Fri. Sep 20th, 2024

Saat Lukisan S. Sudjojono Sang Bapak Seni Rupa Modern Indonesia Direproduksi Jadi Koleksi Fesyen

matthewgenovesesongstudies.com, Jakarta – S. Sudjojono merupakan salah satu ilustrator ternama di Indonesia. Dikenal sebagai “Bapak Seni Modern Indonesia”, ia menciptakan lebih dari seribu karya seni sepanjang hidupnya. 

Lukisannya tidak hanya menampilkan keindahan visual, namun juga menyampaikan pesan mendalam tentang kehidupan masyarakat Indonesia di masa lalu. Lukisan-lukisan sang empu selalu laris manis di lelang nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya dipajang di museum-museum besar, seperti Museum Nasional Indonesia dan Museum Nasional Singapura.

Putri bungsu pendiri Djon & Rose dan S. Sudjojono, Maya Sudjojono mengatakan, foto-foto ayahnya biasanya dikumpulkan oleh para kolektor foto dan seringkali tidak dapat diakses oleh semua orang, terutama kaum muda. Ia pun memikirkan betapa banyak orang yang bisa menikmati karya sang maestro.

Alhasil, ia menghadirkan potret ayahnya dalam serial fashion dengan produk bernama “Djon & Rose”.

“Kami ingin generasi muda bisa menampilkan karya-karya S. Sudjojono, seperti Pura Kembar dan Gerak Baru (lukisan) yang menjadi inspirasi desain kami. Kami lakukan, agar lebih banyak orang yang melihatnya,” kata Maya. di Djon & Fashion Show pada Jumat, 14 Juni 2024 di Tangeran Selatan.

Djon & Rose menghadirkan berbagai pilihan baju, aksesoris dan aksesoris yang mengusung motif dari foto pilihan S. Sudjojono. Jenis bajunya bermacam-macam, mulai dari gaun, kebaya, kemeja, kaos, hingga abaya. Harganya bervariasi, mulai dari Rp1,2 juta hingga Rp2,5 juta.

Tersedia juga pilihan aksesoris seperti syal, tas belanja, tote bag, tas tangan, bahkan jam tangan. Ada juga pilihan barang seperti tumbler, buku catatan, buku sketsa, lanyard, dan e-money. Perangkat ini ditawarkan mulai Rp 125 ribu.

Maya mengungkapkan, nama ‘Djon & Rose’ berasal dari nama ayahnya, Pak Djon, dan nama ibunya, Rose. Gambar logo telah dimodifikasi sesuai dengan ciri gambar yang disegani, yaitu bersin dan bunga mawar seperti pada desain ‘The Optimist’.

“Djon & Rose hadir untuk menunjukkan “jiwa spiritual” ayah saya yang menunjukkan kecintaannya pada seni dan ibu saya.

Mereka memilih lukisan-lukisan bernilai sejarah karya S. Sudjojono untuk dicetak dalam berbagai produk. Di antara gambar-gambar yang dipilih adalah foto Cap Go Meh (1940), salah satu gambar paling awal karya S. Sudjojono. 

Ada pula foto “Gerak Baru” (1985), dengan warna-warna cerah yang memperlihatkan sekelompok remaja putri menari ala tahun 80-an. Terakhir, lukisan “Tiga Wanita di Bukit (1950-1970) karya Rose Pandanwangi berdiri di tengah. Tak lupa, lukisan “Pura Kembar” (1972) koleksi kolektor terjual Rp 4 miliar di Christie’s Art Auction tahun 2006.

Bagi yang belum mengenal S. Sudjojono, ia lahir di kota Kisaran, Sumatera Utara, pada tahun 1913. Ia menghembuskan nafas terakhir pada usia 71 tahun di Jakarta, pada tahun 1986. Banyak lukisan mitologi yang ia buat, salah satunya yaitu lukisan berjudul “Prajurit Kita Di Bawah Kendali” dan Pangeran Diponegoro” yang saat ini dipegang oleh seorang pejabat tinggi Indonesia.

Lukisan ini terjual di lelang internasional seharga Rp 85 miliar dan saat itu menjadi yang terbanyak terjual di Asia Tenggara. Lukisan-lukisan maestro S. Sudjojono saat ini tersimpan di berbagai koleksi seni. 

Di Jakarta, masyarakat dapat melihat langsung patung “Cap Go Meh” di Istana Negara, Jakarta Pusat, serta patung “Tiga Wanita di Bukit” dan “Seko” di Museum Seni dan Kerajinan, Jakarta Barat. .

Selain sebagai pelukis, Sudjojono merupakan seorang pemikir, pendidik, dan sastrawan besar yang karya-karyanya meliputi lukisan, gambar, sketsa, seni rupa umum, patung dan relief, serta kerajinan dan bahan. . Sudjojono juga dikenal karena penekanannya pada penelitian dan pengkajian sebelum menciptakan sebuah karya. 

Pada Pesta Kesenian Jakarta 2021 digelar upacara penghormatan terhadap maestro seni rupa Indonesia. Melalui acara ini terciptalah karya grafis S. Sudjojono berupa video yang menampilkan peta.

“Banyak alasan mengapa kami memilih S. Sudjojono. Acara ini diadakan di Museum Seni dan Kerajinan Jakarta, dimana banyak ditemukan karya-karya S. Sudjojono, selain itu kita harus mendatangkan salah satunya Dirjen Pariwisata dan Pariwisata DKI Jakarta. Andhika Permata, seorang ekonom, menjelaskan:

Desain tergolong seni rupa dalam 17 kategori ekonomi kreatif yaitu budaya yang sudah menjadi komoditas dan wajib dimanfaatkan agar tetap bertahan. Kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk memastikan keterlibatan Pemda DKI Jakarta dalam menciptakan ekosistem di bidang seni rupa.

By admin

Related Post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *