Sat. Sep 21st, 2024

Rupiah Loyo ke 15.400 per USD Usai AS Rilis Data Inflasi, Bagaimana Besok?

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta Nilai tukar rupiah melemah pada Kamis 12 September 2024. Nilai tukar rupiah melemah 37 poin terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada Kamis (9/12), meski sebelumnya sempat melemah 50 poin menjadi 15.439 dari penutupan pertama. . dan 15.402.

“Sejauh ini untuk perdagangan besok, rupee berfluktuasi namun ditutup kuat pada kisaran 15.340 hingga 15.450,” kata Dirut PT. Laba Forexindo Futures, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (9/12/2024).

Rupee melemah setelah AS merilis data inflasi Agustus 2024 sebesar 2,5%.

“Sementara inflasi IHK terus menurun, angka-angka penting menunjukkan bahwa inflasi mungkin lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. Kami mengharapkan penurunan suku bunga yang lebih kecil dari The Fed,” katanya.

CME Fedwatch sekarang menunjukkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan minggu depan telah meningkat secara signifikan setelah data inflasi AS terbaru, sementara perkiraan terhadap penurunan suku bunga sebesar 50 bps sudah lebih dari setengahnya.

Namun menjelang pertemuan Fed minggu depan, pasar fokus pada produsen data harga karena pada Kamis nanti akan ada indikasi inflasi lainnya.

“Prospek sedikit penurunan suku bunga berdampak negatif terhadap mata uang terhadap dolar AS, karena situasi seperti itu menunjukkan bahwa posisi keuangan AS lebih kuat dibandingkan dalam jangka panjang,” jelas Ibrahim. Selain itu, investor juga menunggu keputusan Bank Sentral Eropa mengenai suku bunga yang akan diumumkan hari ini.

Pasar juga akan fokus pada pernyataan Presiden ECB Christine Lagarde pada pukul 12:45 waktu setempat untuk mengonfirmasi apakah kenaikan suku bunga lainnya akan terjadi pada bulan Oktober dan Desember.

 

Seperti diketahui, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan segera dilantik menjadi presiden dan presiden baru periode 2025-2029.

Ibrahim menegaskan, pemerintahan Prabowo-Gibran akan menghadapi tantangan berat di tengah situasi geopolitik yang terus memanas, khususnya di Timur Tengah dan Eropa, yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

“Pemerintah harus mengambil langkah-langkah untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang bijaksana dan mampu menyikapi setiap peristiwa global dengan kebijakan yang cerdas dan efektif, untuk melindungi kepentingan nasional,” ujarnya. Ketegangan geopolitik menyebabkan kenaikan harga minyak dunia sehingga memperburuk tekanan harga global. Bank sentral di negara maju juga enggan menurunkan suku bunga, dan ketidakpastian perekonomian global juga berdampak pada negara berkembang, termasuk Indonesia. Terkait menurunnya perekonomian Tiongkok sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Hal ini mempengaruhi ekspor Indonesia karena dapat memberikan tekanan pada sektor perdagangan luar negeri yang merupakan salah satu faktor penyebab perekonomian nasional.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *