Fri. Sep 20th, 2024

Saat AS dan Jepang Guncang Bursa Saham Global

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – Pekan ini, 5-9 Agustus 2024, pasar saham global justru mengalami pelemahan akibat sentimen Jepang dan Amerika Serikat (AS). Hal ini dimulai dengan dirilisnya tingkat pengangguran AS.

Tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen pada Jumat lalu, dibandingkan dengan perkiraan sebesar 4,1 persen, berdasarkan survei PT Ashmore Asset Management Indonesia yang ditulis pada Minggu (11/8/2024). Terakhir kali tingkat pengangguran di Amerika Serikat mencapai angka tersebut adalah pada masa pandemi COVID-19 dan pada bulan September 2017.

Perlu dicatat bahwa pertemuan terakhir Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) berfokus pada data ketenagakerjaan dibandingkan data inflasi, yang telah memberikan kepercayaan kepada Ketua Federal Reserve (Fed) Jerome Powell. “Tingkat pengangguran yang tinggi secara tak terduga telah menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga akhir tahun dari sekitar 75 basis poin pada hari Jumat menjadi 125 basis poin pada hari Senin,” kata Ashmore Asset Management Indonesia.

Namun, ekspektasi tersebut telah diturunkan sekitar 100 basis poin pada akhir tahun ini.

Selain itu, pasar Jepang juga menghindari peningkatan volatilitas akibat kenaikan suku bunga Bank of Japan minggu lalu. Bank of Japan menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen dan yen menguat menjadi 144,18 terhadap dolar AS pada hari Senin.

“Dampak utamanya adalah aksi jual besar-besaran yang disebabkan oleh pembatasan investasi, yang dikenal sebagai perdagangan yen,” katanya.

 

 

Kekhawatiran utama adalah selisih suku bunga yang menyempit tajam antara Jepang (yang terlihat akan mempertahankan suku bunga) dan Amerika Serikat, yang diperkirakan akan menurunkan suku bunga, dan merupakan basis perdagangan yen. strategi, dengan risiko mata uang baru karena kuatnya yen.

Sentimen tersebut membuat indeks Nikkei 225 melemah tajam pada perdagangan Senin 5 Agustus 2024, namun pulih tajam keesokan harinya.

“Salah satu faktor utama yang secara signifikan mengurangi kegelisahan di pasar Jepang adalah sikap dovish dari Wakil Presiden Bank of Japan Shinichi Ueda, yang telah memperingatkan agar tidak menaikkan suku bunga saat volatilitas pasar masih tinggi. Adalah.”

 

 

Bursa saham utama di Asia, termasuk Indonesia pun tak luput dari kepanikan dan mengalami pergerakan serupa, meski dalam skala yang lebih kecil. Bahkan Indeks Harga Gabungan (IHSG) memulihkan sebagian besar koreksi pada Senin 5 Agustus 2024. Sepanjang sepekan, IHSG melemah 0,7 persen ke 7.256.

“Tema yang berulang tahun ini adalah perubahan tajam dalam ekspektasi penurunan suku bunga. Di mana pasar memperkirakan tujuh kali penurunan suku bunga di awal tahun, kini turun menjadi empat kali penurunan suku bunga, dan kini kembali menjadi empat kali penurunan suku bunga.” , menurut penelitian Ashmore untuk Asset Management Indonesia.

Ashmore mengatakan hal yang berbeda adalah bahwa pada pertemuan FOMC pada bulan September, diperkirakan akan terjadi penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) dibandingkan biasanya sebesar 25 bps.

“Secara keseluruhan, kami melihat pasar masih bergejolak karena faktor-faktor seperti ketegangan geopolitik dan pemilu secara global.”

Ashmore merekomendasikan untuk mengurangi eksposur terhadap saham dan pendapatan tetap serta mendiversifikasi portofolio investasi. “Kami optimis terhadap saham Indonesia karena penurunan suku bunga AS akan menjadi katalis untuk peralihan ke aset-aset berisiko bagi investor global.” meningkat,”

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) stagnan pada sesi 5-9 Agustus 2024. Reformasi IHSG terinspirasi dari sentimen global, khususnya Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ditulis Sabtu (10/8/2024), IHSG melemah 0,70 persen menjadi 7.256,99 dari posisi pekan lalu 7.308,12. Kapitalisasi pasar saham tersebut turun 0,87 persen menjadi Rp12,302 triliun dari Rp12,41 triliun pada akhir pekan lalu.

Selanjutnya, rata-rata nilai transaksi harian di pasar saham turun 6,53 persen menjadi Rp9,63 triliun dari pekan lalu Rp10,31 triliun. Investor asing memborong saham senilai Rp 1,1 triliun selama sepekan. Investor asing memborong saham senilai Rp 1,42 triliun sepanjang 2024.

Di sisi lain, frekuensi transaksi harian mengalami peningkatan paling besar yaitu meningkat 4,15 persen menjadi 918 ribu transaksi dibandingkan minggu lalu sebanyak 942 ribu transaksi. Selain itu, rata-rata volume perdagangan harian pada minggu ini meningkat 3,6 persen menjadi 16 miliar lembar saham, dari 15,44 miliar lembar saham pada minggu sebelumnya.

Analis PT MNC Securitas Herditya Wiksana mengatakan, IHSG melemah 0,7 persen pada pekan ini karena sejumlah faktor. Pertama, dirilisnya data pengangguran Amerika Serikat yang menunjukkan peningkatan sebesar 4,3 persen. “Hal ini membuat investor takut perekonomian AS akan memasuki resesi,” ujarnya.

Kedua, aktivitas penjualan investor akibat kenaikan suku bunga Jepang. Ketiga, kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin oleh bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve (Fed) pada September 2024. Keempat, ketegangan geopolitik kembali meningkat di Timur Tengah, ujarnya.

Harditya mengatakan, pada perdagangan Senin 12 Agustus 2024, IHSG berpeluang terkoreksi dengan level support 7.219 dan level resistance 7.267. “Aktivitas IHSG akan terpengaruh oleh fluktuasi nilai tukar rupee dan investor masih fokus pada beberapa pengumuman di AS dan China,” ujarnya.

 

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *