Sat. Sep 7th, 2024

Saat Anak-Anak Pengungsi Gunung Ruang Dihibur Badut Jalanan

matthewgenovesesongstudies.com, Manado – Letusan Gunung Luang pada 16 dan 30 April 2024 menyebabkan 5.774 orang dievakuasi dari Pulau Taglandan, Pulau Sitaro, Sulawesi Utara. Ribuan warga, termasuk anak-anak, saat ini menempati kamp pengungsian di Provinsi Sulawesi Utara.

Salah satu lokasi yang direlokasi adalah kantor Balai Peningkatan Mutu Pendidikan (BPMP) Sulawesi di Kecamatan Pineren, Kerajaan Minahasa. Kawasan tersebut dihuni sekitar 145 warga dari dua desa, Punpente dan Hlaingpatehi, yang terletak di kaki Gunung Luang.

Meski fasilitas dan kebutuhan warga pengungsi yang disediakan pemerintah setempat memadai, namun ada kekhawatiran mengenai kondisi mental mereka. Apalagi bagi anak-anak yang kehilangan kebahagiaannya.

Melihat situasi tersebut, Dandim 1309/Manado Kolonel Himawan Teddy Laxono SIKom MTr (Han) punya saran khusus untuk menghibur anak-anak. Dia membawa preman jalanan ke tempat itu.

Situasi damai berubah menjadi ricuh pada Kamis pagi (16 Mei 2024) sekitar pukul 09.00 WITA. Banyak anak-anak dan orang tua yang menyambut baik rombongan Dandim 1309/Manado yang datang. Situasinya sangat terpencil, ternyata ada juga empat pengamen jalanan di grup tersebut.

“Tetapi sekarang ada raksasa yang datang ke kamp pengungsi ini untuk menghibur anak-anak,” kata salah satu pengungsi.

Kehadiran keempat anak punk jalanan itu disambut dengan senyum bahagia dan tawa anak-anak, termasuk orang tuanya. Menariknya, beberapa anak tak hanya tertawa kegirangan, tapi juga menangis karena pertama kali melihat badut.

“Kami dari desa, tapi anak-anak kami baru pertama kali melihat geng. Jadi ada yang senang, ada yang takut dan takut. Tapi yang pasti itu mengubah keadaan pengungsi dengan anak yang menangis.

Rombongan Dandim 1309/Manado berfoto bersama di aula bersama anak-anak, orang tua dan aktor, kemudian berjalan menuju tempat tinggal para pengungsi.

Diiringi alunan musik, warga pengungsian, anak-anak, dan orang tua menari bersama kehebatan Kodim 1309/Manado dan Koramil Pineren. ​

The Giants membagikan beberapa paket berisi aneka makanan ringan dan buah-buahan segar di depan gedung. Baik anak-anak maupun orang tuanya dengan senang hati menerima hadiah tersebut.

“Hari ini kami datang ke sini untuk bertemu saudara-saudari kami dari Pupente dan Hlaingpatehi, dua desa di kaki Gunung. “Kedua daerah ini terkena dampak langsung ledakan,” kata Kapten CHB Albert Lengkoan.

Dijelaskannya, di Kota Manado terdapat banyak lokasi pengungsian, yakni Baperques Malalayan dan Pearl IV. Pihaknya memilih BPMP Pinellen karena menjadi tempat pengungsian warga yang nantinya akan dipindahkan ke Kabupaten Bormon Selatan.

“Kami memberikan trauma healing kepada anak-anak, termasuk warga dan kerabat yang terkena dampak langsung,” ujarnya.

Ia mengatakan, warga yang dievakuasi ke BPMP akan dikembalikan ke Desa Mobisi yang terletak di Kabupaten Bormon Selatan, setelah mendapat fasilitas serupa dengan warga yang tinggal di Pulau Luang.

“Saya dan anggota melakukan penyembuhan dan penyembuhan luka ini dengan hati-hati dalam membantu anak-anak dan keluarga. Untuk menghibur mereka dan memberikan kesehatan mental agar mereka dapat terus berkarya,” kata Himawan Teddy Laxono.

Ia berharap, anak-anak bisa bahagia dan ceria di pengungsian hingga dibebaskan karena kehadiran penjahat jalanan.

“Terlihat senyum dan tawa di wajah anak-anak karena kehadiran para pendamping jalanan ini,” ujarnya.

Pejabat Desa Punpente Ednison Talending mengungkapkan kebahagiaannya atas kunjungan tim Kodim 1309/Manado yang memiliki jumlah penjahat jalanan yang banyak. Selain itu, menurutnya, sejauh ini belum ada tindakan yang bisa menghibur anak-anak.

“Kami merasa senang dengan kunjungan seperti ini. Ini akan menghibur kami sebagai masyarakat yang saat ini berada di kamp pengungsi Pinelegs,” kata Ednison Talending kepada matthewgenovesesongstudies.com.

Ia mengatakan, sebagai perangkat desa dan warga kota, ia berharap kunjungan seperti ini dilakukan untuk menghibur anak-anak pengungsi di Pineren dan lokasi pengungsian lainnya.

“Kami mengapresiasi dan mengapresiasi karya ini,” ujarnya.

Siang harinya Dandim 1309/Manado berpamitan dan melanjutkan pekerjaannya. Namun tidak demikian halnya dengan keempat pemain di jalan tersebut, mereka masih menjadi “sandera” di lokasi tersebut, karena mereka bersama anak-anak yang menikmati musik, tampil, dan menikmati hadiah yang dibagikan.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *