infeksi atau masalah lain, maka penggunaannya diperbolehkan. Syaratnya sama dengan pakaian (kerja) yang dikenakan oleh petugas kesehatan. jelas Dicky.

Dicky berpesan agar setiap rumah sakit dapat memiliki kebijakan internal yang berdasarkan budaya lokal, termasuk hukum negara.

“Tapi ingat, kebijakan ini harus sejalan dengan prinsip hak asasi manusia dan tidak diskriminatif.”

Di berbagai rumah sakit internasional yang dikunjungi Dicky, di negara-negara Barat, Timur Tengah, dan Asia, para tenaga kesehatan muslim masih berhijab.

Jadi penggunaan hijab di dunia tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap standar internasional di rumah sakit. Jadi tidak ada alasan bagi standar internasional untuk melarang penggunaan hijab,” ujarnya. dikatakan.

Usai viral di media sosial, RS Medistra mengeluarkan permintaan maaf terkait pertanyaan apakah calon pegawai bersedia melepas hijab. Pihak rumah sakit juga mengatakan sedang menyelidiki masalah ini.

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang timbul akibat masalah diskriminasi yang menimpa salah satu nakes pada saat perekrutan. Saat ini permasalahan tersebut sedang ditangani oleh manajemen,” demikian surat yang ditandatangani Direktur RS Medistra, dr Agung Budisatria. , Senin (2/9/2024).

Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa RS Medistra merupakan rumah sakit inklusif, dan terbuka bagi semua pihak yang ingin bekerja sama memberikan pelayanan kesehatan untuk kepentingan masyarakat.

“Kedepannya, kami akan terus menerapkan langkah pengendalian yang ketat terhadap proses rekrutmen dan komunikasi, agar pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak,” tutup surat tersebut.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *